Kecewa Nilai UN-USBN Tak Jadi Acuan SNMPTN

Foto: ilustrasi SNMPTN

Jaga Akurasi, Siswa Isi Sendiri Data PDSS

Surabaya, Bhirawa
Panitia pusat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah memutuskan untuk tidak menggunakan nilai Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Hal ini secara tidak langsung telah membuat kecewa penyelenggara UN di tingkat provinsi.
Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Saiful Rachman menilai, munculnya kebijakan tersebut karena kurangnya koordinasi antara dua kementerian yang terkait. Yaitu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
“Bisa jadi juga karena jadwal USBN dengan SNMPTN yang terlalu dekat,” katanya saat ditemui, Senin (15/1).
Menurut dia, kebijakan dua kementerian tersebut harusnya sinkron agar tidak meresahkan masyarakat. Kalau tidak mengakui hasil USBN dan UN, lanjut Saiful, kesannya mengesampingkan peran sekolah. Dengan kondisi itu, sekolah diminta menjaga integritas dalam melaporkan keseharian siswa di sekolah. Apalagi nilai rapor menjadi acuan panitia SNMPTN.
Akreditasi sekolah, kata Saiful, tidak kalah pentingnya. Sejak beberapa tahun terakhir SNMPTN menggunakan kuota penerimaan berdasar akreditasi sekolah. Dia pun berharap siswa yang sudah diterima SNMPTN tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Bila tidak dimanfaatkan, sekolah asal siswa itu bisa terkena sanksi. “Sekolah harus terus menjaga kualitas,” ujar mantan Kepala Badan Diklat Jatim ini.
Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Warsono mengaku, tidak digunakannya nilai USBN dan UN sudah menjadi kesepakatan bersama secara nasional. Namun, rektor PTN diberi kewenangan untuk menggunakan nilai tersebut sebagai pertimbangan pada jalur mandiri. “Jalur SNMPTN semuanya tidak,” katanya.
Terkait kuota jalur SNMPTN tahun ini, Warsono mengaku belum menentukan besarannya. Tapi pada prinsipnya, kuota tidak boleh kurang dari tahun sebelumnya. “Tahun ini ketentuan kuota dari pusat SNMPTN minimal 30 persen, SBMPTN 30 persen, dan jalur mandiri maksimal 30 persen,” terangnya.
Hal yang sama terjadi di Universitas Airlangga (Unair). Hingga kemarin kuotanya belum ditentukan. “Masih belum ada keputusan dari rektor,” kata Ketua Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Unair Solikin. Dalam minggu ini, lanjut dia, kuota diharapkan sudah keluar. Sebab, panitia pusat juga meminta data tersebut.
Solikin menjelaskan, tahun 2017 lalu Unair menggunakan kuota 35 persen untuk SNMPTN, 35 persen SBMPTN, dan mandiri 30 persen. “Perkiraan untuk jalur mandiri tidak berubah. Yang kemungkinan berubah antara SNMPTN dan SBMPTN. Lihat hasil evaluasi terlebih dahulu,” tandasnya.
Sementara itu, proses SNMPTN telah memasuki hari keempat pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Berbagai upaya dilakukan sekolah agar pengisian data berlangsung cepat dan akurat. Seperti di SMK Farmasi Surabaya, pihak sekolah melibatkan siswa mulai dari pemasukan nilai rapor hingga validasi.
Ambar Boewana staf kurikulum SMK Farmasi Surabaya menjelaskan, tim pendaftaran SNMPTN akan memantau siswa saat memasukkan nilainya pada PDSS. Nilai yang dimasukkan harus sesuai dengan kopi rapor yang sudah diverifikasi guru pelajaran.
“SNMPTN sudah mulai diisi siswa, diperiksa tiga kali. Sehari yang mengisi satu kelas, nanti kami bukakan aksesnya melalui laboratorium komputer kami dan pengisiannya diawasi,”ujarnya ketika ditemui kemarin.
Strategi ini dilakukan agar siswa tidak asal-asalan dalam mengisi dan tidak akan komplain nilai dari siswa. Sebab, mereka sendiri yang telah memasukkan datanya. “Rencananya kami mengambil jam pelajaran kewirausahaan untuk memasukkan data. Pengalaman tahun kemarin pasti selesai dalam sekali mengisi, kalaupun melebihi jam pelajaran tidak akan lama,”lanjutnya.
Meskipun tidak semua siswa SMK berminat melanjutkan studi, pihak sekolah tetap akan memasukkan semua nilai siswa untuk diseleksi panitia SNMPTN. Hal ini menyiasati komplain dari orang tua yang mungkin merasa tidak tahu adanya pendaftaran masuk perguruan tinggi, walaupun anaknya memang tidak berminat melanjutkan studi.
“Kalau nanti siswa bisa login ya daftar. Saat daftar ini kami tekankan lagi dalam pemilihan jurusan, harus diambil kalaupun diterima di pilihan kedua. Karena hal ini akan berimbas pada penerimaan adik kelasnya nanti,”urainya. [tam]

Tags: