Kapolda Pastikan Tiga Terduga ISIS Diamankan

Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni Bersama Dandim, Kajari, Kapolres, Kepala kemenag dan tokoh masyarakat dan tokoh Agama menggelar silaturahmi antisipasi masuknya ISIS ke Bondowoso. [mb7,bhirawa]

Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni Bersama Dandim, Kajari, Kapolres, Kepala kemenag dan tokoh masyarakat dan tokoh Agama menggelar silaturahmi antisipasi masuknya ISIS ke Bondowoso. [mb7,bhirawa]

Malang, Bhirawa
Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Jawa Timur, Irjen Pol Anas Yusuf, kepada wartawan di Mapolres Malang Kota, Kamis (26/3) kemarin memastikan jika tiga terduga  anggota ISIS telah dimanakan, mereka berasal dari  lokasi berbeda di Kota Malang.
Tiga tersangka yang saat ini masih diamankan di Mako Brimob Ampeldento yakni Abdul Hakim warga Kasin, Helmi Muhammad Alamudi warga Karang Besuki, dan Ahmad Junaidi warga Bumiayu Kota Malang. Menurutnya, tiga tersangka yang ditangkap merupakan jaringan Salim Mubarok Atamimi alias Abu Jandal. Ketiganya memiliki peran masing-masing dalam keikutsertaannya dalam kelompok terlarang tersebut.
Menurut Kapolda, tersangka AH pernah berangkat ke Suriah pada bulan Agustus 2013 selama enam bulan untuk mendapatkan pelatihan militer. Sedangkan tersangka HMA bertugas sebagai koordinator dan fasilitator bagi calon anggota yang akan berangkat ke Suriah. Bahkan  HMA pernah ke Suriah selama satu bulan untuk mengetahui situasi dan jalur masuk ke nagara tersebut.
Sedangkan  AJ pernah berangkat ke Suriah 2014 lalu untuk mengikuti Camp Harairy bersama Abu Jandal, bersama dengan enam WNI lainnya, dan kembali ke Indonesia pada September 2014. Dari  tiga tersangka, polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti diantaranya handphone, KTP, STNK, SIM, CD berisi materi ajaran ISIS, serta sejumlah barang bukti lainnya.
HMA, yang  warga Jalan Sapotan Nomor 2 Karangbesuki Kota Malang, mengakui jika  dia telah memberangkatkan 18 warga Malang ke Suriah untuk tergabung dalam ISIS. HMA, bergabung dengan ISIS sejak tahun 2014 bertugas sebagai koordinator dan fasilitator orang-orang yang mau berangkat ke Suriah.
Selain Helmi, Satgas Anti Teror Densus 88 dan Polda Jatim juga menangkap anggota ISIS lainnya asal Malang yakni Abdul Hakim dan Ahmad Juanidi. “Sejauh ini kita baru menangkap tiga tesangka, namun kemungkinan jumlah anggota ISIS di wilayah Malang dan Jatim masih banyak,” tuturnya.
Terkait fenomena yang menyimpang dari ajaran agama dan NKRI ini, pihaknya menghimbau masyarakat agar tidak mudah terpancing pada aliran radikal.”Masyarakat jangan sampai terbuai iming-iming uang. Karena untuk masuk anggota ISIS calon anggota dijanjikan akan diberi uang dengan nilai yang bervariasi mulai dari 20 hingga 500 dolar AS,” imbuh Kapolda.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo saat ditemui di Universitas Brawijaya menyatakan, pihaknya telah  meminta guru agama turun tangan untuk menangkal penyebaran aliran ISIS di wilayah Jawa Timur. Guru agama diharapkan mampu memberikan pengajaran soal aliran Islam yang sebenarnya pada genarasi muda.
Pemahaman soal ajaran Islam yang sebenarnya, ujar Gubernur  harus dimulai sejak di bangku sekolah. Di sinilah peran guru untuk memberikan pemahaman agar generasi muda tak terjerumus aliran Islam radikal. Menurutnya, guru harus mampu menguasai perkembangan isu dan media sosial. Sehingga bisa memberikan pemahaman yang benar pada siswa. Peran guru dalam rangka pencegahan penyebaran aliran seperti ISIS lebih efektif.
Antisipasi
Dalam rangka mengantisipasi masuknya ajaran gerakan radikal ke Bondowoso seperti yang terjadi di daerah lain semisal gerakan ISIS, Bupati Bondowoso Drs H Amin Said Husni bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Bondowoso menggelar silaturrahim dengan para tokoh agama (toga) dan tokoh masyarakat (tomas) bertempat di Pesantren asuhan KH Kamil Haddadi, Kamis (26/3) kemarin.
Hadir dalam acara itu Kapolres Bondowoso AKBP Djajuli, Dandim 0822 Sudrajat, SH, Kajari Sri Sektiyanti, Kepala Kemenag Slamet, Kepala Bakesbang Pol Drs Abdul Manan, Ketua PCNU dan ketua MUI KH Abdul Qodir Syam, serta para tokoh masyarakat dan tokoh agama lainnya dari seluruh Kecamatan di Bondowoso.
Dalam sambutannya dihadapan para toga dan tomas tersebut Bupati mengingatkan agar para toga dan tomas yang selama ini dekat dengan masyarakat dalam berbagai majelis untuk terus meningkatkan kepekaannya terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat, khususnya menghadapi perkembangan para pelajar dan kawula muda lainnya.
Sebagaimana diketahui menurutnya saat ini para pemuda sudah sangat sulit untuk dikontrol karena arena permainan mereka sudah bergeser ke arena on line atau melalui alam maya, sehingga para toga dan tomas juga diharapkan belajar terkait perkembangan teknologi informasi (TI).
“Para tokoh ini saya harap juga mengikuti perkembangan teknologi, karena cara mudah untuk mengontrol anak muda juga melalui perkembangan teknologi informasi yang umumnya melalui jejaring social,” kata Bupati kemarin.
Bupati yang alumnus PP Nurul Jadid Paiton ini menambahkan, selain mengikuti perkembangan melalui TI, diharapkan setiap perubahan ataupun gejala yang ada di masyarakat yang mengarah pada adanya paham radikal untuk segera dikoordinasikan dengan pihak terkait seperti misalnya kepolisian untuk dilakukan pemantauan.
“Walaupun saat ini di Bondowoso masih kondusif, namun hal ini janganlah membuat kita lengah dan terlena, karena kewaspadaan kita semua akan membuat jaringan paham radikal ini sulit bergerak dan berkembang di Bondowoso,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua PCNU Bondowoso yang juga ketua MUI KH Abdul Qodir Syam mengungkapkan jika pihaknya melalui jaringan NU yang tersebar hingga tingkat desa bahkan melalui struktur MUI terus melakukan pendekatan pada masyarakat melalui berbagai majelis taklim atau pengajian dengan selalu mengkampanyekan ajaran Islam yang ramah dan toleran sebagaimana diajarkan oleh para Walisongo yang sukses menjadikan masyarakat Indonesia hampir 100 persen memeluk ajaran Islam.
Ajaran ini menurut KH Qodir selalu menjaga tradisi yang ada di masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan syariat Islam, sehingga pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kultur bukan melalui pendekatan kekerasan apalagi pemaksaan untuk membuat orang lain yang memiliki keyakinan berbeda menjadi sama.
“Islam Indonesia itu adalah Islam ramah dan toleran dan Bondowoso yang mayoritas memeluk Islam yang ramah tersebut tidak boleh dikotori oleh ajaran yang mengajak pada kekerasan bahkan menyimpang dari ajaran Rasulullah,” ungkapnya.
Drs Abdul Manan Kepala Bakesbangpol Bondowoso yang menjadifasilitator acara silaturrahim tersebut mengaku akan terus meningkatkan soliditas toga dan tomas yang ada di Bondowoso dengan terus melakukan silaturrahim secara intens baik secara formal maupun informal, sehingga setiap informasi apapun yang berkembang di masyarakat dapat segera diketahui dan diatasi jika mengarah pada ajaran yang menyimpang. [mut,mb7]

Tags: