Kecamatan Pakal Berjuang Lawan Banjir Kali Lamong

2-Camat Pakal, Agus Setyoko saat meninjau tanggul yang berada di sisi kali lamong, Rabu (42). gehSurabaya, Bhirawa
Kecamatan pakal menjadi daerah yang tak pernah absen disambangi banjir setiap musim hujan. Kawasan yang ada di perbatasan dengan kabupaten Gresik dan tepat berada di sisi Kali Lamong selalu mendapat luapan air dari anak sungai Bengawan Solo itu.
Jelang puncak musim hujan yang diprediksi akan tiba akhir bulan ini, pihak kecematan setempat tengah berupaya untuk mencegah agar tahun ini, kawasan kecamtan itu tak lagi disambangi banjir.
Camat Pakal Agus Setyoko menyatakan bahwa pihaknya tengah membenahi tanggul yang ada di sisi kali Lamong. Pasalnya, meski sudah diberi tanggul setingga 12 meter di satu sisi dan 8 meter di sisi lainnya oleh pemerintah kota, jika sungai sedang meluap, air selalu meluber dan mengalik ke perkampungan warga.
” Sekarang kita sedang tinggikan tanggulnya, dengan menambah tingginya satu meter lagi. Dengan upaya itu, kami berharap bisa mengurangi banjir jika sungai meluap,” tuturnya saat ditemui Bhirawa dikantornya, Rabu (4/2).
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa kawasan Pakal khsusunya di Desa Sumberejo selalu menjadi langgaran banjir lantaran tiga faktor. Yang pertama karena daerah pakal menjadi muara dari anak sungai Bengawan Solo. Kedua, sungai Lamong selalu menjadi tempat yang terdampak pasang suturnya iar laut.
Selanjutnya karena terletak di perbatasan Surabaya dengan Gresik, setiap hujan besar di Gresik turun, maka sungai juga akan mendapat kiriman air dari Gresik, belum lagi kalau ditambah dengan hujan besar di Surabaya juga sedang turun.
Sejauh ini, memang sudah ada tanggul sepanjang 165 meter yang membentang membentengi perkampungan warga dengan sisi-sisi aliran Kali Lamong. Namun, nyatanya air masih selalu masuk ke perkampungan.
“Masalahnya itu, walaupun sudah dibangun oleh Pemkot tanggul yang setinggi itu, air masih mencari jalan di sisi-sisi lain yang tidak tertutup tanggul dan akhirnya masuk kembali ke kampung,” tambahnya.
Yang disayangkan setiap musim hujan datang dan terjadi banjir, petani dan juga penguasaha tambak selalu yang menjadi korban terbesar. Pasalnya, setiap sebelum musim hujan, para pengusaha tambak ikan selalu menebar benih.
Dengan harapan dua hingga tiga bulan sudah bisa memanen tambaknya, ternyata belum sempat panen benih-benih di tambak mereka sudah hilang duluan tersapun banjir.
Hal ini dibenarkan oleh Sekretaris Camat Pakal Deddy S.K, ia menyebtukan bahwa kerugian terbesar ada pada produk hasil pertanian dan tambak. “Pernah di tiga tahun lalu sampai kerugiannya mencapai Rp 1 miliar. Sebab lahan pertanian dan tambak disini mencapai 1500 hektar,” tuturnya.
Begitu juga untuk tahun 2014, meski tidak menyebutkan kerugian riilnya, tapi, lahan pertanian dan tambak masih selalu mengalami nasib serupa. Untuk itu, dengan penambahan tinggi tanggul dan menambah sandbag yang dilerakkan di sisi-sisi kali Lamong itu, pihaknya berharap bisa mengurangi dampak yang terjadi akibat datangnya hujan dan juga banjir.
“Sebab ini kita bicara alam. Tidak bisa diprediksi dengan jelas. Walau memang tidak bisa menghilangkan banjir sepenuhnya, kami berhrap bisa mengurangi,” imbuh Deddy. (geh)

Keterangan Foto : Camat-Pakal-Agus-Setyoko-saat-meninjau-tanggul-yang-berada-di-sisi-kali-lamong-Rabu-42.-[geh/bhirawa].

Tags: