Kejar Target 12.471 Ton Budi Daya Perikanan, Nelayan Probolinggo Minim Tangkapan

Salah satu tempat budi daya ikan di Desa Banjarsari.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Tahun ini Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo menarget bisa mendapatkan 12.471 ton ikan budi daya. Sampai bulan kemarin sudah tercapai 63,95 persen atau 7.974,97 ton. Karenanya, Dinas Perikanan terus berusaha maksimal untuk mencapai targetnya. “Kami terus kejar target dengan harapan hingga akhir tahun dapat tercapai sempurna,” hal ini diungkapkan Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Aziz, selasa (17/11).

Dalam upaya mengejar target, Wahid mengaku aktif mendekati dan mendampingi para pembudi daya. Baik pembudi daya lama maupun pemula. “Dengan harapan mereka sebagai pembudi daya pemula tidak hanya sebagai hobi saja, tetapi juga bagaimana melakukan kegiatan budi daya yang dapat menambah penghasilan tambahan selain pekerjaan utama yang mereka lakukan,” ujarnya.

Sementara itu, pada pembenihan ikan budi daya, juga telah mencapai separo dari target. Dari target 15.000.000 benih ikan, hingga bulan kemarin sudah mencapai 8.239.400 benih. Namun, belakangan para pembenih kesulitan panen disebabkan musim yang tidak menentu.

Sejumlah nelayan Probolinggo yang biasanya menangkap ikan di Selat Madura, mulai mengeluh. Sebab, setahun belakangan hasil tangkapan mereka kurang memuaskan. Karenanya, banyak nelayan yang harus bergeser ke Selat Sumatera Barat dan sekitarnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

Setahun belakangan, nelayan yang berburu ikan ke Selat Madura, banyak yang hanya mendapatkan ikan tepung. Padahal, harganya sangat murah. Bahkan, tak sedikit yang mengeluh karena tidak setimpal dengan biaya operasional.

“Saya menyebutnya ikan tepung. Ikan putih yang kecil-kecil itu. Ikan tepung ini harganya sangat murah, sementara untuk hasil tangkapan ikan yang nilainya lebih tinggi sangat sedikit dibanding dengan dua hingga tiga tahun belakangan. Kondisi over fishing inilah yang harus mulai dibenahi,” katanya.

Over fishing atau makin minimnya stok ikan di laut ini dipengaruhi beberapa faktor. Selain jumlah nelayan yang meningkat yang melakukan penangkapan di Selat Madura, juga karena pemanasan global, perubahan iklim atau cuaca, temasuk kenaikan angin dan tinggi gelombang. Serta, rusaknya ekosistem laut, seperti terumbu karang akibat penggunaan alat tangkap yang merusak. Seperti, cantrang dan pukat harimau.

Karenanya, bila biasanya nelayan banyak berburu ikan di Selat Madura, kini harus bergeser lebih jauh. Kini, banyak nelayan yang berburu sampai ke daerah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, serta perairan Masalembu. Dengan semakin jauhnya area mayang, biaya operasionalnya juga bertambah. “Bisa jadi jika kondisi ini terus demikian, nelayan kecil yang kesulitan mencari ikan lambat laun akan berkurang. Bahkan, bisa jadi tidak ada lagi yang ingin jadi nelayan,” tutur Arif.

Pernyataan Arif diamini oleh salah seorang nelayan asal Kelurahan/Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, Sugiono Putro, 39. Ia mengaku setiap berangkat mencari ikan di Selat Madura, yang paling banyak ikan tepung.

“Kapalnya berangkat sebulan dua hingga tiga kali. Biasanya dua hingga empat hari dalam sekali perjalanan. Dalam tangkapannya, ada ikan lainnya, seperti putihan dan tongkol. Tapi, memang semakin lama ikan yang paling banyak tertangkap hanya ikan kecil-kecil atau ikan tepung,” tandasnya.

Dengan kondisi ini, maka tak jarang nelayan asal Probolinggo yang melaut hingga ke luar pulau. Tujuannya, untuk mendapatkan ikan yang lebih banyak. “Ada yang sampai seminggu jalan. Biasanya perginya ke luar pulau. Seperti ke arah NTT, NTB, dan perairan Masalembu,” ujar pria yang sudah lebih dari 15 tahun menjadi nelayan ini.

Lebih lanjut Kasi Pengelolaan dan Perawatan UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota Probolinggo Arif Wahyudi mengatakan, gelombang tinggi ini diperkirakan akan terjadi selama 24 jam dalam seminggu ini. Hal ini akan terjadi di Selat Hindia Selatan dan bagian selatan Jawa. Karenanya, BMKG memberikan peringatan dini dengan kode merah. Tujuannya, agar nelayan waspada atau bahkan tidak diperkenankan melaut.

“Ketinggian gelombang laut di Selat Madura antara 0,5-1,5 meter; di Laut Jawa bagian timur antara 0,8-2,3 meter; sedangkan di Selat Hindia Selatan Jatim antara 2,3-4,8 meter. Dengan data itu, yang perlu diwaspadai ketika nelayan hendak mencari ikan di Selatan Jawa dan Selat Hindia Selatan. Mengingat, ombaknya tinggi,” papar Arif.

Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dapat terjadi di Laut Jawa utara Bawean, Perairan Masalembu, Selat Madura, dan perairan selatan Jatim. Adapun kondisi angin didominasi dari arah timur-tenggara. “Kecepatan angin maksimum di laut Jawa bagian timur dan Selat Hindia Selatan Jatim sebesar 21 knot atau 39 kilometer per jam,” jelasnya.

Kondisi itu akan terus update saban hari. Serta, bisa diakses oleh nelayan guna mengetahui situasi dan kondisi gelombang laut. “Selain para nelayan bisa melihat di situs resmi, di kantor juga kami paparkan. Ada tabel data ter-update untuk situasi gelombang dan cuaca setiap harinya,” tambahnya.(Wap)

Tags: