Kasus PMK di Kota Probolinggo Raya Terus Bertambah

Petugas kepolisian dan DPKP saat mengecek kondisi sapi di salah satu peternak sapi perah di Kota Probolinggo.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Bertambahnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak juga terjadi di Kota Probolinggo. Bahkan, ada satu sapi yang mati karena PMK. Meski begitu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) setempat sejauh ini belum membuat selter khusus bagi hewan ternak yang terpapar PMK.

Kabid Peternakan pada DPKP Suryanto, Minggu (22/5) mengungkapkan, populasi ternak sapi di Kota Probolinggo sebanyak 11.074 ekor. Dari jumlah itu, 17 ekor dinyatakan suspect PMK. Usai diambil sampel laboratorium, ditemukan lima di antaranya dinyatakan positif virus PMK.

Sebagian hewan ternak yang suspect ini, delapan ekor dinyatakan sudah sembuh. Sementara untuk sebagian yang lainnya masih dalam tahap pengobatan. Meski begitu, pemantauan pada hewan ternak yang sembuh tetap dilakukan. Namun, ada satu ekor yang dinyatakan mati.

“Hewan ternak yang mati ini termasuk 17 ekor yang dinyatakan suspect. Hewan yang mati ini milik warga di Kecamatan Kademangan. Untuk lainnya, delapan ekor sudah sembuh, sedangkan delapan ekor lagi masih tahap pengobatan,” ungkapnya.

DPKP sendiri tidak langsung lepas tangan pada hewan ternak yang dinyatakan sembuh itu. Karena virus PMK baru dinyatakan benar-benar sembuh setelah 14 hari diobati. Untuk temuan hewan ternak yang mati, pihaknya langsung melakukan surveilans ke hewan ternak yang dimiliki pemilik tersebut.

“Hewan ternak yang berada dalam satu areal kandang langsung diisolasi di kandang tersebut. Mereka tidak boleh keluar untuk diperjualbelikan sampai benar-benar sembuh selama 14 hari,” terang Suryanto.

Sedangkan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) atau foot and mouth disease (FMD) pada hewan ternak di Kabupaten Probolinggo kian meluas. Sampai Jumat (20/5), dari 312.932 populasi sapi di Kabupaten Probolinggo, ada 517 kasus PMK. Jumlah kasus tersebut tersebar di 15 kecamatan.

Belasan kecamatan itu yakni Kuripan 108 kasus; Tiris 26 kasus; Leces 7 kasus; Bantaran 216 kasus; Gading 3 kasus; Lumbang 14 kasus. Selanjutnya, Dringu 32 kasus; Maron 9 kasus; Tegalsiwalan 8 kasus; Kraksaan 2 kasus; Paiton 2 kasus; Wonomerto 60 kasus; Sumberasih 3 kasus; Krucil 21 kasus. Serta Banyuanyar 6 kasus.

“Ada penambahan (kasus PMK). Munculnya penambahan ini dari hasil indentifikasi petugas di lapangan. Jadi, sapi yang sakit dan bergejala PMK kami data,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Probolinggo Yahyadi, Minggu (22/5).

Menurut Yahyadi, pemkab sejatinya telah melakukan sejumlah upaya untuk menekan kasus PMK pada ternak. Salah satunya, dengan melakukan penyemprotan di kandang-kandang sapi yang terindikasi PMK. Selain itu, Melakukan pemisahan sapi sehat dengan sapi yang terindikasi PMK.

“Ini dilakukan oleh petugas kami, gratis. Jadi, seluruhnya kami begitukan di 15 kecamatan tersebut, agar menghindari penyebaran PMK,” papar Yahyadi.wap.gat

Pihaknya juga memberikan pengobatan kepada sapi yang terindikasi PMK. Serta, melakukan pengawasan di pasar hewan yang ada di Kabupaten Probolinggo.

“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mendatangkan sapi dari luar Kabupaten Probolinggo. Juga, Setiap harinya dilakukan pemantauan terhadap sapi yg terindikasi PMK,” ungkapnya.

Selain data sapi yang terindikasi, Yahyadi mengatakan, sejumlah sapi yang positif PMK maupun bergejala sudah ada yang sembuh. Total ada 10 sapi. Dengan rincian, asal Kecamatan Lumbang, Dringu, dan Maron. Masing-masing satu ekor sapi, Dan Kecamatan Wonomerto 7 sapi. “Alhamdulillah dengan adanya upaya yang dilakukan belum ada sapi yang meninggal,” tambahnya.(Wap.gat)

Tags: