Kaum Marhaenis Jatim Pilih Dukung Prabowo

2-mahernisSurabaya, Bhirawa
Puluhan keluarga besar Kaum Marhaenis Jatim mendeklarasikan diri mendukung pasangan capres Prabowo-Hatta di Surabaya, Senin (23/6). Dukungan ini, dilakukan setelah kaum marhaenis menilai sosok capres-cawapres pasangan merah putih ini, dianggap layak memimpin Indonesia kedepan.
Koordinator Kaum Marhaenis Jatim, Hadi Pranoto mengatakan dukungan diberikan karena berdasarkan hasil diskusi dari semua elemen golongan Marhaenis, maka dukungan jatuh kepada pasangan Prabowo-Hatta.
“Kami ini mendukung murni tanpa paksaan, karena Prabowo berani komitmen terhadap kelompok Marhaen antara lain buruh, tani dan kelompok Marhaen lainnya. Prabowo berani tanda tangan perjanjian untuk mensejahterakan kelompok Marhaen,”terang Hadi Pranoto.
Mantan Ketua KPP(Komisi Pelayanan Publik) Jatim ini, juga menjelaskan kaum Marhaen di Jawa Timur selama ini, menilai pengawalan kesejahteraan terhadap masyarakat masih jauh tertinggal.
Hadi Pranoto juga menegaskan, pihaknya enggan memilih pasangan Jokowi-JK karena selama menjadi birokrat tak bagus kinerjanya.” Lihat selama pimpin Solo tak ada prestasi nasional, apalagi pimpin DKI yang oleh BPK memiliki rapot merah. Kalau pimpin skup kecil(daerah) saja tidak mampu, apalagi memimpin negara ini,”pungkas dia.
Terpisah, meroketnya elektabilitas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam sejumlah survei terakhir menjelang pemilihan suara pemilu presiden 9 Juli membuat kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla pasang kuda-kuda.
Bahkan, meningkatnya hembusan isu pelanggaran hak asasi manusia 1998 yang ditujukan ke mantan pangkostrad Prabowo, menunjukkan seriusnya kubu Jokowi-JK menghadapi peningkatan elektabilitas sang rival.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Ahmad Imam Mawardi menilai ada kepanikan pada salah satu pasangan terkait pengaruh terhadap dukungan dimasyarakat.
“Ini pertanda kepanikan dari tim sukses Jokowi-JK. Mereka melihat ada kecenderungan elektabilitas Jokowi-JK turun, sesuatu yang terpaksa tidak pernah dibuka akhirnya dibuka,” kata dia.
Imam Nawardi menilai, munculnya isu pelanggaran HAM 1998 oleh Prabowo benar-benar menjadi komoditas politik. “Ini karena tidak ada lagi yang bisa digempur pada Prabowo kecuali isu ini. Kenapa dulu saat Prabowo berpasangan dengan Megawati pada pemilu 2009, isu ini tak sekeras sekarang? Itu karena Mega dan Prabowo tak akan menang. Kalau sekarang, kemungkinan Prabowo menang cukup besar,” kata Mawardi.
Publik bisa melihat bahwa isu tersebut hanya mengandung motif politik, bukan motif membuka pelanggaran HAM. “Kalau demi HAM, kenapa tidak dibuka dari dulu? Apalagi Prabowo tidak terbukti sebagaimana dituduhkan,” ujar Mawardi.
Tujuan dihembuskannya isu pelanggaran HAM ini sebenarnya tak lepas dari upaya kubu Jokowi-JK menggaet pemilih yang bimbang (swing voter). Namun masalahnya, lanjut Mawardi, swing voter adalah kelas menengah teredukasi. Mereka memiliki cara pandang kritis terhadap isu tersebut.
“Justru yang terjadi adalah ‘blessing in disguise’ bagi Prabowo. Posisi Prabowo semakin aman. Kini tinggal bagaimana tim sukses Prabowo-Hatta menanggapi isu ini. Saya melihat, mereka tidak emosional dalam menanggapi isu ini,” tuturnya. [cty]

Tags: