Kasus DBD Diklaim Turun Saat Pandemi Covid-19

Dinkes Jatim, Bhirawa
Kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) di Jawa Timur diklaim menurun selama Pandemi Covid-19. Namun, muncul kekhawatiran turunnya kasus DBD akibat warga yang berobat ke Layanan Kesehatan saat pandemi juga turun.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim mencatat pada bulan Januari tahun 2021, penderita sebanyak 408 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang. Jumlah itu turun jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun 2020 yakni 1.064 orang dan jumlah kematiannya sebanyak 8 orang.
Ditanya turunnya angka DBD lantaran orang takut datang ke rumah sakit di musim pandemi, Kepala Dinkes Jatim, Herlin Ferliana menyebut bahwa orang akan datang ke rumah sakit kalau kondisinya sudah dikategorikan berat.
“Kalau dalam kondisi berat biasanya orang akan datang ke rumah sakit. Dari data yang masuk di kami terkait DBD sudah mulai menurun di bulan yang sama. Kelihatannya masyarakat masih care,” katanya, Rabu (10/2) kemarin.
Pada musim penghujan sekarang ini, kata Herlin, pihaknya mengaku sedang konsentrasi dalam penanganan Covid-19. “Tetapi beberapa penyakit yang lain kita tidak boleh lengah. Karena ini juga mempengaruhi kesehatan dan juga kematian dari penduduk kita,” terangnya.
“Jadi corona tetap kita konsentrasi penuh, tetapi penyakit menular lain seperti TBC, HIV, Kusta, DBD itu juga perlu menjadi perhatian kita semuanya,” tambahnya.
Menurut Herlin, genangan air menjadi potensi tempat bertelurnya nyamuk. Dan salah satu dari penyebab kematian adalah tidak bisa tertangani secara dini pada orang-orang yang terkena DBD.
“Untuk itu, saya ingin titip, pertama jangan biarkan ada air tergenang. Karena ini tempat yang sangat bagus untuk bertelurnya nyamuk. Apabila ada gejala panas segera memeriksakan pada fasilitas pelayanan terdekat, apalagi disertai dengan keadaan kondisi lemah,” pesannya.
Ia juga mengimbau kepada masyarakat untuk segera merujuk atau membawa ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat apabila ada anggota keluarga dengan gejala demam, setelah 2 hari tidak turun panasnya setelah minum obat penurun panas.
Menurutnya masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama dengan memberi minum sebanyak-banyaknya. “Minuman berupa air putih boleh dibubuhi gula atau oralit, susu atau air kelapa. Selain itu memberi obat penurun panas, kompres dan bawa ke sarana pelayanan kesehatan terdekat,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim Hikmah Bafaqih mengatakan DBD merupakan siklus tahunan. Meski berdasarkan data mengalami penurunan, namun tetap harus diwaspadai. “Jangan sampai terlalu heavy menangani pandemi Covid-19 sehingga penyakit berbahaya lainnya dilupakan penanganannya,” ujarnya.
Politisi PKB ini menambahkan Dinkes juga harus rajin melakukan rekrutmen relawan DBD. Menurutnya ini penting, untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat terkait bahaya DBD. Kemudian rumah sakit juga memberikan informasi kepada masyarakat terkait penapisan pasien.
“Saat ini banyak sekali masyarakat yang takut untuk periksa ke rumah sakit karena takut tertular Covid-19. Sehingga banyak juga ketika sudah parah baru dibawa ke rumah sakit,” pungkasnya. [geh]

Jumlah penderita DBD tertinggi bulan Januari 2021:
1. Kabupaten Situbondo = 114 orang
2. Kabupaten Bondowoso = 42 orang
3. Kabupaten Jember = 28 orang
4. Kabupaten Kediri = 13 orang
5. Kabupaten Magetan = 23 orang

Sedangkan jumlah kematian DBD tertinggi bulan Januari 2021:
1. Kabupaten Pamekasan = 2 orang
2. Kabupaten Situbondo = 1 orang
3. Kota Malang = 1 orang

Tags: