Kasus DB Melonjak, Dinkes Belum Tetapkan KLB

7-foto OPEN wap-bupati Tantri tinjau penderita dbdKota Kediri, Bhirawa
Meski penderita demam berdarah di wilayah Kota Kediri di awal tahun 2015 ini pada bulan Januari naik dua kali lipat dibandingkan bulan januari 2014 lalu, namun pihak Dinas Kesehatan Pemkot Kediri belum menyatakan Kota Kediri sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Dikatakan Kabid Pengendalian Penyakit dan Masalah Keshatan ( P2MK) Dinkes Kota Kediri Anita Sulityowati, sesuai data sejak tiga tahun terakhir tahun 2015 cukup tinggi, tahun 2013 jumlah kasus 274 dengan 2 meninggal dunia, untuk tahun tahun 2014 terdapat kasua 142 dengan meninggal dunia. “Sementara di awal tahun 2015 per 27 januari sudah ditemukan 29 kasus,  naik dua kali lipat jika dibandingkan bulan januari 2014 yang hanya 14 kasus,” kata Anita pada Wartawan.
Menurut Anita, dengan terus meningkatnya pendrita demam berdrah ini  pihaknya langsung melakukan gerakan serentak di lingkungan swasta pendidikan  serta koordinasi lintas sektor untuk menaosialisikan pemberantasn sarang nyamuk (PSN). “Hal itu dilakukan sebab adanya penurunan perilaku masyrakat yang kurang peduli terhadap kesehatan dan pola hidup bersih,” terang Anita.
Selain itu, Anita mengatakan melonjaknya penderita demam berdarah akhir-akhir ini juga  kurang optimalnya Juru pemantau jentik (jumntik) di lapangan. “Selain itu juga menurunnya kegiatan kader jumantik di lapangan, untuk itu kami langsung menggalakkan kembali kader jumantik di lapangan,” jelas Anita.
Sementaa itu, anggota komisi C DPRD Mujono berharap, gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)  dengan melibatkan berbagai instansi segera dilakukan, sehingga penderita demam berdrah tidak semakin meluas. “Kami meminta agar Dinkes Kota Kediri  segera tanggap dengan persoalan ini,  dengan melakukan fogging secara menyeluruh dan tidak menunggu jatuh korban,” tandasnya.
Diketahui, dalam aturan penetapan status KLB di suatu daerah jika jumlah kasus demam berdarah di suatu daerah meningkat hingga dua kali lipat pada bulan yang sama pada tahun sebelumnya, namun hingga sekarang Dinkes Kota Kediri juga belum menetapakan status KLB meskipun jumlah kasus DB meningkat 2 kali lipat.
Kunjungan Bupati
Sementara itu, merespons status Kondisi Luar Biasa kasus Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Banyuwangi, Bupati Abdullah Azwar Anas langsung membesuk puluhan pasien DBD yang terbaring di RSUD Genteng dan RS Al Huda kabupaten setempat. Menurut Bupati Anas, mobilitas masyarakat yang tinggi dan curah hujan tak menentu membuat perindukan nyamuk aedes aegypti tumbuh subur.
Kondisi semakin parah karena pola hidup tidak bersih masyarakat. Pihaknya juga mensinyalir ban yang digunakan buat penyangga buah naga dan bambu untuk pagar hias berkontibusi memicu kasus DBD. Anas menuturkan, jumlah penderita DBD di Banyuwangi sejatinya masih di bawah Kabupaten Jember pada periode Januari 2015.
Namun lantaran terjadi lonjakan pasien lebih dari dua kali lipat dibanding Januari 2014, menyebabkan Banyuwangi ditetapkan KLB DBD. Di Banyuwangi, sepanjang Januari 2015 tercatat 96 orang terjangkit DBD, naik ketimbang periode yang sama pada 2014 sebanyak 22 jiwa. “Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo dengan pasien terbanyak, satu orang meninggal dunia,” kata Bupati Anas di RSUD Genteng, Selasa (27/1).
Bupati Anas telah menginstruksikan langkah-langkah strategis untuk meminimalkan penyebaran DBD. Langkah ini terdiri atas: pemberantasan sarang nyamuk dan pemantauan jentik berkala; promosi kesehatan; dan penyelidikan epidemologi mencari penderita di masyarakat. Kemudian tata laksana penanganan penderita hingga pengobatan di puskesmas, fogging (pengasapan) di tempat tinggal pasien, dan penyemprotan insektisida.
Direktur RSUD Genteng, Dian Lestari, mengatakan 35 pasien DBD tercatat opname di rumah sakit tersebut dengan rentang usia penderita mulai 9 bulan hingga 36 tahun. Dari jumlah itu, masih menyisakan tujuh pasien yang rawat inap. Menurut ia, umumnya pasien DBD kerap telat saat dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas. “Rata-rata mereka rawat inap 4-7 hari di sini. Januari tahun 2014, jumlahnya hanya 22 penderita DBD yang opname,” kata Dian.
Selain membesuk pasien DBD, Bupati Anas menyambangi satu per satu ruangan medis di RSUD Genteng. Menariknya, Anas banyak menemukan puntung rokok dan sampah berserakan di beberapa selasar ruang rawat inap. “Tolong ini ditertibkan. Kok masih ada orang merokok dan buang sampah sembarangan di sini, kalau bisa dibuatkan satu pintu biar tertib,” kata Anas.
Masuk KLB Jatim
Sementara itu, penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada awal tahun 2015 ini yang terjadi di Kabupaten Probolinggo, peningkatannya cukup tinggi dan menjadi salah satunya kabupaten yang dinyatakan KLB (Kejadian luar biasa) dari 11 daerah di Jawa Timur. Hal ini diungkapkan oleh Sugianto, Humas RSUD Waluyo Jati Kraksaan, Selasa (27/1).
Selama bulan Januari 2015 ini, penderita DBD yang dirawat di rumah sakit Waluyo Jati tersebut mencapai 108 orang, dan itu didominasi anak-anak dan balita,” Januari 2015, ada belasan pasien anak-anak yang harus menjalani perawatan intensif,”ujar Sugianto. Ada 6 anak yang ditangani saat ini, terbilang cukup parah. 4 anak masih diruang perawatan biasa yakni di ruangan Dahlia, 2 anak lainnya sudah dipindah ke UPI (Unit Perawatan Intensif).
Berdasarkan data dari RSUD Waluyo Jati, Sugianto menyebutkan, selama tahun 2013 tingkat penderita DBD sebanyak 197 orang. Pada tahun 2014 sebanyak 113 orang. Sedangkan dari Januari 2015, penderita DBD jumlah keseluruhan mencapai 108 orang. Meninggal 3 orang. “Saat ini penderita DBD terbilang mengalami peningkatan sekitar 10 persen disbanding dari tahun 2013 dan tahun 2014 lalu, dan itu di dominasi anak-anak,”jelas Sugianto. [van,nan,wap]

Keterangan Foto : Bupati Tantri saat menjenguk penderita DBD di RSUD Waluyojati Kraksaan.(wap/bhirawa)

Tags: