Kagumi Kecepatan Perguruan Tinggi Berkembang di Singapura

Sukowidodo bersama Manager Office Of International Affairs Daryl Gomes dan Assisten Manager Office Of International Affairs Li Hui Sophia saat mengunjungi Nanyang Technological University Singapura.

Surabaya, Bhirawa
Indonesia memiliki sejumlah universitas tua yang telah cukup lama berdiri. Universitas Airlangga (Unair) misalnya yang lahir pada 1954. Pada usianya yang ke 64 tahun, Unair masih berada di peringkat ke 701 perguruan tinggi terbaik dunia. Sementara target masuk di 500 world class university masih terus dikejar.
Fakta ini cukup berbeda dengan perguruan tinggi di Singapura. Nanyang Technological University (NTU) salah satunya. Kampus yang baru berdiri tahun 1991 itu saat ini sudah berhasil menembus peringgat 11 terbaik tingkat dunia. Percepatan ini menarik Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo untuk mempelajari resep rahasianya.
Suko Widodo mengaku, meski terbilang instansi pendidikan tinggi yang sangat muda, NTU Singapura dapat menjadi hebat dalam waktu yang relatif cepat. Hal itu bukan tanpa sebab, universitas yang berdiri pada tahun 1991 itu mendapat dukungan yang luar biasa dari negara untuk menjadi perguruan tinggi hebat dan besar.
Suko memang sengaja mengunjungi berbagai lembaga seperti media dan pendidikan di Singapura untuk mendapatkan berbagai informasi seputar kemajuan dan cara yang diterapkan. “Berdiri di area yang sangat luas, NTU memang sedari awal dirancang untuk menjadi kampus kelas wahid di dunia. Kini NTU telah menduduki peringkat ke 11 dunia,” kata Suko, Kamis (1/2).
Suko menambahkan, pihak NTU menyadari memiliki sumber daya alam (SDA) yang terbatas. Hal itulah yang mendorong kualitas prima di bidang sumber daya manusia (SDM) dan kerja sama internasional.
“Singapura hebat karena universitasnya dimanfaatkan oleh negara dan dunia bisnis,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Suko, karya riset yang dihasilkan oleh ilmuan di NTU banyak dimanfaatkan dan diaplikasikan di lapangan. Pemerintah juga memfasilitasi kebutuhan universitas untuk menghasilkan SDM dan riset yang bagus.
“NTU juga punya jurusan pendidikan yang menghasilkan para guru. Pemerintah juga menugaskan NTU untuk membina para guru SMA. Sehingga setiap tahun para guru harus ikuti pendidikan untuk mengupdate pengetahuannya,” ujar Suko.
Pelajaran berharga yang Suko dapat dari NTU adalah budaya disiplin, kerja keras, dan kesungguhan dalam mengejar target. Suko juga terkesan dengan iklim akademis yang selalu bersunguh-sungguh dalam berkarya. “Yang berprestasi dihargai dan yang melanggar ditindak,” tegasnya.
Belajar dari NTU, Suko berharap para pihak yang memiliki urusan dengan pendidikan harus bersungguh-sungguh dalam mengambil kebijakan. Sekali keliru, maka risikonya bisa berkepanjangan. “Karenanya, pihak dinas pendidikan, DPRD dan kampus bisa saling sinergi untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang bermutu dan bermasa depan,” terangnya.
Daryl Gomes, Manager Office of International Affairs, NTU Singapura, dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa untuk memajukan instansinya, pihak NTU memang tidak pernah berhenti untuk berkarya.
“Saya tidak bisa berhenti berkarya. Karena jika berhenti, saya akan kalah. Filosofi inilah yang terus ditancapkan pada sivitas akademika NTU,” pungkasnya. [tam]

Tags: