Kebun Teh Wonosari Antisipasi Serangan Hama dan Penyakit

Manager Kebun Teh Wonosari PTPN XII Budi Karyono saat mengecek tanaman teh di perkebunan setempat.

Kab Malang, Bhirawa
Memasuki musim kemarau seperti sekarang ini, Kebun Teh Wonosari yang berada di wilayah dua kecamatan yakni Lawang dan Sigosari, Kabupaten Malang mulai kekurangan air. Sehingga dengan adanya kekurangan air, maka dikhawatirkan akan terkena serangan hama dan penyakit pada tanaman teh.
Sedangkan Kebun Teh Wonosari tersebut kini dikelola Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) XII. Dan lokasi kebun teh itu juga sebagai tempat wisata alam dengan udaranya yang sejuk. Sebab, perkebunan teh itu berada di kaki lereng Gunung Arjuno pada ketinggian 950-1.250 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL).
“Kami saat ini telah melakukan antisipasi terhadap serangan hama dan penyakit pada tanaman teh. Karena hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman ada korelasinya dengan iklim dan cuaca, yang saat ini masuk pada musim kemarau,” ujar Manager Kebun Teh Wonosari PTPN XII Budi Karyono, Minggu (17/9), kepada wartawan.
Menurut dia, perkebunan teh yang kita kelola ini, luasnya mencapai 1.144 hektare, yang berada di wilayah Kecamatan lawang dan Singosari. Sehingga dengan adanya musim kemarau seperti sekarang ini, maka pihaknya melakukan antisipasi agar tanaman teh tidak terserang hama dan penyakit. Sebenarnya, di lereng Gunung Arjuno ada beberapa sumber air, namun setiap musim kemarau debit airnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air di seluruh area perkebunan.
“Perkebunan Teh Wonosari ini merupakan wilayah tadah hujan, sehingga ketersediaan air tidak mencukupi untuk mengairi lahan seluas itu. Dan memang ada sumber mata air, tapi di bawah kebun,” ungkap Budi, yang pernah menjabat Manager Kebun Kalibakar, Kecamatan Dampit dan Pancursari, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Ditegaskan, agar tanaman teh tidak terserang hama dan penyakit, dirinya melakukan upaya dengan memperbanyak mulsa di tanah dan sela-sela tanaman. Material penutupnya menggunakan ranting tanaman. Tujuannya yakni menjaga kelembaban, sehingga tanaman teh bisa tumbuh dengan baik. Dan dengan memperbanyak mulsa secara otomatis akan menjaga, s kelembaban, serta untuk mengurangi penguapan pada tanaman dengan pemangkasan.
“Berbagai upaya itu sudah kami lakukan guna memacu produksi teh, dan sejauh ini produksi teh di Kebun Teh Wonosari telah mencapai 1,7 ton per hektare. Meski kami akui jika selama musim kemarau telah terjadi penurunan produksi dari sebelumnya bisa mencapai 2 ton per hektare,” tuturnya.
Budi menjelaskan, pucuk daun teh yang dipetik itu langsung masuk ke pabrik melalui proses pengolahan orthodox dan Cutting, Tearing, dan Curling (CTC). Hasilnya, sebagian besar produksi berkualitas ekspor, yang kita jual ke luar negeri. Sedangkan produksi teh yang kita ekspor terbanyak untuk konsumen Eropa. Namun, perkembangan harga teh dunia terbaru saat ini sedang lesu.
“Penurunan harga teh tidak hanya di Indonesia saja, tapi di dunia cenderung turun, dan terakhir harga teh di posisi US$ 2,48 dari sebelumnya US$ 3. Sedangkan salah satu faktornya kalah bersaing dengan kopi, sehingga komoditas kopi sudah menggeser popularitas teh baik di pasar nasional maupun luar negeri,” tandasnya. [cyn]

Tags: