Kasus Jarit Fetish Bentuk Penyimpangan Orientasi Seksual

Surabaya, Bhirawa
Kasus “fetish” kain jarik berkedok riset mendapat perhatian berbagai pihak. Salah satunya Sosiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Bagong Suyanto. Menurut dia kasus fetish kain jarik berkedok riset oleh seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unair berinisial G dapat dikatakan sebagai bentuk penyimpangan orientasi seksual. Sedangkan bentuk penyimpangan seksual beraneka ragam. Bisa dengan bujuk rayu, ancaman maupun dengan tindakan kekerasan.

“Kebetulan dia ini, modus yang dilakukan dengan cara mengatasnamakan sedang melakukan riset dan itu memungkinkan. Itu penyimpangan orientasi seksual dan perilaku,” ungkap Prof Bagong.

Dijelaskan Prof Bagong, orientasi yang dilakukan G faktornya bisa berbagai macam dan tidak selalu berkaitan dengan genetik. Penyimpangan orientasi seksual tersebut, kata Prof Bagong, bisa karena pengalaman traumatik sehingga membentuk perubahan perilaku menyimpang.

“Itu penyimpangan orientasi seksual dan perilaku sebab-sebabnya tidak hanya faktor genetif. Pengalaman traumatik bisa membentuk perubahan perilaku seks menyimpang. Memang harus dilacak. Menurut penelitian, saat kecil bisa jadi koban saat besar menjadi pelaku,” kata dia.

Sebelumnya, kasus dugaan pelecehan seksual ini viral di Twitter. Salah satu terduga korban berinisial MFS mengaku dimintai bantuan terduga pelaku agar mau membungkus dirinya menggunakan kain jarik.

Dalam keluh kesahnya di medsos itu, MFS sempat menuruti pemintaan G karena untuk kepentingan riset Tugas Akhir (TA). Namun seiring berjalannya waktu, MFS merasa ada yang janggal, terlebih G dalam aksinya terlalu memaksa.

Pihak Unair dan Polda Jawa Timur telah membuka posko pengaduan agar korban kasus tersebut melapor. Hingga saat ini sebanyak 15 korban telah melakukan aduan di posko help center Unair. [ina]

Tags: