Kekeringan di Sumenep Meluas Hingga 57 Desa

Warga menunggu antrian air bersih saat pendistribusian

Hutan di Batu Terbakar
Sumenep, Bhirawa
Kekeringan akibat musim kemarau di Kabupaten Sumenep terus meluas. Buktinya, hingga saat ini sebanyak 57 desa terjadi kekurangan air bersih. Padahal, pada bulan lalu, masih ada 37 desa tersebar di 13 Kecamatan yang kekurangan air bersih. Dampak lain kemarau panjang adalah terbakarnya hutan di Dusun Kandangan, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji Kota Batu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Abd Rahman Readi mengatakan, sesuai data yang dimilikinya, sudah ada penambahan 20 desa lagi yang mengalami kekurangan ketersediaan air bersih selama dua pekan terahir ini.
Hal itu dibuktikan dari permohonan desa atas air bersih. “Dampak kekeringan akibat kemarau di Sumenep ini terus bertambah. Sebelumnya terjadi di 37 desa dan itu merupakan desa-desa yang biasa mengalami kekurangan air bersih setiap tahunnya, namun saat ini bertambah 20 desa lagi diluar desa yang biasa mengalami kekurangan air,” kata kepala BPBD Sumenep, Abd Rahman Readi, Kamis (21/9).
Menurut Rahman Readi, ke 20 desa kekurangan air bersih itu diantaranya Jangkong, Batang-batang Daya, Badur, Gedang-gedang, Pragaan Daya, Kombang, Padike, dan Gadu Timur. Semua desa tersebut sudah meminta air bersih untuk kebutuhan minum warga dan hewan ternaknya. “Dua puluh desa yang baru terkena dampak kekeringan akibat kemarau itu berada di 8 kecamatan. Kami memang belum melakukan pendistribusian air bersih ke 20 desa tambahan tersebut. Tapi kami sudah menjadwalkannya,” jelasnya.
Kalau kemarau terus terjadi hingga akhir bulan Oktober 2017 ini, dampak kekeringan diprediksi akan terus bertambah, bahkan bisa mencapai 60 desa. Karena sesuai pemetaan lokasi dampak kekeringan masih banyak desa yang masuk katagori kekurangan air bersih pada saat terjadi kemarau panjang. “Kalau sampai akhir bulan Oktober belum hujan, dampak kekeringan bisa lebih meluas hingga mencapai 60 desa,” terangnya.
Dari 57 desa itu, 15 desa masuk pada kriteria kekeringan kritis sedangkan sisanya merupakan kekeringan langka. Dari 37 desa yang sudah di droping air bersih itu, rata-rata per wilayah kekeringan antara 6-10 rit dalam jangka waktu satu bulan terahir ini, baik desa kekeringan kritis maupun kekeringan langka. “Untuk satu rit itu sama dengan satu tangki air bersih. Pendistribusiannya dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan di wilayah dampak kekeringan itu sendiri,” tuturnya.
Ia menambahkan, untuk wilayah kepulauan, secara laporan resmi belum terjadi kekurangan air bersih, kecuali Kecamatan Talango. Talango itu tidak masuk pada wilayah kepulauan karena jaraknya masih dekat dengan daratan. “Untuk wilayah kecamatan Kepulauan belum ada laporan kekurangan air bersih, hanya saja di kecamatan Talango, tapi Talango itu tidak kami masukkan pada wilayah kepulauan karena jaraknya sangat dekat dengan daratan,” imbuhnya.

Tags: