Kekurangan Guru Produktif, Dindik Berencana Gandeng Industri

Dr Saiful Rachman

Tahap Awal, Target 100 Calon Guru Ikut Pembekalan Pedagogis Pendidikan
Dindik Jatim, Bhirawa
Beberapa hari yang lalu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution meminta revitalisasi SMK dilakukan secara menyeluruh dalam kunjungannya di SMKN 4 Malang. Salah satunya yang menjadi perhatiannya adalah perihal persoalan ketersediaan guru produktif. Di Jatim, jenjang SMK membutuhkan banyak guru produktif. Mengingat, tahun 2019 akan banyak guru produktif yang memasuki masa pensiun. Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan agar Pemerintah dan Dinas Pendidikan, khusunya yang ada di wilayah Jatim untuk melakukan training of trainer (ToT) bagi guru adaptif dan normatif untuk menjadi guru produktif.
Diungkapkan Kepala Dindik Jatim, Saiful Rachman jika ToT guru merupakan kebijakan dari pusat. Di Jatim, penerapan program tersebut sudah dilakukan sejak lama, namun masih belum maksimal. Sebab, hingga saat ini sampai tahun 2019 kekurangan guru produktif mencapai 50 persen dari tenaga pendidik SMK yang ada di Jawa Timur. Sehingga, memungkinkan guru produktif berasal dari pihak industri dengan pemberlakuan kebijakan penyetaraan.
“Karena di kami membutuhkan banyak guru produktif. Kemungkinan nanti kami akan gunakan orang-orang industri yang kita ToT dengan metode deductive nya,” ungkap dia, kemarin (18/12).
Artinya, kata Saiful, pihak industri yang telah pensiun akan diminta untuk mengajar di satuan pendidikan SMK. Namun sebelum itu, mereka (calon guru produktif,red) akan dibekali metodelogi pembelajaran. “Mungkin orang-orang industri ini akan kita tarik ngajar. Tapi mereka kan hanya bisa kerja saja. Tapi nggak bisa ngajar. Kalau dibekali cara mengajar kan mereka bisa dengan mudah menyampaikan materinya,” lanjut dia.
Sedangkan untuk tenaga yang akan terserap akan disesuaikan dengan kebutuhan program yang diterapkan di masing-masing satuan pendidikan SMK. “Yang jelas mereka akan kita beri ilmu pedagogis pendidikan dulu,” imbuh dia.
Pada tahap awal ini, pihaknya akan memetakan kembali tenaga industri yang berpotensi menjadi tenaga pendidik. Dari tahap ini pihaknya menargetkan 100 guru produktif dari industri. “Waktu pembelajarannya sampai enam bulan,” katanya. Lebih lanjut, spesifikasi guru produktif yang dibutuhkan pun berasal dari perusahaan benefit dan milik negara. Seperti BUMN, Petrokimia dan Microsoft. Khususnya perusahaan-perusahaan yang fokus dibidang Rekayasa Teknologi, Kimia dan Mekanik.
“Tapi ini kita tunggu kepala sekolah yang mengajukan. Kalau sudah mengajukan kita akan rekrut dari industri dan baru dilakukan pembekalan cara mengajar dan bisa langsung mengajar,” tutup dia.

Tangani Kekurangan Guru, Programkan Alumni Mengajar
Sementara itu, kebutuhan akan guru produktif di SMK diatasi dengan penerapan beberapa program pendukung. Seperti yang di lakukan SMKN 3 Surabaya, yang menerapkan program “Alumni Mengajar”. Diungkapkan Kepala SMKN 3 Surabaya, Mudianto jika program tersebut menjadi salah satu solusi untuk menutupi kekurangan guru produktif. “Walaupun program itu tidak bisa dikatakan sebagai penyelesaian masalah. Tapi kita berusaha untuk mengkover ini selain dari GTT (Guru Tidak Tetap,” ungkap dia dihubungi bhirawa, kemarin (18/12)
Dijelaskan Mudianto, program tersebut dijalankan ketika hari sabtu. Yakni dengan mendatangkan para alumni SMKN 3 yang juga menjadi praktisi industri. Sedangkan dari segi materi, hal itu akan disinkronkan dengan materi yang ada di industri. “Jadi kalau pembelajarannya itu nanti kita akan sinkronkan. Mereka akan memberikan materi yang dibutuhkan dari industri maupun materi dari guru lab yang akan diajarkan,” jabarnya.
Ia menambahkan, jika program tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi siswa. Melainkan juga guru yang ada di SMK nya.
Berdasarkan data yang ia jabarkan, ada sekitar 11 guru produktif yang telah dan akan pensiun. Dengan rincian, 7 guru produktif yang masing-masing di jurusan bangunan (1), otomatif (1), listrik (3), elektro (1), dan teknik audio video (1). “Guru produktif yang pensiun tiga, empat tahun lalu belum terganti hingga sekarang,” jelasnya. Sedangkan tahun depan (2019), akan ada empat guru produktif yang akan pensiun. Masing-masing dari jurusan mesin (2), bangunan (1) dan otomotif (1). Oleh karena itu pihaknya mengoptimalkan program Alumni Mengajar yang dibuatnya. “Jika wacana dinas pendidikan untuk rekrutmen guru produktif dari industri ini benar-benar terjadi kami sangat menyambut antusias. Karena sistem PNS pun tidak bisa menutupi kekurangan ini. Dan program kita sendiri belum bisa menjadi solusi utama kekurangan guru,” pungkas dia. [ina]

Tags: