KB/TK Mutiara Bangsa Surabaya Raih Penghargaan Himpaudi

Kepala KB Mutiara Bangsa, Mamik Sumarmi didampingi Kepala TK Mutiara Bangsa, Erlina Novianti (kiri) dan Ketua Komite KKB/TK Mutiara Bangsa, Meily Indrasanti (kanan) menunjukkan penghargaan dari Ketua Umum Himpaudi, Prof Dr Ir Netti Herawati MSi.

Dikukuhkan sebagai Agen Penggerak Gerakan Pendidikan Keluarga Bersama Sekolah KB se Indonesia
Surabaya, Bhirawa
KB/TK Mutiara Bangsa Surabaya mendapat pengukuhan dan penghargaan sebagai Agen Penggerak Gerakan Pendidikan Keluarga Bersama Sekolah Kelompok Bermain (KB) se Indonesia. Prof Dr Ir Netti Herawati MSi selaku Ketua Umum Himpaudi (Himpunan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia) mengukuhkan Kepala Sekolah KB Mutiara Bangsa, Mamik Sumarmi SPdI.
Pengukuhan dan pemberian penghargaan Bu Mamik-sapaan akrab Kepala Sekolah Mutiara Bangsa digelar secara virtual melalui Aplikasi Zoom, pada 31 Agustus lalu di Jakarta, bersama para Kepala Sekolah PAUD sebagai penggerak lainya di seluruh Indonesia disaksikan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Menurut Bu Mamik ketika ditemui di Sekolah KB/TK Mutiara Bangsa yang terletak di Jl Penjaringan Asri I Blok J Nomor 38, Surabaya ini menjelaskan, untuk bisa mendapatkan pengukuhan dan penghargaan sebagai Agen Penggerak Gerakan Keluarga Bersama Sekolah Kelompok Bermain se Indonesia ini dirinya harus menulis makalah tentang Kendala sebagai Pengajar Sekolah Kelompok Bermain yang dialaminya selama masa Pandemi Virus Corona atau Covid 19.
“Untuk mendapatkan piagam penghargaan dan dikukuhkan sebagai Agen Penggerak Gerakan Keluarga Bersama Sekolah Kelompok Bermain se Indonesia, harus ada tantangannya yakni membuat narasi tentang Pembelajaran pada New Normal. Dan harus registrasi dengan mengirimkan tulisan narasi itu, dan diberi waktu tiga bulan yakni Bulan Mei hingga Agustus lalu. Dan setelah dinilai, Alhamdulillah KB/TK Mutiara Bangsa dikukuhkan dan diberi penghargaan itu,” kata Bu Mamik.
Bu Mamik menjelaskan, selama ada pandemic Covid 19 sekitar enam bulan ini hingga para siswa tidak boleh datang ke sekolah dan harus belajar di rumah bersama orang tuanya, memang ada tiga kendala yang dihadapi para orang tua saat mendampingi anak – anaknya untuk belajar dan para guru saat belajar Dalam Jaringan (Daring) .
Yakni pertama, orang tua yang memiliki anak lebih dari satu, karena harus bisa membagi waktu untuk bisa memberikan pendampingan yang utuh bagi kedua anaknya. Kedua, orang tua yang bekerja sehingga tidak bisa mendampingi anaknya untuk belajar saat harus belajar secara Daring karena waktunya berbenturan dengan jam bekerja. Dan ketiga, pada saat Daring tiba – tiba jaringan internetnya lemot hingga terputus atau saat bersamaan Jaringan lampu PLN padam.
Bu Mamik menegaskan, maka agar pembelajaran terhadap para siswa tidak membosankan, selain melalui Daring, juga telah disiapkan modul pembelajaran yang harus diambil orang tua murid di sekolahan, dengan menggunakan APE (Alat Permainan Education). ”Kalau memberikan pembelajaran kepada siswa seusia PAUD ini jangan sampai membosankan, tetapi harus menyenangkan, agar para siswa tetap bisa konsentrasi dalam belajar,” tandasnya.

Para Guru Harus Disiplin dan Mematuhi Prokes Ditetapkan
Ketua Komite KB/TK Mutiara Bangsa Surabaya, Meily Indrasanti yang dikonfirmasi menegaskan, pihaknya selaku Komite Sekolah selalu mengarahkan kepada para pengajar di KB/TK Mutiara Bangsa untuk selalu mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes) yang telah ditetapkan pemerintah dalam pengajaran di saat pandemic Covid 19. Hal ini untuk melindungi para guru agar terhindar dari penularan Virus Corona.
“Alhamdulillah para ibu guru sangat ketat dan mematuhi Prokes yang telah ditetapkan pemerintah dalam pengajaran di masa Pandemi Covid 19. Bahkan para wali murid yang dihimbau untuk tidak datang di sekolah kalau tidak ada keperluan yang sangat mendesak juga telah dipatuhi. Maka para wali murid datang ke sekolah hanya pada saat mengambil modul pembelajaran saja setiap dua pekan sekali, bahkan saat membayarkan uang SPP pun cukup melalui transfer di bank,” tutur Meily yang juga orang tua dari siswa Ardi Maheza Affif Harjanto, siswa TK B.
Maka, jelas Meily, pihak sekolah atau para guru bisa memberikan pembelajaran melalui Video Call kegiatan atau Video Call Pembelajaran agama untuk lima siswa. Sedangkan untuk melihat perkembangan para siswa pihak guru bisa memantau dengan pembelajaran secara Daring dengan Aplikasi Zoom, sehingga tetap terjalin komunikasi antara siswa dan guru meskipun dalam jaringan.
Sementara itu, Astining Utami yakni ibu dari siswi Kelompok Bermain, Diajeng Pramesti Ramadani menjelaskan kesulitan mendampingi putrinya saat pembelajaran secara Daring diantaranya sulit memahami tugas – tugas dari sekolah, atau putrinya demam kamera, sehingga saat belajar dan harus direkam. Dan sebelumnya tidak berpengalaman dalam mendampingi pembelajaran secara Daring pada putrinya. Serta kendala tehnik yakni kesulitan dalam Jaringan Internet atau tiba – tiba lampu PLN padam.
“Pernah si Jeje (sapaan akrab Diajeng Pramesti Ramadani) saat mendapat tugas untuk bercerita pengalamannya dan apa saja yang dilakukan saat liburan. Awalnya bisa bercerita dengan lancer, tetapi tiba – tiba berhenti pada saat dalam proses rekaman video. Ya mungkin demam kamera sehingga tiba – tiba berhenti bercerita pengalamannya saat liburan yang ditugaskan ibu gurunya dan harus dibuat videonya,” tandas Astining yang dibenarkan Choridatul Mahmuda, orang tua dari siswi Alisyah Syaqina Azahra. [fen]

Tags: