“Kanal” Hadapi Anarkhisme

Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Polisi kini memiliki cara inovatif hadapi demo berlatar SARA (Suku Antar-Ras dan Agama). Terbukti efektif meredam aksi massa, sehingga tidak memanaskan suasana emosional. Cara itu telah digelar pada 4 November 2016, menghadapi aksi damai kelompok Islam yang menggugat pernyataan gubernur Jakarta (non-aktif). Sekitar 500 personel Brimob polisi dilibatkan sebagai tim satgas”asmaul husna” sebagai garda terdepan. Tim khusus ini tanpa membawa senjata (perlengkapan) anti huru-hara.
Uniknya, personel Brimob tim “asmaul husna” tidak memakai kostum polisi. Melainkan berkostum istighotsah. Mengenakan kopyah putih, baju putih, dan sarung (pengganti celana). Juga dilengkapi surban dililit di pundak. Tak beda dengan santri (dan kyai) yang akan istighotsah. Tugasnya, memang istighotsah, bersama-sama mengucapkanlafal asmaul husna (nama dan sifat Allah). Sehingga suasana di sisi petugas terasa lebih ramah dibanding sisi pendemo.
Lebih lagi, pada lapis belakangnya terdapat tim “muslimat” yang terdiri dari personel Polwan berjilbab.Tugas “muslimat” ini lebih kompleks. Selain sebagai negosiator awal, penyambung lidah. Menjembatani keinginan pendemo dengan komandan pengamanan aksi. Juga mengawal pendemo perempuan. Sehingga pendemo perempuan bisa lebih tenteram.
Tim khusus polri direkrut dari kesatuan Brimob dari berbagai daerah. Diantaranya dari Polda Jawa Barat dan Jawa Timur. Rekrutmen dilakukan melalui tes khusus: kemampuan (dan kebiasaan) berzikir. Jadi, seluruh tim memang polisi berlatar santri murni. Tim sejenis pernah diujicoba diturunkan mengamankan demo di Bandung dan Surabaya. Tujuannya, mengawal dan mengamankan demo secara persuasif tanpa kekerasan. Konon, banyak pula yang memiliki kemampuan “kanuragan” memadai.
Secara sosio-psikologis, pelibatan tim khusus Polri (satgas Asmaul Husna, dan Polwan muslimat) sangat membantu. Terbukti, selama demo 4 November (yang melibatkan puluhan ribu pendemo) berjalan sukses. Walau pada akhir demo terjadi tindak anarkhis. Tetapi kericuhan tersulut setelah tim khusus meninggalkan arena, tugas telah seelsai.
Polisi sebenarnya memiliki peraturan (kode etik) yang kokoh. Yakni, tercantum dalam UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian.Pada pasal 19 ayat (1), dinyatakan: “Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.” Kode etik ini wajib dilaksanakan
Selain itu, polisi juga memiliki rantai komando yang sangat rigid mengikat. Secara struktural ke-organisasi-an, ketundukan terhadap komando tertinggi, tak beda dengan TNI. Terdapat Tribatra dan CaturPrasetya, yang menjamin sistem komando.Di dalamnya termasuk hierarkhi sistem komando kepolisian. Hierarkhi komando yang disertairewards and punishment. Yang tidak patuth memperoleh hukuman. Sedamg yang patuh (dan sukses) memperoleh hadiah, sampai promosi.
Melaksanakan Tribrata dan Catur Prasetya, niscaya, lebih penting dibanding berebut pengaruh komando. Sebagaimana amanat UUD pasal 30 ayat (4) secara spesifik menyebut “kepolisian negara RI sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat serta menegakkan hukum.”
Pelaksanaan Catur Prasetya, akan diuji secara masif dalam pengamanan aksi demo, terutama pada pelaksanaan pilkada serentak.Diduga akan banyak demo di daerah, terutama pada paslon incumbent. Lebih lagi, jika kebijakan KPU (Komisi Pemilihan Umum) Daerah, dirasa memihak. Maka petahana sebagai sasaran aksi, akan menjadi modus yang masif, tak beda dengan pilkada Jakarta.
Kanal aksi demo secara persuasif, semakin diperlukan. Itu dapat memperbaiki citra polri yang perlu upaya keras meningkatkan kepecayaan publik.Niscaya, segenap personel polri mesti lebih cerdas dan kukuh menegakkan kode etik internal. Juga berinovasi dalam tugas mengayomi masyarakat.

                                                                                                               ——— 000 ———

Rate this article!
Tags: