Keberhasilan Pemprov Jatim Tuai Apresiasi

Dr Rudi Purwono

(Kendalikan Harga Sudah Dipersiapkan Sejak Dua Bulan Lalu)
Pemprov Jatim, Bhirawa
Dibanding Ramadan tahun-tahun sebelumnya, Ramadan 2018 ini nyaris tidak terdengar ada gejolak harga kebutuhan pokok. Kondisi ini, menurut pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Dr Rudi Purwono, karena Pemprov Jatim telah sukses mengantisipasinya sejak dua bulan lalu.
“Saya dari akademisi, sangat mengapresiasi Pemprov Jatim khususnya Pak Gubernur (Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo) karena telah sukses menekan gejolak harga selama Ramadan tahun ini. Kondisi ini menjadi bukti bahwa kebijakan-kebijakan pemprov berhasil menjaga stabilitas harga. Walaupun di Jatim sempat ada teror bom,” ujar Rudi, Minggu (3/6).
Menurut dia, stabilnya harga kebutuhan pokok ini disebabkan beberapa kebijakan yang saling menguatkan. Pemprov Jatim telah menyiapkan segala kemungkinan yang bisa terjadi, yang menjadi penyebab naiknya harga selama Ramadan sejak dua bulan lalu. Begitu pula koordinasi antara pemprov dengan instansi terkait seperti Bulog sangat berjalan dengan baik.
“Secara historis kebutuhan bahan pokok selama Ramadan dan Lebaran itu bisa dihitung. Berapa lonjakan permintaannya. Pak Gubernur telah menghitung itu semua dan telah melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait seperti dengan Bulog, Kementerian Pertanian dan produsen bahan pokok. Jadi sekarang hasilnya, semua terkendali,” ungkapnya.
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair ini mengatakan, ada beberapa kebutuhan pokok yang harganya masih di atas harga eceran tertinggi (HET) seperti daging ayam dan telur. Namun tingginya harga tersebut dianggap masih normal, karena tidak sampai menimbulkan gejolak di masyarakat.
“Saya menilai masih tingginya harga daging ayam dan telur itu wajar dan normal. Karena pedagang pasti ingin mendapat keuntungan lebih di bulan Ramadan ini. Yang terpenting, ambil keuntungannya itu wajar tidak menimbulkan gejolak,” terangnya.
Yang terpenting saat ini, lanjutnya, adalah daya beli masyarakat tetap terjaga. Sebab 60 persen dari penghasilan masyarakat untuk konsumsi. “Kalau daya beli tetap terjaga, roda perekonomian akan berputar dengan baik. Sebab 60 persen pendapatan itu untuk konsumsi,” ungkapnya.
Terkait adanya bom di Jatim beberapa waktu lalu, Rudi memastikan jika kondisi saat ini sudah kembali normal. Itu dibuktikan dengan ramainya pusat-pusat perbelanjaan di Surabaya dan sekitarnya. “Syok itu pasti, tapi sifatnya hanya sesaat. Dinamikan warga Surabaya itu sangat baik. Apalagi selama ini di Surabaya tidak pernah ada teror bom, jadi tidak menyurutkan aktivitas ekonomi,” terangnya. [iib]

Tags: