Kekeringan di Tulungagung Masih Tersisa Ditengah Dampak La Nina

Suroto

Tulungagung, Bhirawa
Dampak La Nina yang diprediksi akan mengakibatkan intensitas hujan tinggi di wilayah Indonesia sampai saat belum terasa secara signifikan di Kabupaten Tulungagung. Bahkan sejumlah wilayah di Kota Marmer tersebut masih ada yang dilanda kekeringan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tulungagung, Suroto, Senin (19/10), mengungkapkan sampai sekarang masih ada tujuh desa di Tulungagung yang masih dilanda kekeringan. “Masih ada yang kekeringan. Ini karena hujan yang turun belum signifikan, hanya mulai basah saja di Tulungagung,” ujarnya.

Namun demikian, lanjut dia, meski masih ada desa yang kekeringan, secara kuantitatif jumlahnya sudah menurun. “Data terakhir ada delapan desa yang mengalami kekeringan, sekarang ada tujuh desa,” tuturnya.

Untuk wilayah Kecamatan Besuki, menurut Suroto sudah tidak ada lagi desa yang mengalami kekeringan. Justru kekeringan yang terbaru terjadi di wilayah Kecamatan Campurdarat. “Ada tambahan 50 KK yang mengalami kesulitan air bersih di daerah ketinggian di Kecamatan Campurdarat. Tambahan satu desa ini membuat jumlah desa yang mengalami kekeringan menjadi tujuh desa,” paparnya.

Menanggulangi daerah yang masih dilanda kekeringan tersebut, Suroto menyatakan terus memberikan bantuan berupa air bersih. “Suplai air bersih dilakukan setiap hari,” ucapnya.

Sedang terkait dampak La Nina, mantan Kasatpol PP Kabupaten Tulungagung ini menyatakan sudah meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi bencana hidrometeorologi. Apalagi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sudah melakukan imbauan untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana yang dapat berupa di antaranya banjir, tanah longsor dan tsunami tersebut.

“Kami sudah menindaklanjuti imbauan Gubernur dengan membuat surat pada wilayah-wilayah yang rawan berpotensi bencana akibat La Nina. Utamanya, di wilayah pesisir laut selatan dan pegunungan,” paparnya.

Di daerah rawan bencana itu BPBD Tulungagung melakukan mitigasi bencana, selain juga meningkatkan kewaspadaan masyarakat setempat. “Di Pantai Sine dan pantai lainnya di wilayah pesisir yang rawan tsunami kami pun sudah gencar sosialisasi 20 detik 20 menit 20 meter untuk evakuasi mandiri warga. Artinya ketika terjadi gempa selama 20 detik, warga punya waktu 20 menit untuk segera mengungsi atau evakuasi ke daerah dataran setinggi 20 meter,” tutur Suroto.

Bahkan Suroto menambahkan, Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, baru-baru ini sudah turun langsung pula ke Pantai Sine untuk sosialisasi terkait evakusasi mandiri tersebut. “Bupati juga menenangkan warga Pantai Sine agar tidak resah terkait isu akan terjadinya tsunami,”pungkasnya. (wed)

Tags: