Kadinkes Madiun Sarankan Beli Daging Sehat di RPH

dr. Sulistyo Widyantono, MM. [sudarno/bhirawa]

(Disnakan Bojonegoro Pastikan Wilayahnya Bebas Virus Antraks)
Kab Madiun, Bhirawa
Terkait temuan adanya sapi yang diduga terjangkit Antraks di Tulungagung dan Pacitan, serta positif Antraks di Kulonprogo, Yogjakarta serta Boyolali Jawa Tengah, membuat masyarakat di Madiun dan sekitarnya merasa was-was untuk mengkonsumi daging sapi.
“Meski demikian, masyarakat tidak perlu kwatir jika ingin mengkonsumi daging sapi. Karena masyarakat bisa membeli daging segar dan sehat di pasar serta yang berasal dari rumah pemotongan hewan (RPH). Karena di RPH resmi, semua sapi yang akan disembelih, sudah diperiksa kesehatannya,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kab Madiun, dr. Sulistyo Widyantono, MM kepada wartawan, Jumat (27/1).
Diberitakan sebelumnya, di Ponorogo, mulai selektif menerima sapi dari luar daerah karena adanya temuan positif antraks di luar daerah. Bahkan mantri hewan disiagakan di sejumlah checkpoint. Upaya juga dilakukan dengan penyemprotan desinfektan untuk mengantisipasi masuknya antraks ke Ponorogo.
Temuan dan indikasi antraks di ketiga lokasi menjadi perhatian tersendiri bagi Ponorogo. Sebab Ponorogo terhitung cukup dekat dengan ketiga daerah tersebut. Dari Boyolali dan Pacitan , hewan ternak seperti sapi dan kambing berpotensi masuk dari Wonogiri melalu transaksi di pasar hewan Purwantoro, Wonogiri. Sedangkan dari Tulungagung bisa masuk dari Sawoo setelah melintasi Trenggalek.
Bebas Virus Antraks
Sementara itu, pejabat Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, memastikan di kabupaten setempat terbebas dari virus antraks yang sejak dua pekan terakhir virus yang menyerang ternak sapi tersebut mewabah di beberapa daerah.
Meskipun kasus antraks di Bojonegoro belum ditemukan.Namun kewaspadaan penyebaran virus yang ditularkan oleh hewan, terutama ternak ke manusia tersebut tetap ada. “Hal itu dilakukan karena penyebaran antraks terbilang cepat jika tak dilakukan tindakan preventif,” ungkap Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro, Sugiarti Sri Rahayu, kemarin (29/1).
Selain pemeliharaan ternak berkelanjutan juga pemonitoran lalu lintas ternak khususnya dari daerah yang diduga epidemi antraks. “Selama pemberitaan antraks di Kulon Progo, DIY Jogjakarta, Yayuk memastikan kondisi ternak Bojonegoro aman dikonsumsi,” ujarnya.
Menurutnya, jarak antara daerah wabah dengan Bojonegoro jauh. Selain itu penanggulangan pemprov dan pemda setempat telah meminimalkan potensi penyebar luasan penyakit. Setelah penanggulangan dilakukan Provinsi Jatim, giliran Kabupaten Bojonegoro melakukan pemberian vitamin ketahanan tubuh ternak di lima kecamatan yakni, Kedewan, Kasiman, Padangan, Ngraho dan Margomulyo. “Vitamin dinilai cukup mengendalikan persebaran penyakit mematikan itu,” jelasnya.
Untuk antisipasi, setiap daerah terjadi wabah antraks, pemeriksaan kesehatan dan pengawasan lalu lintas ternak. Terkait pemeriksaan, hal yang lazim dilakukan adalah mengecek kondisi fisik ternak. Dokter hewan tingkat kecamatan akan memeriksa ada tidaknya gejala antraks pada ternak. “Seperti, sesak nafas, gemetar kemudian rebah. Terkadang juga disertai gejala kejang. Lalu suhu tubuh ternak mencapai 41,5 derajat selsius,” tuturnya.
Ia menambahkan, antraks merupakan penyakit menular akut dapat mematikan yang disebabkan oleh bakteri “bacillus anthracis” dan virus antraks terutama menyerang ternak dan hewan liar lainnya. “Manusia juga dapat terinfeksi penyakit ini melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan yang terkena virus antraks atau juga dengan mengkonsumsi daging yang terkontaminasi,” pungkas. [dar,bas]

Tags: