Kaji Wacana Pendidikan Empat Tahun

Sekretaris Dindik Jatim, Ramliyanto

Dewan Pendidikan Sarankan Peningkatan Kemampuan Adaptif dibanding Teknis
Dindik Jatim, Bhirawa
Rencana Pemprov Jatim menerapkan pendidikan empat tahun bagi SMA/SMK di Jawa Timur, menjadi kajian serius bagi Dinas Pendidikan Jawa Timur. Pasalnya, program yang diwacanakan Gubernur Khofifah ini dinilai mampu memberkali siswa untuk dapat memiliki ketrampilan dan pengalaman kerja agar siap bersaing di dunia industri.
Menurut Sekretaris Dindik Jatim, Ramliyanto, rencana Gubernur Khofifah menerapkan pendidikan empat tahun untuk membekali siswa dengan dua hal. Yakni keterampilan teknis dan atribut personal. Dalam artian, siswa akan dibekali berbagai bidang sesuai dengan kemampuannya guna menyesuaikan dalam dunia kerja atau industri.
“Banyak siswa skillnya sudah oke. Bahkan sudah mendapatkan sertifikat dari LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi). Tapi ketika masuk dunia kerja tidak bisa kerjasama, tidak bisa menghadapi tantangan dan tidak bisa hidup dengan kelompok yang berbeda. Maka diinkubasi ini dua hal itu dikuatkan,” jelasnya usai meresmikan patung Ki Hajar Dewantara, Jumat (1/11).
Kendati begitu, hingga kini pihaknya masih mengkaji lebih detail terkait desain dan konsep yang akan di terapkan dalam pendidikan empat tahun bagi jenjang SMA/SMK di Jawa Timur itu. ”SMK sudah ada petunjuknya, kalau SMA ini berupa konsep, bentuknya nanti inkubasi,” tutur dia.
Selanjutnya, selama satu tahun masa inkubasi, siswa mengikuti pelatihan kerja yang di desain mirip dengan dunia industri. ”Disesuaikan mereka yang terampil dalam bidang A, nanti didatangkan dari yang ahli dibidangnya,” papar dia.
Diakui Ramliyanto, kini masa inkubasi itu sudah berjalan. Hanya saja sifatnya masih trial and error. ”Iya, program ini ada kaitannya dengan Milenials Job Center (MJC) dan inkubasi sendiri sudah dimulai di BLPT ketintang beberapa bulan terkahir,” katanya.
Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Jatim, Prof Akhmad Muzakki menuturkan jika ada hal yang harus ditelaah, kedalam banyak hal ketika wacana pendidikan empat tahun diterapkan. Seperti payung regulasi dan mekanisme yang dibutuhkan untuk kepentingan (pendidikan 4 tahun, red).
“Yang jadi pertanyaan, apakah tiga atau empat tahun dilemparkan pertanyaan sederhana, apakah (wacana) itu untuk kepentingan masuk pasar kerja? Jika iya harus dianalisa lagi, bagaimana tingkat kebutuhan yang ada di pasar kerja dengan kesesuaian keterampilan yang dicetak SMA/SMK yang dibutuhkan market,” jabarnya dikonfirmasi Bhirawa, Minggu (3/11).
Tapi kemudian, lanjut dia, jika isunya bagaimana ‘mendekatkan’ jarak, pertanyaan itu harus ditelaah lebih lanjut. ”Kalau solusinya empat tahun, pertanyaannya menjadi menarik jika dijadikan pegangan. Kita tetap mendorong pemegang kepentingan di Jatim untuk menelaah apa yang menjadi isu besar dari konteks (pendidikan 4 tahun, red) itu,” tegasnya.
Menurut dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya ini, gagasan pendidikan empat tahun sudah muncul sebelum era Gubernur Khofifah. Tapi gagasan itu hanya untuk SMK dan belum dikuatkan dengan adanya kebijakan regulasi. Tapi, untuk jenjang SMA, ia menilai gagasan itu menjadi hal yang baru.
“Kita belum tahu betul bagaimana desain dan gagasan seperti itu. tapi kita juga mendorong bahwa yang dibutuhkan siswa, bukan soal kemampuan untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja secara verbatim. Tapi bagaimana kemudian kebutuhan adaptability seorang siswa untuk masuk dan memenuhi kebutuhan pasar kerja pada saatnya,” urainya.
Sebab, tegasnya, yang dibutuhkan anak didik bukan lagi soal lamanyaberada disekolah. melainkan bagaimana mempunyai abilitas atau adaptasi yang sangat tinggi.
“Bukan soal kemampuan teknis yang saat ini perlu dipikirkan tapi kemampuan berpikir adaptive siswa untuk perubahan, bagaimana mereka berinovasi, bekerjasama, kritis dan berkolaborasi, itu yang penting dipersiapkan dalam pendidikan abad 21. Karena perubahan ini sangat cepat terjadi,” tegas Prof Akh Muzakki. [ina]

Rate this article!
Tags: