Kegagalan Proyek Beton Jl Kemangsen Jangan Diulang

Proyek Beton Jl KemangsenSidoarjo, Bhirawa
Persoalan lalu lintas di Sidoarjo terus menumpuk dan makin sulit diselesaikan. Ego sektoral dan berliku-likunya birokrasi menjadi sandungan untuk memecahkan problema lalu lintas. Penyelesaian Frontage Road (FR) di timur jalan raya dari Waru sampai Kec Buduran yang panjangnya sekitar 10 km, belum juga tuntas akibat persoalan teknis di lapangan.
Masalah pelik lain diantaranya melebarkan perempatan Wonoayu-Krian. di tengah perempatan sempit terdapat pelintasan kereta api. Jalan sempit ditambah pelintasan rel membuat kawasan itu menjadi langganan macet, baik yang dari arah Wonoayu menuju Krian, atau mengarah ke Mojosari maupun Mojokerto.
Anggota Komisi C, Tarkit Erdianto, Senin (11/4) kemarin, menganggap pelebaran perempaan Wonoayu-Krian ini menjadi salah satu fokus Komisi C DPRD Sidoarjo. Sudah dilakukan kordinasi dengan Pempov dan PT KAI (Kereta Api Indonesia) karena satu akses dari Timur Wonoayu menuju barat merupakan jalan provinsi, sementara yang dari utara ke selatan adalah jalan kabupaten. Karena disitu terdapat pelintasan kereta api, maka diperlukan keterlibatan KAI. ”Kami sudah mencoba mencari solusinya karena ada keterlibatan tiga instansi itu, namun tampaknya tidak mudah,” jelasnya.
Perempatan ini, menurutya, perlu segera dilebarkan karena menjadi jalur yang sangat padat mulai pagi hingga petang. Lokasinya dilematis karena menjadi tanggungjawab tiga instansi. Tidak bisa Sidoarjo sendiri melakukan pelebaran, dan yang paling penting sebenarnya kesediaan PT KAI untuk mau kompromi melebarkan pelintasan itu. ia mengajak dilakukan kajian dan aspek keamanan apabila perempatan itu dilebarkan. Tidak diharapkan setelah dilebarkan lalu menjadi tidak aman bagi pengendara. jadi semua aspek harus dikaji dulu.
Tidak jauh dari lokasi itu ada jalan yang panjangnya sekitar 1 km tetapi tanahnya bergerak yakni Jl Kemangsen, Krian. PU Bina Marga sudah mencoba menggunakan beton pracetak sepanjang 120 meter ang digelar di jalan itu. Rupanya proyek bernilai Rp2 miliar tidak menyelesaikan persoalan. Jalan beton itu menjadi bergelombang dan ada cekungan di sambungan  beton pracetak.
Informasi terakhir, proyek gagal ini akan dilanjutkan kembali oleh PU Bin Marga dengan melanjutkan jalan beton yang panjangnya sekitar 400 meter. ”Jalan yang menggunakan beton ini sangat mahal, tetapi jangan nanggung. Malah ancur semua, terbukt jalan beton Kemangsen ini belum dua tahun sudah rusak,” kata anggota komisi C, M Nizar. PU Bina Marga Sidoarjo perlu meniru pembangunan jalan beton di Legundi-Krian, yang kualitasnya jauh dibanding Jl Kemangsen.
Ia meminta, dengan anggaran yang sangat besar di PU Bina Marga, seajarnya bila masyarakat menuntut jangan ada lagi jalan yang rusak. [hds]

Tags: