Kebohongan Ayah

Oleh :
Amalia Nur Fadhilah

Aku menyambut dengan senang saat ayah pulang bekerja. Tapi ayah tidak mau aku peluk saat ayah baru pulang bekerja, ia rasa mungkin ayah merasa bau dan kotor, hingga suatu hari aku melihat pengemis yang mirip dengan perawakan ayah, apakah itu ayah?

Pagi harinya ia melihat ayah sudah rapi dengan seragam kerjanya. Baju hem dengan dasi warna yang senada melekat pas pada badan dan ayah. Tak lupa tas kerja yang dibawa oleh ayah.

Rumahnya tak mewah. Akan tetapi nyaman dan hangat itulah yang dirasakan oleh Retno. Disekitar rumahnya ada sawah. Walaupun hanya ada sawah hal tersebut membuat keadaan rumah menjadi sejuk karena semilir angin yang kencang yang menerpa. Bertahun-tahun Retno hidup dengan kedua orang tuanya semua berjalan dengan normal. Dirinya merasa bahagia hidup dengan kedua orang yang mencurahkan kasih sayang dengan sepenuh hati. Selama ini ia bangga pada ayahnya bahwa ayahnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Selepas pulang bekerja ayah biasanya disambut oleh Retno yang sangat kangen pada ayahnya. Tak lupa Retno juga biasanya memijat badan ayahnya. Ia merasa kasihan kepada ayahnya ia yakin ayah pasti sangat lelah. Akan tetapi senyum ayahnya tak pernah pudar. Itu yang membuat Retno merasa tidak khawatir. Retno sangat bangga terhadap ayahnya tersebut yang tak pernah lepas tanggung jawab terhadap dirinya.

Suatu pagi Retno membantu ibunya memasak di dapur, ia membuatkan teh jasmine yang merupakan teh favorit ayahnya. Setelah selama memasak mereka pun makan bersama ini merupakan kebiasaan yang selalu mereka lakukan saat makan. Retno merasa beruntung memiliki ayah yang baik dan selalu memberikan nasehat kepada Retno agar menjadi anak yang jujur dan tidak sombong.

Sore hari, ia melihat ayahnya pulang dengan wajah yang terlihat lelah. Mulanya Retno tidak terlalu memperhatikan perubahan di diri ayahnya. Namun lama-kelamaan ia merasa ada yang aneh pada ayahnya. Pulang malam sekarang menjadi kebiasaan bagi ayahnya. Hal tersebut membuat rasa penasaran pada diri Retno. Retno selalu memikirkan keganjilan yang terjadi pada ayahnya akan tetapi Retno tidak menunjukkan sikap aneh agar ayahnya tidak merasa curiga dengan Retno.

Saat Retno pulang sekolah menaiki angkot Retno dan teman-temannya sedang asyik bercerita. Angkot berhenti saat lampu merah. Terlihat dari kejauhan ada seorang pengemis yang sedang meminta-minta di samping setiap mobil yang berhenti. Pengemis itu menggunakan baju sobek-sobek memakai topi yang menutupi wajahnya. Pengemis yang sedang berjalan ke arah angkot tak sengaja melihat Retno berada di dalam angkot tersebut yang sedang bercerita dan tertawa bersama. Dengan perasaan takut pengemis tersebut berjalan menjauh karena takut Retno melihat dirinya yang sedang mengemis. Dengan sedikit berlari ia bersembunyi di dekat warung yang berjualan minuman. Dengan sedikit ngos-ngosan ia merasa sedih, ia tidak pernah memberi tahu apa pekerjaan sebenarnya pada anaknya ia merasa malu karena ia mengemis.

Selepas pulang ayah berjalan masuk kemudian menghembuskan nafas lelah “Hari ini melelahkan sekali, kamu harus menjadi orang sukses jangan seperti ayah” itu yang ayah katakan saat duduk di kursi dengan mata terpejam. Retno yang sedikit bingung dengan perkataan ayahnya hanya bisa mengangguk dan tenggelam dalam pikiran tentang ayahnya tersebut. Dalam hatinya berkata “mengapa ayah berkata seperti itu?”

Keesokan harinya, saat Ayah hendak pergi berangkat Retno berinisiatif membawakan tas ayah ke depan. Ia merasa ada yang aneh dengan isi tas ayahnya. Isi tas tersebut seperti berisi baju yang sobek-sobek. Walaupun tas tersebut terbuka sedikit tapi Retno bisa melihat isi tas tersebut. Saat akan melihat tas tersebut karena merasa penasaran dengan isi tas tersebut ayah datang dan segera merebut tas dengan wajah sedikit kaget dan pucat.

“Retno kamu sedang apa? Nanti kamu terlambat masuk ke sekolah cepat habiskan sarapan kamu. Ayah bisa sendiri ambil tas ayah.”

“aku cuma mau ambil tas ayah, sebenarnya aku mau bawakan ke depan tak kasihkan ke ayah tapi ayah datang lebih dulu.” Maaf ya yah kalo ayah merasa tidak nyaman.

“Nggak papa, tapi ayah biasa ambil tas ayah sendiri.

Retno yang penasaran dengan isi dalam tas ayahnya. Lantas Retno memikirkan “baju sobek-sobek untuk apa dibawa oleh ayahnya? hingga membuat ayah sedikit takut saat ia ingin membawakan tas tersebut ke depan.” Pikirannya mulai kemana-mana. Retno ingin menanyakan hal tersebut kepada ibunya karena merasa penasaran dengan baju sobek-sobek yang dibawa oleh ayahnya.

“Bu, kok tadi aku seperti melihat ada baju yang sobek-sobek di dalam tas ayah, untuk apa Ayah membawa baju sobek-sobek tersebut Bu?

“Mungkin kamu salah melihat. Ibu ngga pernah melihat ada baju sobek-sobek di dalam tas ayah.”

“Tapi aku tadi lihat ada baju sobek-sobek Bu.”

“Sudah jangan dipikirkan mungkin kamu salah lihat.”

Retno ragu, jika memang di dalam tas tersebut tidak ada apa-apanya mengapa ayahnya terlihat sangat takut saat ia memegang tas tersebut. Ia sangat yakin ada baju sobek-sobek di dalam tas tersebut. Hal tersebut membuatnya semakin penasaran untuk apa baju sobek-sobek tersebut ada di dalam tas ayahnya. Jika baju itu akan dibuang kenapa ayah tidak menjawab baju tersebut akan dibuang mengapa ayah malah terlihat sangat takut?

Selepas magrib ayah berbicara kepada ibu mengenai Retno yang melihat baju sobek-sobek di dalam tas. Ibu pun membenarkan apa yang dikatakan oleh ayahnya.

“Bu, tadi Retno hampir saja melihat baju sobek-sobek ayah di dalam tas.” Ayah rasa Retno mulai mencurigai ayah.”

” benar yah, tadi selepas ayah berangkat Retno menanyakan baju sobek-sobek di dalam tas ayah.” Ibu hanya menjawab bahwa mungkin Retno salah melihat. Jadi bagaimana yah, Retno pasti akan terus mencari kebenaran itu yah.”

“ayah sudah menaruh baju-baju sobek-sobek itu ke tempat lain. Ayah yakin Retno pasti akan mencari tas dan melihat isi tas tersebut untuk membuktikan apa yang ia lihat.”

Malam harinya, saat jam menunjukkan pukul 23.00. Kedua orang tua Retno sudah tertidur Retno mengendap-ngendap ke tempat tas tersebut diletakkan hal itu ia lakukan untuk memenuhi rasa penasarannya. Sampai pada tempat ayahnya meletakkan tas kerjanya tersebut dengan hati-hati Retno membuka tas ayahnya, akan tetapi ia terkejut dengan isi tas ayahnya tersebut isi tas tersebut berbeda dengan apa yang ia lihat pagi tadi. Tas tersebut berisikan baju hem milik ayahnya yang sudah kusut.

Hari berikutnya Retno masih merasa penasaran dengan apa yang ia lihat kemarin. Ia merasa tidak salah melihat isi tas ayahnya. Ia yakin tas tersebut berisikan baju sobek-sobek. Hingga suatu sore ia melihat ada kresek hitam di halaman depan rumah. Di buka tas kresek tersebut terlihat isinya baju sobek-sobek yang berbeda dengan yang ia lihat kemarin. Hatinya bertanya “milik siapakah baju sobek-sobek ini”? Ia tidak mengetahui baju sobek-sobek tersebut karena warnanya berbeda dengan baju yang kemarin ia lihat di dalam tas ayahnya.

Malam harinya saat selesai makan bersama, Retno menanyakan baju sobek-sobek tersebut kepada ayahnya.

“Ayah kok ada baju sobek-sobek di halaman depan rumah ya, milik siapa ya yah?”

“Emm mu..ngkin milik pengemis yang tadi mampir saat ibu memberinya makan, mungkin ia lupa membawanya. Sudah besok dibuang saja.” Jawab ayah dengan sedikit terbata-bata

Ketinggalan?? Masa iya pengemis itu lupa membawa pakaiannya? Jika ibu memberinya makan seharusnya ibu bisa mengejar pengemis itu dan memberikan pakaian yang tertinggal tersebut kepadanya. Mungkin juga ibu bisa langsung membuang pakaian tersebut ke tempat sampah. Dengan segala keganjilan yang ada membuat rasa penasaran Retno semakin tinggi.

Siang itu, Ratna diajak teman-temannya untuk pergi ke taman kota. Sampai di sana saat sedang berjalan-jalan mengelilingi taman tak sengaja ia melihat ada pengemis memakai topi yang menutupi wajahnya dan baju compang-camping yang terlihat sangat kumal. Retno memandangi pengemis tersebut dengan teliti ia tertegun saat melihat perawakan badan pengemis itu yang mirip seperti ayahnya. Dengan perasaan campur aduk Retno berinisiatif untuk mengikuti pengemis tersebut.

Retno yang penasaran, pamit pulang terlebih dahulu kepada teman-temannya. Ia ingin mengikuti pengemis itu, dengan hati-hati Retno mengikuti pengemis itu. Retno melihat pengemis itu duduk beristirahat di sebuah warung yang menjual minuman. Retno melihat pengemis itu menenggak air mineral. Retno hampir melihat wajah pengemis itu, sayangnya mobil tersebut langsung memahami topi untuk menutupi wajahnya.

Hingga sore datang Retno melihat pengemis itu masuk ke dalam toilet umum di SPBU, dengan membawa tas. Retno hanya bisa memandang dari kejauhan sehingga tidak terlihat jelas wajah pengemis itu. Hampir setengah jam Retno menunggu pengemis itu keluarga dari toilet umum tersebut. Retno yang penasaran dengan pengemis itu tetap menunggu walaupun dengan rasa lelah. Retno yang sedang duduk melihat pengemis tersebut keluar dari toilet umum. Saat sudah dekat Retno terkejut melihat ayahnya keluar dari toilet dengan pakaian rapi berbaju hem dan tas yang biasa ayahnya bawa. Tas tersebut mirip dengan tas yang dibawa oleh pengemis tadi. Jadi apakah ini pekerjaan ayah sesungguhnya?

——— *** ———-

Tentang Penulis :
Amalia Nur Fadhilah
Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Saya berdomisili di Desa Kober RT 05 RW 05, Kec. Purwokerto Barat, Kab. Banyumas. Penulis dapat dihubungi melalui email: amalianurf01@gmail.com dan melalui IG : amalianurf_22

Rate this article!
Kebohongan Ayah,5 / 5 ( 1votes )
Tags: