Kebijakan Unesa Pacu Prestasi dan Kreativitas Mahasiswa

Rektor Unesa, Prof Nurhasan bersama Warek 1, Prof Bambang Yulinto saat melunching cover buku “Bermain untuk Nusantara” dengan aksi memanah yang dilakukan secara simbolis.

Mulai Pembebasan Skripsi hingga Penerapan Kurikulum Literasi
Surabaya, Bhirawa
Tingkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang penelitian, inovasi, kreasi dan kompetitif, Universitas Negeri Surbaya (Unesa) mengeluarkan kebijakan baru. Yakni, bagi mahasiswa yang lolos dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) terbebas dari skripsi. Pasalnya kebijakan baru tersebut memungkinkan adanya konversi PKM sebagai pengganti Skripsi.
Rektor Unesa, Prof Nurhasan mengatakan, dengan adanya kebijakan itu, pihaknya berharap mampu menambah motivasi dan semangat mahasiswa dalam berkreativitas dan berkompetisi.
“PKM mereka yang nominasi dan masuk level nasional, maka mereka dibebaskan skripsinya. hasil dari kajian mereka dijadikan pengganti skripsi. Dikonversikan. Mereka yang berkompeten masuk Pimnas,” ujarnya.
Tidak hanya itu, jika mahasiswa juara dalam pimnas, pihaknyabjuga akan membebaskan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga selesai studi. “Kalau menang, diberikan apresiasi lagi. Bebas SPP, bebas UKT. Sampai selesai (studi, red),” pungkasnya
Di samping itu, program baru juga dibuat untuk menyiapkan lulusna yang unggul dalam menghadapi tantangan di era revolusi industri 4.0. Yaitu dengan membuat dua program mata kuliah baru.
Dijelaskan Wakil Rektor I Unesa, Bambang Yulianto, dua mata kulih atau Kurikulum yang dimaksud adalah Pendidikan Jasmani dan Kebugaran serta kurikulum Literasi Digital. Diterapkannya kedua kurikulum tersebut tidak lain karena arus digitalisasi yang sangat pesat. Jika tidak siap dan menyadari mak akan berdampak besar bagi kehidupan manusia. Sehingga diharapkan mahasiswa atau lulusan Unesa tidak hanya sebagai pengguna dalam teknologi. Melainkan juga bisa memanfaatkan teknologi untuk berkreasi, dan berinovasi.
“Kita ketahui bahwasannya, manusia harus melek akan arus digitalisasi. Kalau tidak bisa memanfatkan ini dengan baik ya mereka akan ketergantungan terus,”tambah dia.
Pentingnya penerapan Pendidikan Jasmani dan Kebugaran juga dikatakan Bambang, menjadi pilihn yang tepat. Sebab, di era digitalisasi saat ini ruang aktifitas manusia sangat minim. Yang mana hal itu akan berdampak pada kondisi obesitas pada tubuh.
“Sekarang ini semuanya serba digital. tidak perlu jauh-jauh cari makan cukup pesan online. Beli baju juga begitu. Kalau kangen keluarga atau kerabat cukup telfon. Jadi memang ruang gerak dn aktifitasnya sangat terbatas. Sangat minim. Kalau tidak banyak gerk dan olahraga ini bisa tidak baik bagi kondisi tubuh,”ujar dia. Sehingga, dengan adanya kurikulum 2 sks ini mahasiswa bisa kembali lagi menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar. “Kalau fisiknya bugar dan sehat konsentrasinya akan bagus. Tapi kalau obesitas? Mereka sulit melakukan apapun karena ruang gerkanya minim,”katanya.
Kendati demikian, Pendidikan Jasmani dan Kebugaran sendiri sudah diterapkan sejak 12 tahun yang lalu. Namun sata ini ada penguatan dari kurikulim, kajian penelitian dan tenaga pendidiknya.

Menggali Makna dan Filosofi dari Permainan Tradisional
Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di gelar penuh makna. Pasalnya, ribuan mahasiswa dan civitas akademika Unesa memainkan berbagai permainan tradisional. Mulai kitiran hingga hompimpa secara kolosal. Bukan tanpa arti, kegiatan tersebut dilakukan lantaran bertepatan dengan Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-74 yang dilakukan di lapangan Rektorat Unesa, Sabtu (17/8).
“Permainan tradisional punya filosofi di dalamnya. Jadi filosofi itulah yang menjadi bekal kepada maba. Untuk bermain, kerjasama, kemudian ada semua di (Revolusi industri, red) 4.0 kerjasama kolaborasi, inovasi, kreatifivas mahasiswa, strategi bahkan luar biasa keberaniannya,” ujar Nurhasan ditemui usai upacara pada Sabtu (17/8/2019).
Suasana lapangan yang sebelumnya khidmat selama upacara, menjadi riuh. Itu karena Rektor Unesa Prof Nurhasan, beserta jajaran mengajak mahasiswa untuk memainkan serempak baling-baling (kitiran) yang mengeluarjan suara cukup unik ini.
Selain memainkan kitiran, jajarn rektorat jug melakukan jnaji atlet perminn tradisional. Di samping itu mereka juga memakai baju adat suku-suku yang ada di Indonesia. Mulai baju adat Jawa, Madura, Batak hingga Pangeran Diponegoro.
“Saya juga mewajibkan kepada pimpinan, tokoh, baik itu adat, pahlawan, agar maba atau civitas akademika ingat jasa para pahlawan yang berdarah-darah, memperjuangkan kemerdekaan. Harusnya mengisi dan mengingatkan untuk berani berinovasi untuk Indonesia maju,” tambah dia.
Informasi lain, juga ada pembentangan bendera raksasa bertulisankan “DARI UNESA UNTUK INDONESIA” di gedung rektorat Unesa. Bendera raksasa ini dibentangkan oleh tiga mahasiswi dari UKM Mapala Unesa. [ina]

Tags: