Kalah Tren Bikin Ketoprak Jatim Mulai Punah

2-Pagelaran ketoprak humor korpri di gedung cak durasimPemprov Jatim, Bhirawa
Seni tradisional ‘Ketroprak’ di Jawa Timur kini berangsur menuju kepunahan tergerus dengan derasnya seni budaya yang baru. Dan ternyata, tidak hanya tren hiburan yang menggerus produk budaya ini, biaya produksi yang besar turut menjadi faktor  melemahnya kesenian ini.
Kepala UPT Taman Budaya Jatim, Sukatno SSn MM mengakui  sedikit demi sedikit seni budaya tradisional mulai memudar.  “Untuk pertunjukan kesenian ketoprak dengan memungut tiket sudah dikatakan tidak ada, yang ada hanya pertunjukan ketoprak jika ada hajatan saja,” katanya ketika ditemui di UPT Taman Budaya Jatim, Senin (16/2).
Menurutnya, adanya kebijakan dari Kementerian dalam Negeri (Kemendagri) sepakat menghapus pajak bagi pertunjukkan kesenian tradisional. Pajak bagi pertunjukkan kesenian baik tradisional, lokal ataupun Internasional, sebelumnya dikenai pajak hiburan sebesar 15% dari pemerintah itu kini sudah dianggap sebuah hal yang terlambat.
“Meski pun sudah terlambat, sebab peristiwa penyelenggaraan seni budaya tradisional sudah dikatakan jarang sekali. Meskipun, ada upaya untuk mempertahankan harus tetap dilakukan. Namun juga kembali lagi pada tingkat minat dan kepedulian masyarakat terhadap seni budaya tradisional. Sebab, saat ini penyuka seni tradisional itu rata-rata generasi tua,” katanya.
Misalkan, lanjut Sukatno, untuk ketoprak nobong atau pertunjukan ketoprak bertiket tersebut hanya dijumpai di beberapa kabupaten, seperti Kediri. Disayangkan  ketika ada pertunjukan seni tradisional seperti itu, tiket yang ditarik antara Rp3000 dan Rp5000. Bahkan penontonnya bisa dihitung tidak sampai 50 orang.
“Kalau dihitung saja Rp5000 dikalikan 50 penonton akan penghasilan yang diterima sebesar Rp250 ribu saja sekali pertunjukan. Hasilnya itu dibagi dengan seluruh pemain. Belum lagi genset maupun lain-lainnya. Kesenian seperti ini nekad,” katanya.
Untuk itu, lanjutnya, kalau pertunjukan kesenian tradisional tersebut masih memerlukan bantuan pemerintah dan pihak-pihak pemerhati seni budaya. “Seperti UPT Taman Budaya Jatim ini juga telah menyelenggarakan kalender even untuk kesenian tradisional, seperti ludruk. Meskipun jadwal pentas tidak banyak,” katanya.
Seni budaya tradisional saat ini diakuinya sudah tergerus berbagai tayangan hiburan yang bervariasi dan menarik. Sehingga, masyarakat lebih menyukai menonton melalui media elektronik dibandingkan mendatangi lokasi pertunjukan kesenian.  [rac]

Tags: