Kampus UB Tak Miliki Warning System

Kampus UB (1)Kota Malang, Bhirawa
Rektor Univeritas Brawijaya (UB) Malang, Prof Dr Muhammad Bisri, mengakui jika kampus yang dipimpinnya tidak memiliki warning system. Sehingga jika terjadi  persoalan tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu.
“Kami akui memang belum ada sistem deteksi dini, diseluruh gedung milik UB, makanya kami akan mengupayakan, agar semua gedung ada warning system, kami menyadari itu dan ini sangat penting,” tutur Bisri Kamis (19/11) kemarin.
Dikemukakan Bisri, bangunan  gedung milik UB, semuanya berlantai  tinggi, bahkan ada yang sampai lantai delapan. Ini ada resiko dan membahayakan penghuninya. Karena itu pihaknya akan membenahi agar sistem pengamanannya terjamin.
“Semoga saja tidak terjadi apa-apa, tapi sebagai perguruan tinggi yang memilik mahasiswa dan karyawan banyak, kami harus membenahi itu, sebab ada resiko besar apabila terjadi kebakaran, karena memang tanpa adanya system peringatan dini,”imbuhnya.
Seharusnya lanjut Bisri, dalam melaksanakan pembangunan, resiko bencana harus dipikirkan, agar memudahkan penanganan. Karena kemungkinan terjadinya bencana dimanapun pasti ada. Tetapi yang terjadi semua bangunan tanpa  deteksi dini.
“Saya pernah ke luar negeri dalam sebuah acara, tiba-tiba ada sirine berbunyi keras, yang menandakan adanya bahaya, kami semua diminta untuk meninggalkan gedung untuk dievakuasi. Padahal hanya akan terjadi kontelting listrik saja. Setelah dalam waktu 30 menit konsleting bisa ditangani, kami dipersilahkan kembali ke tempat semula,”ujar Bisri.
Sementara, di UB belum ada gedung yang memiliki deteksi dini bencana, makanya dia bertekat untuk melakukan itu. Pihaknya akan merencanakan dalam tahun 2016 mendatang dan akan terelalisasi pada tahun 2017 mendatang.
UB, lanjutnya  akan melakukan langkah tersebut, sebagai salah satu institusi pemerintah yang menerapkan UU 23 tahun 2014, terkait dengan kebencanaan. Tentunya akan dilakukan pemetaan instalasi listrik terlebih dahulu.
Tidak hanya gedungnya saja, yang akan dilengkapi dengan deteksi dini bencana, tetapi akses masuk UB juga akan diperlebar, karena pintu masuk yang ada sekarang tidak memungkinkan dilewati mobil pemadam kebakaran. Hanya saja itu akan dilakukan secara bertahap karena gapura pintu masuk UB baru dibangun beberapa tahun sebelum dia menjabat rektor.
“Akses masuknya juga harus memiliki standar bisa dilewati mobil pemadam kebaran, sementara hanya bisa dari pintu utara saja, jadi bangunannya tidak asal bagus, namun harus memperhatikan apek keselamatan penghuninya. Bahkan untuk menunjang keselamatan kami juga merencanakan membeli Pemadam kebakaran,” tambah Bisri.
Sebelumnya sambung Bisri soal banjir, UB telah mengambil solusinya  penanggulangan banjir di sekitar kampus dengan membuat sumur injeksi. Sumur injeksi itu telah diadopsi oleh Pemkot Malang, untuk mengatasi banjir di Jalan Ciliwung. Bahkan Pemda  DKI pesan 10 ribu sumur injeki  untuk mengatasi banjir.  [mut]

Rate this article!
Tags: