Kadis PU Bina Marga Harus Tebal Telinga

jalan rusak si lumajang (1)Sidoarjo, Bhirawa
Sebagai kawasan penyanggah Surabaya, Kab Sidoarjo harus siap menerima kondisi jalannya dikoyak-koyak armada kendaraan yang lalu lalang. Mengapa umur jalan di Sidoarjo tak bisa bertahan lama, ini disebabkan banyak faktor yakni pelanggaran kelas jalan oleh truk besar itu.
Volume kendaraan yang luar biasa tingginya. Kadang pula rekondisi jalan oleh perusahaan yang memasang pipa tak dilakukan dengan benar. Jalan sudah mulus tetapi dibongkar tepinya untuk pemasangan pipa. Beaya membangun jalan itu tak sedikit, saat meningkatkan Jl Brigjen Katamso, Kec Waru, sepanjang 600 meter dibutuhkan anggaran Rp3 miliar.
Kadis PU Bina Marga, Ir Sigit Setyawan, mengakui untuk menjadi kepala dinas harus tebal telinga. Sabar dan harus kuat menerima cercaan masyarakat yang menilai semua kerusakan jalan tanggungjawab Kab Sidoarjo. Pemeliharaan dan peningkatan jalan itu tanggungjawab Balai Besdar untuk kelas jalan nasional, Pemprov Jatim untuk jalan penghubung antar daerah.
Sigit menyebut panjang jalan di Sidoarjo yang mencapai 992 Km itu kondisinya baik hanya 882 Km. Sisanya 95 Km kondisinya sedang dan hanya 84 km yang mengalami kerusakan. Namun yang katagori rusak, di ruas jalan tak semuanya rusak. Begitu pula katagori baik, tak 100% baik.
Pembangunan industri dan perumahan merambah Sidoarjo sejak lama, sudah pasti faktor ini menyebabkan tingginya armada kendaraan yang melintasi. Pemkab juga sudah berupaya melakukan rasia kelas jalan untuk truk. Sementara Sidoarjo merupakan jalan pintas kendaraan dari penjuru daerah yang akan masuk ke Surabaya begitu pula sebaliknya. Tidak bisa dicegah barisan armada truk yang ke luar masuk Sidoarjo setiap harinya.
Idealnya dengan membangun jalan cor beton seperti bypass Juanda. Namun itu tak memungkinkan karena banyak faktor diantaranya anggaran. Untuk pemeliharaan jalan rusak, Dinas PU Bina Marga Sidoarjo menemukan solusi mujarab untuk menambal lubang jalan yang bertebaran di penjuru tempat. Untuk menambal itu diperlukan aspal Buton untuk lapisan atas. Dari beberapa kali ujicoba ternyata aspal Buton, Sulawesi ini tahan lama.
Aspal Buton ternyata bisa dipasang pada kerusakan jalan yang masih membekas genangan air hujan. Untuk menambal, memang air harus dikuras dari lubang jalan itu. Tetapi pengeringan tak perlu dengan mesin pengering sebagaimana lazimnya. Biasanya pekerjaan seperti ini menunggu cuaca panas yang kadang harus menunggu berhari-hari. Kesulitan ini sudah tak ada lagi setelah Bina Marga mulai mencoba cara baru dengan menggunakan aspal Buton yang bentuknya butiran-butiran mirip Sirtu. Namun aspal ini memiliki daya rekat dan memuai.
Kadis PU Bina Marga Sidoarjo, Ir Sigit Setyawan, di kantornya Senin (9/3) kemarin, membenarkan cara ini mulai dilakukan akhir 2014 yakni pada penambalan lubang Jl Magersari. Ternyata hasilnya memuaskan, karena kondisinya masih baik. Biasanya penambalan dengan cara lama tak bertahan lama, apalagi setelah perbaikan jalan dilintasi truk.
Namun dengan aspal beton, menurut Sigit, sangat efektif, jalan lubang itu disiram dengan aspal cair, lalu dilapisi dengan aspal Buton dalam bentuk butiran-butiran. Tak perlu dikuatirkan lagi setelah itu, jalan yang baru ditambal ini tak akan hancur saat dilewati kendaraan. Justru aspal Buton akan memuai dan mengikat dan beradabtasi dengan aspal lama sehingga makin saja. [hds]

Tags: