Kasus Covid-19 di Surabaya Dua Kali Lipat Jabar dan Jateng

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa

Pemprov Jatim, Bhirawa
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa bersama Pangkogabwilhan dan Forkopimda Jatim mengajak 99 rumah sakit rujukan Covid-19 untuk kembali menyatukan kordinasi. Khususnya dalam membangun sistem rujukan yang terintegrasi melalui aplikasi yang telah disiapkan.

Hal ini menyusul tingginya kasus Covid-19 di Jatim khususnya untuk wilayah Surabaya Raya. Gubernur Khofifah menjelaskan, kasus positif Covid-19 di Jabar saat ini mencapai 3.164 dan Jateng 3.680. Jika dibandingkan dengan Kota Surabaya saja bisa mencapai dua kali lipatnya. Kalau dibandingkan dengan Surabaya Raya akan lebih dari dua kali lipat.

“Kalau sudah seperti ini, perangkat di Jateng dan Jabar pasti akan memberikan detail layanannya. Apakah dari hulu sampai hilirnya. Hilirnya, adalah rumah sakit maka dari hulunya akan sangat banyak energi untuk menyampaikan pesan ke masyarakat tentang pentingnya menggunakan masker dan sebagainya,” tutur Gubernur Khofifah di sela rapat kordinasi 99 RS rujukan, Selasa (30/6).

Khofifah menegaskan, Surabaya Raya menjadi aglomerasi kasus covid-19 di Jatim. Misalnya klaster di salah satu pasar Kota Batu, ternyata setelah ditelusuri tertular dari Surabaya. Pasar di Bojonegoro juga asalnya dari Surabaya. “Apalagi gresik dan Sidoarjo. Ini sudah borderless. Bangkalan juga langsung berbatasan dengan Surabaya. Maka ini perlu evaluasi secara komperehensif,” tegas Khofifah.

Di Sidoarjo, Khofifab menyebut angkanya setiap hari naik signifikan. Bahkan kapasitas RSUD Sidoarjo sudah berlebihan pasien. Maka koordinasi tersebut diharapkan dapat menjadi solusi. Bahwa yang dekat dengan Sidoarjo bisa menyuport apakah dari Malang Raya atau Pasuruan.

“Kenapa dua itu, karena untuk melayani yang berat. Tapi yang ringan opsinya bisa di RS Darurat Lapangan,” tandas mantan Menteri Sosial RI tersebut.

Khofifah menegaskan, Presiden Jokowi telah menegaskan bahwa penularan Covid-19 harus segera terkendali. Maka pekerjaan yang harus segera dilakukan ialah meningkatkan angka kesembuhan yang saat ini progressnya sudah cukup tinggi. Namun, angka kematian juga tinggi. Di Jatim, angka kematian masih 7,6 persen , Surabaya 7,7 persen Surabaya Raya 7,9 persen. Sementara angka kematian nasional 5,08 persen.

Pada posisi ini, harus dilihat betapa pentingnya kebersamaan tidak melihat ini daerah, kota atau kabupaten mana. Ketika new normal, lanjut Khofifah, diperlukan upaya pra kondisi dan secara bertahap. Karena RS tidak bisa sendirian, dinkes tidak bisa sendiri maka kebijakan wali kota dan bupati menjadi sangat penting untuk mendengar suara RS, IDI dan PPNI.

Dalam kesempatan itu, Khofifah menyitir pendapat Imam Ghozali bahwa pemimpin punya kewajiban melindungi jiwa dan nyawa rakyatnya. Di samping itu, juga berkwajiban menjaga sumber ekonomi masyarakatnya.

“Kemudian proses melindungi nyawa dan harta benda harus seimbang dengan menjaga sumber ekomi. Karena di pasar-pasar yang menjadi sentra berkerumunnya masyarakat diberikan pengertian untuk menggunakan masker secara tepat, mencuci tangan dan menjaga jarak yang aman,” tutur Khofifah. [tam]

Tags: