KASAU: Jadikan Tanggal 29 Juli sebagai Kompas Moral TNI AU

Magetan, Bhirawa
Peristiwa heroik 29 Juli menjadi “Hari Berkabung AURI” ketika tiga pesawat TNI AU mengudara dari landasan pacu Maguwo, menyerang garis pertahanan Belanda di tiga kota, yakni Semarang, Salatiga, Ambarawa.
“Itu adalah operasi serangan udara pertama dalam sejarah TNI AU,” narasi Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Yuyu Sutisna SE MM yang dibacakan Komandan Wing 3 Lanud Iswahyudi, Kolonel Pnb M. Satriyo Utomo SH, selaku Irup Hari Bakti TNI AU ke-72 di lapangan Dirgantara Lanud Iswahyudi, Senin (29/7).
Operasi serangan udara dengan tiga pesawat yang diawaki kadet penerbang Mulyono dengan juru tembak Dulrachman, kadet penerbang Sutardjo Sigit dengan juru tembak Sutardjo, dan kadet penerbang Suharnoko Harbani dengan juru tembak Kaput, gugur dalam operasi serangan udara dalam mempertahankan kedaulatan RI dari penjajahan Belanda.
“Peristiwa itu jangan semata menjadi nostalgia sejarah semata. Jadikan peristiwa itu sebagai kompas moral bagi generasi penerus untuk memberikan pengabdian yang terbaik kepada TNI AU,” lanjut Yuyu dalam narasinya yang dibacakan dengan lantang oleh Danwing 3 Lanud Iswahyudi di hadapan seluruh personil Lanud Iswahyudi dan Insub.
“Sejarah Hari Bakti TNI AU merupakan jawaban paling fundamental dan rasional ketika bangsa Indonesia bertanya mengapa negara harus bersusah payah untuk membangun kejayaan TNI Angkatan Udara,” ungkap Kasau.
Ditegaskan, momen gugurnya ketiga pahlawan udara tersebut mengingatkan kita, bahwa selalu ada risiko dalam pelaksanaan tugas sebagai prajurit udara. Namun tidak boleh sekalipun, sedetik pun, ada rasa ragu, gentar, apalagi takut.
Yuyu menilai, menjadi prajurit udara adalah jalan hidup yang dipilih Tuhan untuk kita. Kita, prajurit udara, adalah prajurit yang lahir dan tumbuh besar bersama negara. “Kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak berebut sesuap nasi. Bukan pula prajurit yang mudah dibelokkan haluannya karena tipu muslihat dunia. Kita adalah prajurit setia yang ikhlas membaktikan jiwa dan raga bagi keluhuran bangsa dan negara,” tegas Yuyu Sutisna.
Saat ini, lanjut Yuyu, kita adalah generasi TNI Angkatan Udara yang beruntung, karena negara sedang aman, sejahtera, dan tidak berhadapan dengan agresi militer negara lain. Maka, spirit Hari Bakti TNI Angkatan Udara harus dimanifestasikan dalam proses pembangunan postur kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Udara yang profesional dan modern. “Kita tidak boleh lengah dan abai, karena tugas TNI Angkatan Udara tidak semakin ringan. Kita harus berhadapan dengan kemajuan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 yang dipenuhi sistem siber-fisik dan ancaman hibrida yang siap menghancurkan bangsa Indonesia dengan berbagai cara.
Usai upacara, dilaksanakan pelepasan purnawirawan sebanyak 89 personil. Rangkaian Hari Bakti TNI AU ini, Lanud Iswahjudi juga melaksanakan sejumlah kegiatan di antaranya korve masal, bakti sosial donor darah, karya bakti pembersihan PPU Maospati, serta ziarah secara terpimpin yang dilaksanakan di TMP Madiun dan TMP Magetan, dan ke makam Kyai Rendeng. Pada Rabu (31/7) Bakti sosial Kesehatan di Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun. [tok]

Tags: