Kedelai Mahal, DKPP Kabupaten Probolinggo Targetkan 1.399 H Lahan

Petani di Maron mulai suka tanam kedelai.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Melambungnya harga tempe menjadi sorotan berbagai pihak. Salah satunya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo. Tahun ini DKPP mendapat target luas lahan tanam kedelai dari Provinsi Jawa Timur sebanyak 1.399 hektare.

Jumlah target yang dibebankan tahun ini mengalami kenaikkan cukup drastis. Pasalnya, tahun lalu Kabupaten Probolinggo lahan tanam kedelai hanya ditarget seluas 37 hektare. Target itu dapat dicapai sebelum akhir tahun. Bahkan masih dilakukan penanaman hingga akhir tahun sehingga produksi melebihi target yang telah ditetapkan. “Naik 1,362 hektar dari sebelumnya. Harus bekerja lebih ekstra agar target yang ditentukan dapat dicapai, “hal ini diungkapkan Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Kabupaten Probolinggo, Didik Tulus Prasetyo, Kamis (14/1).

Menurutnya, kenaikan target luasan lahan dipicu karena harga kedelai yang menyebabkan akibat dari kedelai yang cukup terbatas. Sehingga produktivitas digenjot melalui target lahan yang sudah ditanam, luas lahan menjadi sasaran penentuan target karena tingkat produktivitas dapat diketahui dengan jumlah lahan yang sudah ditanam. “Jumlah luasan lahan tanam yang sudah terealisasi sedikit banyak mempengaruhi hasil panen. Sehingga menjadi target adalah jumlah lahan yang harus dicapai, “ucapnya.

Didik menegaskan, kenaikan target ditentukan Pemprov Jatim. Dengan ketahanan pangan yang harus diwujudkan, dan kemampuan wilayah untuk memproduksi bahan pangan. Hingga saat ini kedelai masuk dalam salah satu komoditas pangan yang harus dipenuhi.

Untuk mencapai target yang telah dipatok, upaya yang akan dilakukan oleh DKPP adalah melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada petani. Utamanya petani diwilayah penghasil kedelai. Selain itu juga memberikan bantuan bibit kepada petani kedelai agar tetap mau menanam kedelai pada lahan pertolongan.

“Wilayah yang sangat potensial untuk ditanami kedelai diantarnya Maron, Tegalsiwalan dan Bantaran. Kami upayakan petani tetap melakukan penanaman kedelai. Untuk petani di wilayah lain juga dapat menanam kedelai. Nantinya juga akan dibantu pengadaan bibit oleh pemerintah, “beber Didik.

Penambahan target ini bukan tanpa pertimbangan. Sebab target yang ada pada tahun ini dirasa begitu rendah. Sehingga target yang dibebankan telah tercapai sebelum akhir tahun. Tidak hanya itu, produksi kedelai tergolong surplus karena melebihi target yang ditetapkan.

“Pembebanan target memang rendah, yakni ditarget luasan lahan seluas 37 hektare. Setelah dievaluasi, tahun depan kemungkinan target berkisar 1.300 hektare,” ujarnya.

Target kenaikan lahan tersebut begitu tinggi. Namun menurut Didik, kebijakan yang berkaitan dengan naik atau turunnya target luasan lahan tanam, ditentukan Pemprov Jatim. Dengan mempertimbangkan kebutuhan pangan yang diperlukan masyarakat, dan kemampuan wilayah untuk memproduksi bahan pangan.

“Target yang dibebankan dengan jumlah realisasi jadi pertimbangan utama. Jika mampu melebihi target, sudah semestinya akan ditambah. Walaupun telah dinaikkan, tidak akan melebihi kemampuan yang bisa dilakukan,” ungkapnya.

Sejauh ini lahan tanam kedelai terkenal di beberapa wilayah di Kabupaten Probolinggo. Namun demikian hanya tiga wilayah yang sangat potensial untuk ditanami kedelai yakni Maron, Tegalsiwalan dan Bantaran petaninya masih tetap menanam. “Untuk wilayah sebenarnya bisa dilakukan di semua lahan, tapi tiga wilayah yang kami pusatkan dan genjot produksinya sebab kualitas dan kuantitasnya cukup baik,” tuturnya.

DKPP Kabupaten Probolinggo, terus berupaya mewujudkan ketahanan pangan. Selain padi dan jagung, kedelai juga turut menjadi komponen pangan yang ditargetkan. Sampai September 2020, luas areal tanam kedelai telah melebihi target.

Kedelai masuk salah satu komponen ketahanan pangan karena beberapa makanan berbahan baku kedelai. Sehingga, ketersediaannya harus dipenuhi sesuai kebutuhan. Tidak heran jika kedelai juga turut menjadi target yang harus dicapai dalam kurun waktu satu tahun. “Kami mendapatkan target luasan lahan seluas 37 hektare. Sampai September, sudah melebihi target, yakni 74 hektare lahan kedelai,” ujar Didik Tulus Prasetyo.

Didik menjelaskan, target yang dibebankan cukup rendah, sehingga realisasinya melebihi target. Hal ini dikarenakan petani di Kabupaten Probolinggo, masih konsisten menanam kedelai. “Capaian ini sungguh baik. Petani di sejumlah wilayah masih konsisten menanam kedelai, sehingga suplai kedelai tidak kekurangan,” katanya.

Kebijakan terkait dengan naik turunnya target bahan pangan ditentukan oleh Provinsi Jawa Timur. Dengan mempertimbangkan kebutuhan pangan yang diperlukan masyarakat dan kemampuan wilayah untuk memproduksi bahan pangan.

“Naik atau turunnya target itu tergantung koordinasi Pusat dengan Provinsi. Kemudian, Provinsi membagi target sesuai kemampuan wilayah. Ini bisa dilihat dari capaian luas lahan yang sudah ditargetkan pada periode sebelumnya,” tandasnya.

Salah satu kendala untuk mendorong petani menanam kacang kedelai adalah karena kurang menguntungkan. Para petani cenderung menanam komoditas yang benar-benar menguntungkan mereka, seperti padi, jagung dan tembakau. “Petani kita sebenarnya sudah pintar, mereka mau menanam yang benar-benar menguntungkan. Secara produktivitas memang kedelai belum bisa menguntungkan dari segi ekonomi dan perlakuannya lebih sulit,” paparnya.

Secara hitungan kasar, rata-rata produktivitas kacang kedelai berkisar satu ton per hektare. Jika dijual dengan harga Rp5.000 sampai Rp6.000 per kilogram, pendapatan saat panen berkisar Rp5 juta – Rp6 juta. Dari jumlah pendapatan tersebut, setidaknya biaya produksi bisa mencapai Rp3 juta sampai Rp4 juta, sehingga petani hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp2 juta, tambahnya.(Wap)

Tags: