Foto Ilustrasi
Penipuan melalui kontak telepon, nyaris pernah dialami oleh seluruh pengguna telepon selular. Sering pula, modus “papa minta pulsa “dilakukan melalui SMS (short message service). Bahkan pembobolan rekening bank juga dilakukan melalui kontak dengan nasabah. Terbaru, nomor kontak dengan akses android, menjadi arena penyebaran berita bohong, sampai penistaan. Kini pemerintah akan memberlakukan daftar ulang nomor kontak telepon dengan basis NIK (Nomor Induk Kependudukan).
Dulu, ada lagu (dangdut) salah SMS. Boleh jadi benar, karena salah tekan tombol nomor telepon. Tetapi modus “salah SMS” bukan sederhana, melainkan dilakukan secara sengaja. Dengan cara mengirim SMS secara acak kepada beberapa nomor telpon. Tujuannya, untuk penipuan (setidaknya minta pulsa). Modus (penipuan) lain, sedikit lebih bermodal untuk menghubungi nomor kontak. Penentuan nomor sambungan dilakukan secara acak.
Andai masuk tersambung, dinyatakan telepon dari Kepolisian. Dikabarkan sanak keluarga mengalami kecelakaan, dan harus dilakukan tindakan operasi bedah segera. Diperlukan uang segera. Sering pula, melalui peng-kabaran bohong, sanak keluarga tertangkap mengkonsumsi narkoba (bermain judi, miras, dan dalih lain).
Untuk mengeluarkan tersangka dari Polisi, diperlukan tebusan. Banyak yang terkecoh, dan melakukan negosiasi harga tebusan. Juga tak lupa diberikan kuitansi.
Modus lain, peng-kabaran bohong berdalih me-menang-kan undian, serta bonus dari produsen alat rumah tangga, sampai perbankan nasional (BUMN). Modus ini yang diminta bukan uang, melainkan nomor rekening bank. Modus lebih berani, penipu bahkan menggiring keanjungan tunai mandiri (ATM) yang ditentukan. Sedangkan komplotan lain telah menunggu. Modus inijuga di-iringi”gendam” (hipnotis), sehingga korban menuruti perintah penipu.
Selain bermotif ekonomi (uang maupun pulsa), penipuan juga kerap dilakukan bermotif politik, huru-hara sosial, sampaimerusakakidahkeagamaan. Motif non-ekonomi, biasa dilakukan untuk nomor kontak selular (hand-phone) berbasis android. Yakni berkait dengan media sosial (medsos), terutama melalui facebook, WA (WhatsApp), twitter, daninstagram. Modus berita bohong dimedsos, niscaya lebih berbahaya, disbanding “mama minta pulsa.”
Masing-masing aplikasi medsos memiliki pelanggan puluhan juta nomor telepon. Berdasarkan sigi Kementerian Informasi dan Komunikasi, sebagian medsos digunakan secara bijak, untuk pekerjaan dan ke-ilmu-an. Namun lebih separuhnya digunakan melebihi batas kebebasan. Bisa menimbulkan kekacauan sosial. Berjuta-juta pernyataan penistaan dan berita bohong (hoax) bertebaran di media sosial. Bagai “perang” terbuka tanpa batas.
Berbagai penyiaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, telah dimanfaatkan untuk propaganda. Sekaligus menghantam pihak lain yang dianggap sebagai penghalang. Tanpa batas kebebasan menyatakan pendapat, sertatanpakendalipengawasan, telepon selular android, bisa mengancam ketahanan nasional. Nyata-nyata telah menyebabkan kegaduhan sosial, dan keretakan harmonisosial. Gadget android, digunakan sejak bangun tidur sampai terlelap pada malam hari. Berkomunikasi melalui medsos, nyaris menjadi kebutuhan pokok. Bahkan dalam suasana rapat kerja, aplikasi android tak pernah padam. Berjuta-juta kata (dan gambar) di-posting bebas tanpa halangan. Bebas mem-posting canda, maupun keluh kesah. Begitu pula posting perundungan, pelehan dan penistaan.
Ditaksir lebih dari 136 juta masyarakat Indonesia telah terhubung internet. Mencermati dampak sosial, ekonomi dan politik (serta realita selama ini) maka diperlukan pengendalian seksama. Visi utamanya, melindungi keamanan dan penyamanan pengguna telepon selular berbasis android. Di antaranya, pendaftaran ulang nomor kontak, bekerja sama dengan Ditjen Kependudukan dan Catatan Sipil.
Setiap pemilik nomor kontak telepon selular diwajibkan mendaftar dengan mencatatkan NIK. Sehingga seluruh penggunaan (dan posting) bisa diketahui pemiliknya. Siapa berbohong, dan menipu, juga bisa terlacak. Ini lebih melindungi masyarakat (dan negara) dari potensi dampak telepon android.
———- 000 ———–
