Kartini Modern

Asri Kusuma Dewanti(Refleksi Hari Kartini 21 April)

Oleh :
Asri Kusuma Dewanti
Pengajar FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Di era modern yang serba digital saat ini, dunia terus berubah. Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, telah mengubah berbagai bidang kehidupan, termasuk interaksi antarmanusia, pola kerja, dan ragam pekerjaan. Semua perubahan yang ada menuntut semua sikap penyesuaian atau adaptasi dari kita semua, tanpa kecuali kita perempuan.
Melihat kenyataan ini, mutlak adanya jika semua diantara kita, perempuan tanpa kecuali diharapkan mampu berjuang untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Perempuan sebagai elemen penting dan menentukan harus tetap mengambil peran di era ini, tanpa meninggalkan sisi feminitasnya. Keterlibatan perempuan yang semakin besar pada sektor publik, tentu saja merupakan kemajuan. Hanya saja globalisasi membawa konsekwensi bagi kehidupan perempuan.
Fenomena Perempuan
Fenomena perempuan di tengah dinamika sosial saat ini, bisa dibilang sangatlah kompleks. Bagi mereka yang berstatus single, situasi ini memberi ruang yang selebar-lebarnya untuk mengaktualisasikan diri. Meraih cita, mengukir prestasi adalah hal utama yang ingin diwujudkan. Ukuran sukses ditandai dengan adanya posisi yang mapan dan prestise. memiliki gaji yang besar, jaringan kerja internasional, jam kerja yang semakin padat.
Namun bagi perempuan berstatus ibu rumah tangga. Kencenderungan untuk eksis di sektor publik, menjadi semacam dilema. Terkait dengan posisi mereka sebagai istri dan ibu dalam rumah tangga. Posisi ini mengharuskan mereka untuk berperan di sektor domestik, sementara mereka umumnya bekerja dan berkarir di sektor publik Menjaga keseimbangan antara sektor domestik dan publik menjadi sulit, manakala globalisasi menggiring mereka semakin eksis di sektor publik.
Pelaku usaha perempuan dianggap memiliki potensi untuk menggerakkan ekonomi rakyat dalam menghadapi era globalisasi. Mengingat bahwa sebagian besar pelaku usaha di Indonesia, khususnya home industry dan UKM adalah kaum perempuan. Peran serta perempuan jelas tidak bisa dipandang sebelah mata, ketangguhan perempuan dalam menghadapi krisis pada tahun 1998 merupakan salah satu bukti nyata yang tercatat dalam sejarah perekonomian bangsa.
Perempuan dalam kehidupannya memang sudah dibiasakan agar tetap survive dan bekerja untuk menghidupi keluarganya. Meski dengan keterampilan yang masih sangat terbatas dan dalam kondisi yang serba tidak kondusif sekalipun. Seiring dengan gerak zaman, perempuan semakin dimiskinkan. Tenaga kerja perempuan perlahan digeser oleh mesin, tenaga kerja terampil dan pembatasan jenis pekerjaan yang disebabkan oleh nilai-nilai kultural.
Sebuah ironi di tengah kenyataan bahwa perempuan, khususnya perempuan dengan ekonomi rendah adalah tulang punggung keluarga sama halnya seperti laki-laki, meski selalu diposisikan sebagai pencari nafkah tambahan dengan upah yang murah pula.
Perempuan juga menjadi paling rentan terhadap berbagai dampak dari kebijakan ekonomi, tak terkecuali MEA dengan beberapa kebijakannya. Seperti pembangunan pasar tunggal dan liberalisasi pasar tenaga kerja yang pada akhirnya hanya akan memperhadapkan perempuan pada situasi dilematis antara menjadi pengangguran atau menjadi tenaga kerja murah.
Perempuan perlu bercermin dari sejarah yang memperlihatkan gigihnya perjuangan Kartini, walaupun dalam perjuangannya itu dia menghadapi berbagai ironi. Pada tahun 1911, terbit Buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang berisi surat-surat Kartini. Dalam surat-surat tersebut, Kartini berdialog tentang gagasan dan impian-impiannya mengenai penolakannya atas bentuk-bentuk penindasan terhadap perempuan dan emansipasi perempuan melalui pendidikan. Akan tetapi, impian tidak selalu beriringan dengan kenyataan. Kartini dijodohkan dengan Bupati Rembang yang sudah beristri. Walaupun menghadapi ironi ini, dia tetap berjuang mendirikan sekolah bagi perempuan.
Sosok kartini dengan segala keterbatasannya, tetap dapat berpikir kritis dalam usianya yang muda. Gagasan Kartini menyangkut kesetaraan jender adalah titik awal yang memungkinkan kaum perempuan saat ini untuk mendapatkan pendidikan yang setara, pendidikan yang tidak memandang agama, ras, suku dan jender. Buah dari perjuangan Kartini tidak boleh disia-siakan oleh perempuan Indonesia.  Pemikiran-pemikiran revolusioner Kartini perlu menjadi refleksi kita bersama, dengan menjadikan tantangan-tantangan yang ada menjadi peluang emas yang bisa diabdikan dan diberikan dalam mengisi pembangunan bangsa dan negeri tercinta ini.
Perempuan modern
Perempuan modern saat ini memiliki tantangan yang cukup kompleks. Pasalnya, kaum perempuan sekarang ini menjadi salah satu komponen yang diharapkan mampu membangun karakter dalam kehidupan bermasayarakat. Sebab, sebagian besar masyarakat didominssi oleh kaum perempuan. Dalam bidang ekonomi, tentunya perempuan memiliki peran yang lebih besar daripada lainnya.
Munculnya MEA, seharusnya menjadikan kaum perempuan lebih berpikir kritis. Sehingga, mampu mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Di antaranya, dengan cara memotivasi dan meningkatkan kemampuan diri. Di samping itu, perempuan juga harus memahami kodratnya sebagai perempuan serta mampu mempertahankan nilai-nilai budaya timur.
Seorang perempuan tidak boleh berpangku tangan, tetapi terus melakukan aktivitas dan kegiatan profesi maupun sosial budaya. Perempuan Indonesia harus meneladani founding mother RA Kartini yang selama ini telah mampu berjuang mempertahankan eksistensi kaum perempuan sampai sekarang.
Cita-cita Kartini perlu menjadi semangat untuk memajukan perempuan Indonesia. Kartini tidak ingin mereka menjadi penonton MEA. Kita perlu tahu kodratnya sebagai manusia yang bebas untuk mengeksplorasi potensi dirinya dan berperan dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Kartini tahu betul bahwa potensi itu ada dalam dirinya maupun dalam diri kaum perempuan lainnya. Saat kaum perempuan dibekali dengan pendidikan dan pengalaman yang memadai, mereka akan siap berlaga di arena MEA.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah dan jasa – jasa pahlawannya yang berjuang hanya untuk bangsa tercinta ini” ujar Ir. Soekarno. Kita seharusnya dapat memanfaatkan emansipasi perempuan yang sudah diperjuangkan Kartini dengan sebaik – baiknya, yaitu membekali diri untuk berpartisipasi membangun bangsa ini, mengharumkan nama kaum perempuan, membuat bangga bangsa dan tidak menjadi seseorang yang menjatuhkan martabatnya sebagai seorang perempuan. Emansipasi perempuan ini seharusnya dapat menjadikan generasi muda perempuan yang cerdas bukan menjadi lemah.
Jadikan perempuan sebagai subjek bagi bangsa ini dan tidak hanya menjadi objek, yakni dengan menghadirkan Kartini-Kartini masa depan dengan segala kreatifitas, inovasi, intelektualitas yang siap bersaing di tengah dinamika kemajuan teknologi dan zaman yang semakin kompleks.

                                                                                                                 ——— *** ———-

Rate this article!
Kartini Modern,5 / 5 ( 1votes )
Tags: