Karyadi: Program Agro Tetap Maksimalkan Hulu sampai Hilir

Ir. Karyadi, MM

Pemprov Jatim, Bhirawa
Program Jatim Agro Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa di sektor perkebunan tetap akan memaksimalkan hulu sampai hilir, on farm maupun off farm, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah yang lebih basar ada di tahapan hilir.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir. Karyadi, MM, Rabu (15/5) kemarin mengatakan, program itu menjadikan petani berperan secara maksimal dalam bertani. Mulai dari hulu sampai hilir, on farm maupun off farm sehingga mampu meningkatkan nilai tambah yang lebih basar ada ditahapan hilir.
Ia mencontohkan, pengolahan hulu hilir seperti yang dilakukan kelompok tani Mulyo Jati di Desa Randu Genengan Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto dengan brand ‘Coklat Mojopahit’. “Mereka sudah bisa melakukan pengolahan mulai dari biji sampai menjadi candy (permen). Mereka juga bisa mengakomodasi kelompoknya yang di Mojokerto yakni sekitar 400 hektare,” katanya.
Kelebihan coklat Mojopahit, pengolahannya dari biji, sehingga pihaknya harus mempertahankan kualitas bahan bakunya. “Kita dapat memberikan edukasi pada petani, yang menentukan cita rasa coklat itu dari bahan baku. Mereka harus berlomba-lomba untuk menghasilkan biji yang bagus, berfermentasi dan sebagainya,” katanya.
Kelompok tani Mulyo Jati mendapat kredit dari BPR Jatim Rp 3,8 miliar. Komposisinya Rp 2 miliar untuk membeli alat, sisanya untuk mengakomodasi bahan baku dianggota kelompok. Dalam waktu 1 tahun, dengan manajemen pengolahan yang bagus, mereka sudah bisa mengembalikan.
“Program yang kami lakukan ini nyambung dengan kebijakan Bu Gubernur, yakni Jatim Agro. Seluruh proses di hulu, mulai tanam, petik, olah, kemas dan jual dilakukan petani. Jatim Agro itu satu rangkaian harus dilakukan oleh kelompok tani sehingga nilai tambah ada disitu,” beber dia.
Saat ini, Kelompok Tani Mulyo Jati mampu mengolah 200 kg biji per hari dengan nilai jual sebesar Rp 550 juta. Ke depan, akan menjadi 1 ton per hari. Disbun Jatim sendiri sudah melakukan motivasi, pelatihan dan membantu alat untuk pengolahan. Dia berharap, dengan meningkatkan kapasitas dari 200 Kg menjadi 1 ton, bisa mengakomodasi kelompok petani kakao di wilayah yang belum ada pengolahannya. “Tidak menutup kemungkinan akan ekspansi ke pasar internasional karena perizinan sudah lengkap termasuk ISO, jadi tidak diragukan lagi,”jelas Karyadi.
Karyadi menegaskan, coklat Mojopahit yang diproduksi kelompok tani non kolesterol karena tidak menggunakan minyak nabati. Mereka hanya menggunakan lemak coklat. Disbun berharap ada kelompok tani-kelompok tani lain bermunculan seperti Mulyo Jati.
Sentra kakao di Jatim ada di Trenggalek, Madiun, Malang, Mojokerto, Kediri, Blitar, Tulungagung dan Pacitan. Untuk mendukung Jatim Agro, Disbun akan mendorong sentra-sentra kakao itu akan mengembangkan diri mulai dari hulu hingga hilir. [rac]

Tags: