Karyawan-Pelajar Masih Dominasi Pelanggar Lalu Lintas

Kabid-Humas-Polda-Jatim-Kombes-Pol-Frans-Barung-Mangera-menyampaikan-hasil-Operasi-Simpatik-Semeru-2017-Polda-Jatim-beserta-Satwil-jajaran-Rabu-[22/3]-di-Mapolda-Jatim.-[Abednego/bhirawa]

(Hasil Operasi Simpatik Semeru 2017 Polda Jatim)
Polda Jatim, Bhirawa
Selama kurang lebih 20 hari digelarnya Operasi Simpatik Semeru 2017 Polda Jatim beserta satwil jajaran, tercatat sebanyak 229.010 pelanggaran lalu lintas (lalin). Pelanggaran lalin didominasi kendaraan roda dua dengan klasifikasi pekerjaan yakni karyawan swasta dan pelajar.
Pada operasi yang mengedepankan teguran kepada pelanggar lalin, petugas masih menjumpai sebanyak 195.761 pelanggaran yang disebabkan kendaraan roda dua. Sementara pengguna jalan dengan pekerjaan karyawan menduduki peringkat pertama, yakni sebanyak 135.843 pelanggar. Posisi kedua ditempati pelanggar yang dilakukan pelajar, dengan jumlah 57.634 pelanggaran.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan, hasil dari Operasi Simpatik Semeru 2017 sangat memprihatinkan. Sebanyak 229.010 jumlah pelanggaran, didominasi pekerjaan seperti karyawan dan pelajar. Padahal Barung mengaku, Operasi Simpatik Semeru 2017 mengedepankan tindakan simpatik guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas, bukan penindakan.
“Sangat jelas pada Operasi Simpatik Semeru 2017 mengedepankan teguran simpatik guna menyadarkan pengguna jalan. Tapi, masih banyak jumlah pelanggaran yang kita jumpai. Segmen pekerjaan sebagai karyawan dan pelajar mendominasi pelanggaran lalu lintas. Dan kebanyakan dari mereka menggunakan sepeda motor,” kata Kombes Pol Frans Barung Mangera di Mapolda Jatim, Rabu (22/3).
Barung menjelaskan, Operasi Simpatik berbeda dengan Operasi Zebra dan Patuh. Operasi ini mengedepankan terguran, bukan tindakan hukum. Namun masih banyak dijumpai jumlah pelanggarannya.
Untuk klasifikasi usia, antara usia 16-25 mendominasi pelanggaran dengan jumlah 76.934. Sepanjutnya, terbanyak kedua ditempati pelanggar dengan usia antara 26-45, dengan jumlah total 68.949.
Menurut Barung, usia tersebut merupakan usia-usia pelajar. Pihaknya pun menghimbau kepada pelajar untuk kesadarannya dalam menaati tata tertib lalu lintas di jalan raya. Sebab, jumlah kecelakaan lalu lintas mencapai 1.108 kasus. Dengan klasifikasi korban mengalami luka ringan sebanyak 1.543 dan korban meninggal dunia sebanyak 152 orang. Jumlah meninggal dunia pada 20 hari pelaksanaan Operasi Simpatik Semeru 2017 sangatlah tinggi.
“Jumlah korban meninggal dunia pada Operasi Simpatik Semeru 2017 sangatlah tinggi. Hanya dengan 20 hari pelaksanaannya, tercatat 152 orang meninggal dunia. Berati dalam satu harinya katakanlah ada 1 sampai 7 orang yang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Ini lebih dahsyat daripada kematian di perang mana pun,” ungkap Barung.
Ditambahkan Barung, pentingnya dan kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas di jalan. Peraturan dan tata tertib lalu lintas harus ditaati dan dipahami, bukan malah dikesampingkan untuk dilanggar. Untuk usia pelajar, barung berpesan agar mereka lebih sadar dan menaati rambu-rambu lalu lintas maupun peraturan lalu lintas.
“Kuncinya adalah kesadaran berlalu lintas dan menaati rambu-rambu dan peraturan lalu lintas,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, selama kurang lebih 20 hari pelaksanaan Operasi Simpatik Semeru 2017 dilakukan oleh sebanyak 2.537 personel Polda Jatim beserta satwil jajaran. Hasilnya, tercatat sebanyak 229.010 pelanggaran. Jumlah tersebut didominasi sepeda motor yang berjumlah 195.761 pelanggaran. Dengan segmen usia pelanggar terbanyak antara 16-25 tahun dengan 76.934 kasus. Dan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 152 orang, dengan kerugian materi sekitar Rp 1.247.050.000 atau Rp 1,2 miliar. [bed]

Tags: