Kajari Jadi Irup di SMAN 2 Nganjuk

Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk, Asis Widarto SH sebagai inspektur upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-72 di SMAN 2 Nganjuk. [ristika]

Peringati hari kemerdekaan RI ke-72
Nganjuk, Bhirawa
Kualitas sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari sejauh mana keberhasilannya dalam meningkatkan kualitas mulai dari kultur organisasi atau institusi. Khusus dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah, kultur yang dibangun adalah nilai-nilai atau norma-norma yang dianut dari generasi ke generasi.
Seperti yang dilakukan di SMAN 2 Nganjuk, dalam membangun kultur dan memotivasi siswa, pihak sekolah menghadirkan Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk, Asis Widarto SH sebagai inspektur upacara (Irup) peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-72. Hal ini akan menciptakan suatu kebanggaan bagi siswa maupun guru SMAN 2 Nganjuk. Karena sekolah dimana mereka melakukan proses belajar mengajar, menjadi istimewa dan berbeda dibandingkan sekolah yang lain.
“Kami sengaja meminta bapak Kajari Asis Widarto untuk menjadi inspektur upacara hari kemerdekaan RI sebagai upaya membangun kultur positif di SMAN 2 Nganjuk,” tutur Drs Gunardi MM, M MPd, Kepala SMAN 2 Nganjuk.
Gunardi mengungkapkan, peran kultur di sekolah akan sangat mempengaruhi perubahan sikap maupun perilaku dari warga sekolah. Kultur sekolah yang positif akan menciptakan suasana kondusif  bagi tercapainya visi dan misi sekolah. Kultur sekolah yang baik misalnya kemauan menghargai hasil karya orang lain, kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, motivasi untuk terus berprestasi, komitmen serta dedikasi kepada tanggungjawab.
Berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia, juga perlu diciptakan kultur yang baik. Pada semua tenaga pendidik dan tenaga kependidikan harus ada komunikasi dan kolaborasi yang baik sehingga mendukung sebuah lembaga untuk terus berinovasi dan terus melakukan perubahan yang positif.
“Tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki kultur yang baik akan meciptakan suasana pembelajaran kepada peserta didik yang menyenangkan. Apalagi jika  dilakukan dengan kesungguhan dan sepenuh hati.” ucap Gunardi kepada Bhirawa saat ditemui usai upacara peringatan hari kemerdekaan RI.
Setiap tahun dalam upacara peringatan hari kemerdekaan RI, SMAN 2 Nganjuk selalu menghadirkan pucuk pimpinan di institusi daerah untuk menjadi inspektur upacara. Seperti Kapolres Nganjuk, Komandan Kodim 0810 Nganjuk dan kali ini Kepala Kejaksaan Negeri Nganjuk.
“Dengan menghadirkan Kapolres, Dandim dan Kajari ini merupakan budaya inovasi juga perlu ditingkatkan oleh warga sekolah,” tandas Gunardi.   Dengan demikian, dikatakan Gunardi, guru harus mengembangkan budaya inovasi dalam pembuatan media pembelajaran. Metode pembelajaran yang konvensional harus diganti dengan metode baru yang kontemporer dan profesional tanpa meninggalkan penekanan kepada makna dan kearifan lokal. Karena membangun lembaga pendidikan, tergantung pada banyak faktor, mulai kondisi SDM-nya seperti kepala sekolah sampai dengan tenaga pendidik dan tenaga administrasinya sampai dengan peserta didiknya. Masyarakat sekolah juga amat dipengaruhi oleh sistem manajemen dan organisasinya, serta fasilitas sekolah yang mendukungnya. “Seperti
kultur  dari dampak pesatnya kecanggihan teknologi memang tidak semuanya baik. Kita perlu menyaring, memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik. Tidak semuanya konsekuensi teknologi itu kita biarkan, diperlukan adaptasi, bukan adopsi. Namun adanya sisi negatif itu bukan berarti kita harus menutup diri dari teknologi,” pungkas Gunardi. [ris]

Rate this article!
Tags: