Kebutuhan Skill Hadapi Revolusi Industri 4.0

Oleh :
N.Faqih Syarif H
Penulis Buku Gizi Spiritual. Sekretaris Komnas Pendidikan Jawa Timur

Beberapa waktu yang lalu saya diminta ngisi seminar mengenai peran pendidikan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 di Ciputra world yang dihadiri oleh generasi milenial, tulisan singkat kali ini berkenaan dengan skill apa yang harus kita miliki untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Banyak dari kita sudah familiar dengan istilah revolusi industri 4.0.
Menurut wikipedia, industri 4.0 merupakan otomatisasi sistem produksi dengan memanfaatkan teknologi dan big data. Di dalam pabrik mulai menggunakan teknologi baru seperti IoT (internet of things).
Para pakar meramalkan bahwa di tahun 2020, dunia akan memasuki era Industri 4.0. Di era tersebut, akan banyak bermunculan robot canggih, superkomputer, kendaraan otonom, 3D printing, serta pengoptimasian fungsi otak manusia dengan editing genetik dan perkembangan neuroteknologi.
Mungkin terlihat canggih dan membuat takjub, akan tetapi bukan berarti tidak ada kerugian yang ditimbulkan oleh revolusi industri tersebut. Mengutip dari hasil Forum Internasional tahunan yang bertemakan “Mastering the Fourth Industrial Revolution” pada 2016 lalu, Revolusi Industri 4.0 ini akan menyebabkan disrupsi atau gangguan bukan hanya di bidang bisnis saja, namun juga pada pasar tenaga kerja.
Hal ini berarti akan ada banyak jenis pekerjaan yang hilang dan tergantikan oleh fungsi robot atau artificial intelligence. Para tenaga kerja manusia pun tidak menutup kemungkinan akan menghadapi jenis pekerjaan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, sehingga revolusi ini mau tak mau menuntut kita untuk terus mengembangkan skill yang sekiranya dapat bermanfaat serta mumpuni di masa depan.
Lantas, apa saja skill yang dibutuhkan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0? Setidaknya ada sepuluh skill yang dibutuhkan untuk menghadapinya :
Pertama, Complex problem solving. Complex problem solving disini merupakan kemampuan penyelesaian masalah kompleks dengan dimulai dari melakukan identifikasi, menentukan elemen utama masalah, melihat berbagai kemungkinan sebagai solusi, melakukan aksi/tindakan untuk menyelesaikan masalah, serta mencari pelajaran untuk dipelajari dalam rangka penyelesaian masalah.
Kedua, Critical thinking. Critical thinking atau kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir masuk akal, kognitif dan membentuk strategi yang akan meningkatkan kemungkinan hasil yang diharapkan. Berpikir kritis juga bisa disebut berpikir dengan tujuan yang jelas, beralasan, dan berorientasi pada sasaran.
Ketiga, Creativity. Creativity atau kreatifitas adalah kemampuan dan kemamuan untuk terus berinovasi, menemukan sesuatu yang unik serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Creativity disini dapat juga diartikan mengembangkan sesuatu hal yang sudah ada sehingga dapat menjadi lebih baik.
Keempat, People management. People management adalah kemampuan untuk mengatur, memimpin dan memanfaatkan sumber daya manusia secara tepat sasaran dan efektif.
Kelima, Coordinating with other. Kemampuan untuk kerjasama tim ataupun bekerja dengan orang lain yang berasal dari luar tim.
Keenam, Emotion intelligence
Emotion intelligence atau kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengatur, menilai, menerima, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Ketujuh, Judgment and decision making
Judgement and decision making adalah kemampuan untuk menarik kesimpulan atas situasi yang dihadapi serta kemampuan untuk mengambil keputusan dalam kondisi apapun, termasuk saat sedang berada di bawah tekanan.
Kedelapan, Service orientation
Service orientation adalah keinginan untuk membantu dan melayani orang lain sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan memiliki service orientation, kita akan selalu berusaha memberikan yang terbaik pada pelanggan tanpa mengharapkan penghargaan semata.
Sembilan, Negotiation
Kemampuan berbicara, bernegosiasi, dan meyakinkan orang dalam aspek pekerjaan. Tidak semua orang secara alamiah memiliki kemampuan untuk mengadakan kesepakatan yang berbuah hasil yang diharapkan, namun hal ini dapat dikuasai dengan banyak latihan dan pembiasaan diri.
Sepuluh, Cognitive flexibility
Cognitive flexibility atau fleksibilitas kognitif adalah kemampuan untuk menyusun secara spontan suatu pengetahuan, dalam banyak cara, dalam memberi respon penyesuaikan diri untuk secara radikal merubah tuntutan situasional.
Empat Kecerdasan
Kita hanya dapat menghadapi tantangan tersebut dengan penuh makna jika kita mampu menggerakkan kebijaksanaan pikiran, hati, dan jiwa kita secara kolektif. Untuk melakukannya, saya yakin kita harus beradaptasi, mengubah, dan menghalangi munculnya potensi kekacauan tersebut dengan mengasah dan mengaplikasi empat jenis kecerdasan yang berbeda : (1) Kontekstual ( Pikiran ) : bagaimana kita mengerti dan mengaplikasi pengetahuan kita. (2) Emosional ( hati ) : bagaimana kita memproses dan menyatukan pikiran dan perasaan kita serta menghubungkannya dengan diri kita dan orang lain. (3) Terinspirasi ( Jiwa ) : bagaimana kita menggunakan tujuan, keyakinan, dan keutamaan-keutamaan individu maupun kolektif dalam memengaruhi perubahan dan bertindak demi kebaikan bersama. (4) Fisik ( Tubuh ) : bagaimana kita meningkatkan dan menjaga kesehatan kita, termasuk mereka yang ada di sekitar kita, sehingga kita siap menggunakan energi yang dibutuhkan.
Yang pasti adalah ketidakpastian. Maka Perubahan adalah sebuah keniscayaan yang terpenting perubahan ke arah yang jauh lebih baik. Bikinlah hidup lebih hidup dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah yang menciptakan kita maka pastilah Allah yang paling tahu aturan yang cocok dan pas bagi kita.
Salam Dahsyat dan Luar Biasa !

———– *** ————-

Tags: