Karen Agustiawan Mundur dari Dirut Pertamina

Karen Agustiawan

Karen Agustiawan

Jakarta, Bhirawa
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku tidak bisa menahan keinginan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Karen Agustiawan untuk mengundurkan diri dari jabatannya per 1 Oktober 2014.
Menurut Dahlan, permohonan pengunduran yang dilakukan oleh Karen Agustiawan ini sudah diajukan berkali-kali. “Memang betul Dirut Pertamina akan mengundurkan diri, Karen berkali-kali mengundurkan diri, tetapi saya tolak dan saya pertahankan,” kata Dahlan kepada wartawan di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (18/8).
Dahlan menjelaskan, masa jabatan Karen Agustiawan menjadi Direktur Utama Pertamina sebetulnya habis sejak 2013. “Tapi saya meminta untuk diperpanjang, meskipun beliau meminta untuk tidak diperpanjang,” tambahnya.
Menurut Dahlan, permintaan dirinya untuk menahan Karen Agustiawan sebagai Direktur Utama di Pertamina lantaran untuk menjaga kestabilan suatu perusahaan. “Bu Karen ini sudah lima tahun penuh, ditambah sampai saat ini sudah enam  tahun lebih sedikit, saya pengen perusahaan itu stabil,” tutupnya.
Dahlan juga membantah mundurnya Karen Agustiawan terkait dengan permasalahan tidak teralisasinya kenaikan elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram. “Tidak ada hubungannya dengan elpiji. Ibu Karen mundur karena murni untuk menjadi pengajar di Harvard University,” kata Dahlan.
Menurut Dahlan, Karen mengundurkan diri karena ingin berkarir di luar perusahaan itu, mengajar di Harvard University dan mengurus keluarga. “Surat pengunduran diri Ibu Karen sudah kami terima, dan kami memenuhi permintaan tersebut,” ucap Dahlan. Menurut Dahlan, pemegang saham tidak bisa lagi menahan Karen untuk tetap memimpin Pertamina.
Menurut catatan, Pertamina berencana menaikkan harga elpiji non subsidi 12 kg pada 1 Juli 2014 untuk menekan kerugian bisnis tersebut, namun ditunda karena terbentur momen puasa dan lebaran yang dikhawatirkan memberatkan masyarakat.
Selanjutnya, Pertamina mengajukan kenaikan harga per 15 Agustus 2014 dan kembali belum mendapat persetujuan pemerintah. Pertamina melalui surat tertanggal 15 Januari 2014 ke Menteri ESDM dan Menteri BUMN menyebutkan kenaikan harga elpiji akan dilakukan bertahap hingga keekonomian, yaitu 1 Juli 2014 akan menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar Rp 1.000 per kg menjadi Rp 6.944 per kg dengan harga di konsumen Rp 106.800 per tabung. Kemudian, per 1 Januari 2015 naik Rp 1.500 per kg, 1 Juli 2015 naik Rp 1.500 per kg, 1 Januari 2016 naik Rp 1.500 per kg, dan 1 Juli 2016 naik Rp 1.500 per kg. Pertamina menghitung tanpa kenaikan elpiji maka bisnis elpiji 12 kg bakal mengalami kerugian mendekati Rp 6 triliun pada 2014.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Ali Mundakir mengatakan pengunduran diri yang dilakukan Karen Agustiawan sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) di waktu yang tepat. Apalagi  mundurnya Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan telah diminta sejak 2013. “Sebetulnya sudah lama mengundurkan diri, saat ingin diperpanjang beliau keberatan, tetapi masih ditahan, dan saat ini yang tepat (mengundurkan diri),” kata Ali.
Ali menuturkan, pengunduran diri Karen Agustiawan secara resmi akan dilakukan pada 1 Oktober.  Walaupun, Karen sudah secara resmi mengirim surat yang ditembuskan kepada Menteri BUMN, direksi dan komisaris. “Ini alasannya pribadi mengingat beliau sudah menjabat direksi sejak 5 Maret 2008, 5 Februari 2009 dari Hulu menjadi Pertamina, kalau dihitung telah menjabat 6,5 tahun,” tutupnya.
Ali mengatakan pengunduran diri yang diajukan Dirut Pertamina ini juga lantaran ingin fokus terhadap keluarganya. Pasalnya, kata Ali, Karen Agustiawan telah lama menjabat di Pertamina. Selain itu ada rencana yang bersangkutan ingin menjadi dosen di Harvard University Boston, Amerika Serikat (AS).
Ali Mundakir menegaskan keputusan Dirut Pertamina mengundurkan diri bukan dikarenakan terlibat dengan jabatan politik pada pemerintahan yang baru, seperti menjadi Menteri ESDM. “Beliau ingin slow down, memang ada tawaran, tetapi tidak terkait dengan politik,” kata Ali.
Ali menyebutkan, saat ini Dirut Pertamina Karen Agustiawan tengah dekat dengan beberapa tawaran, namun bukan tawaran di bidang politik. Melainkan tawaran dari institusi pendidikan, dan juga korporasi internasional. “Namun beliau menegaskan setelah mengundurkan diri, beliau ingin slown down dan mengurusi keluarga, tidak ada sangkut pautnya dengan politik,” tutupnya.

Negara Rugi
Langkah Karen Agustiawan mengundurkan diri dari jabatannya per 1 Oktober 2014 disinyalir karena sudah capek menghadapi dilema sebagai profesional di Pertamina. Mantan Menteri BUMN Said Didu menuturkan, dilema sebagai profesional di Pertamina dalam menghadapi kebijakan pemerintah yang tidak konsisten, cukup membuat pusing Karen. “Saya kira Ibu Karen sudah capek menghadapi kebijakan pemerintah terkait Pertamina yang profesional, itu penyebab,” kata Said Didu.
Dia mengungkapkan, pengunduran ini juga dipengaruhi konsistensi penerapan UU BUMN dan kebijakan mengenai subsidi  BBM yang tidak jelas, dan juga harga elpiji 12 kg non subsidi. “Dan juga keberpihakan pemerintah dalam menghadapi kisruh Pertamina dengan swasta, seperti dengan Tuban Petro, Pertamina selalu disuruh mengalah,” tambahnya.
Oleh karena itu, mundurnya Karen dinilai sebagai langkah positif, jika menghitung risiko-risiko yang akan terus diterimanya jika masih harus mempertahankan jabatannya di Pertamina. “Beliau sudah menghitung risiko, risiko seorang profesional dan nantinya tidak dianggap tidak profesional, lalu risiko menanggung hukum, karena tidak segera menaikkan gas elpiji 12 kg,” katanya.
Yang jelas, negara dan Kementerian BUMN akan amat sangat rugi pasca mundurnya Karen Agustiawan. “Ini negara dan BUMN rugi kehilangan Karen,” katanya.
Tidak hanya rugi, Said Didu juga menilai, dengan pengunduran diri Karen Agustiawan menjadi Dirut Pertamina, ditakuti akan merembet kepada pejabat-pejabat atau direksi BUMN lainnya. “Saya takut ini merembet ke BUMN yang tinggi, seperti Nur Pamudji juga yang sudah ikut mengundurkan diri,” tambahnya.
Di sisi lain, beredar rumor potensi Karen Agustiawan yang menguasai sektor energi di Indonesia, dikabarkan akan menjabat sebagai Menteri ESDM dalam pemerintahan baru. Namun, menurut Said Didu, Karen Agustiawan merupakan sosok profesional yang bukan pengejar jabatan. “Wah saya tidak berandai-andai, yang saya tahu Bu Karen itu bukan pengejar jabatan. Saya tidak bisa berkomentar lebih, kalau mau tanya saja sama presiden selanjutnya saja,” pungkasnya. [ira,ins]

Tags: