Kelas Rangkap, Mengatasi Kekurangan Guru

Kepala SD terima sosialisasi sekolah multigrade. [wiwit agus pribadi]

Dispendik Sosialisasi Sekolah Multigrade Bagi Kasek SD
Probolingggo, Bhirawa
Upaya pengembangan kelas layanan khusus, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo memberikan sosialisasi sekolah multigrade bagi Kepala Sekolah Dasar (SD) di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo, sekaligus kelas rangkap atau multigrade mengatasi kekurangan guru, khususnya di daerah terpencil.
Kegiatan ini diikuti 91 orang Kepala Sekolah Dasar dan 91 orang guru SD yang tersebar di seluruh Kabupaten Probolinggo. Selama kegiatan mereka mendapatkan materi dari Tim Inovasi Provinsi Jawa Timur dan Fasda Kabupaten Probolinggo. Puluhan Kepala dan guru SD ini memperoleh materi kebijakan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, growth mindset, pemahaman multigrade, menyusun RTL, kunjungan mandiri ke sekolah multigrade serta menulis refleksi.
Kepala Dispendik Kabupaten Probolinggo, Dewi Korina melalui Kepala Bidang Pembinaan SD, Sri Agus Indariyati, Rabu (13/11) mengatakan, sosialisasi sekolah multigrade bagi kepala SD ini bertujuan untuk peningkatan mutu pendidikan dengan melaksanakan pembelajaran kelas rangkap (multigrade reaching).
“Selain itu, untuk menindaklanjuti arahan Ibu Bupati dan Ibu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo, untuk terus mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran kelas rangkap (multigrade teaching), serta meningkatkan kompetensi para guru,” katanya.
Menurut Sri Agus Indariyati, dasar hukum kegiatan ini Peraturan Bupati (Perbup) Probolinggo Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Sekolah Multigrade. Dengan adanya sekolah multigrade ini diharapkan dapat mengantisipasi kekurangan guru yang ada di Kabupaten Probolinggo. ”Sekolah multigrade ini merupakan solusi lain selain melakukan merger sekolah di Kabupaten Probolinggo,” paparnya.
Lebih lanjut, di contohkannya, Kecamatan Sukapura adalah salah satu wilayah di Kabupaten Probolinggo yang terkenal sebagai destinasi wisata dunia. Di kecamatan inilah maskot wisata Provinsi Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo, menjulang indah. Tidak mudah untuk mencapai lokasi kecamatan ini. Letak geografis yang berada di Pegunungan Tengger membuat beberapa tempat di wilayah ini memiliki tingkat kesulitan akses yang cukup menantang. Kondisi inilah yang menyebabkan beberapa sekolah hanya memiliki jumlah siswa kurang dari 55 anak, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Data jumlah peserta didik sekolah dasar di Kecamatan Sukapura (2018) tercatat, dari 21 sekolah dasar yang tersebar di empat gugus, terdapat delapan sekolah yang memiliki jumlah peserta didik antara 42 sampai dengan 52 anak. Hanya satu gugus yang jumlah siswanya mencapai di atas 55 orang anak per sekolahnya, yaitu Gugus 04 yang terdiri atas SDN Pakel I, SDN Pakel II, SDN Kedasih I, dan SDN Kedasih II yang memiliki jumlah peserta didik antara 80 hingga 111 anak per sekolahnya.
“Berdasarkan kondisi ini, Inovasi berkerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo membentuk Gugus Multigrade, atau Gugus Kelas Rangkap bagi sekolah dasar di Kecamatan Sukapura yang jumlah peserta didiknya kurang dari 55 anak per sekolah. Sekolah dengan kelas rangkap ini mempunyai kelas yang muridnya terdiri atas siswa dengan tingkat kelas, usia, dan kemampuan yang berbeda dalam satu kelas,” jelas Sri Agus.
Kelas yang digabungkan disesuaikan dengan tema yang memang bisa digabungkan. Menurut Suyitno, Pengawas Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, sebelum melaksanakan multigrade/kelas rangkap, guru harus melakukan bedah kurikulum untuk menentukan tema yang bisa digabungkan dalam satu kelas, tetapi dengan beban materi yang berbeda.
Contoh konkretnya, gugus dengan jumlah peserta didik kurang dari 55 anak per sekolah akan menerapkan kelas rangkap. Caranya, dengan menggabungkan dua kelas atau lebih yang berurutan menjadi satu kelas, misalnya kelas 1 dan kelas 2. Setelah bergabung dalam kelas yang sama, mereka akan mendapat pembelajaran tematik.
Meskipun tema yang diberikan sama, misalnya Masyarakat Lokal, namun masing-masing kelompok siswa akan mendapatkan kegiatan yang berbeda. Dengan cara ini, hasil atau sasaran pembelajaran yang didapatkan oleh siswa tetap sesuai dengan tingkatan kompetensinya masing-masing.
Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo menyambut baik program Gugus Multigrade ini. Mereka berharap, program ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan memaksimalkan potensi setempat, baik potensi guru, siswa, maupun sarana prasarana.
“Jika Gugus Multigrade di Kecamatan Sukapura ini berhasil, maka akan dijadikan model pelaksanaan multigrade di seluruh sekolah di Kabupaten Probolinggo yang memiliki jumlah peserta didik kurang dari 50 anak,” tadasnya.
Sejak tahun 2018, Kabupaten Probolinggo diberikan kepercayaan menjalankan Program Inovasi Multigrade atau Pembelajaran kelas rangkap, dan Kecamatan Sukapura di jadikan Pilot Projects, ada delapan lembaga sekolah yang mendapat kesempatan melaksanakan Program Inovasi Multigrade.
Program Inovasi Multigrade ini menjawab tantangan yang selama ini dihadapi dunia pendidikan di Indonesia, tantangan itu diantaranya kekurangan tenaga pengajar, sedikitnya jumlah murid, dan tingginya anggaran yang diserap, sehingga inovasi multigrade diharapkan bisa mengatasi tantangan itu. Inovasi Multigrade dinilai mampu menjawab tantangan yang saat ini di hadapi dan sudah dikaji Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan nantinya akan dijadikan Program Nasional.
Koordinator Program Inovasi Multigrade, Suyitno, yang sudah melanglang buana ke daerah-daerah di Indonesia, hanya untuk pengembangan Program Inovasi Multigrade di Kabupaten Probolinggo Khususnya di kecamatan Sukapura, dengan rasa bangga menyampaikan kalau sekolah disekitar kawasan Wisata Bromo yang menjalankan Program Inovasi Multigrade perkembangannya sangat pesat, hal ini karena dukungan dari semua pihak, baik itu dukungan dari Bupati Probolinggo, Kepala Diknas beserta jajarannya, pengawas, guru-gurunya dan wali murid.
Suyitno juga menjelaskan, dengan Inovasi Multigrade ini lebih efektif, karena dengan jumlah murid sedikit dan dua kelas di gabung jadi satu akan menumbuhkan mindset, atau pola pikir yang sangat luar biasa, kepercayaan diri murid dan guru serta wali murid akan terbangun. Walaupun masih berjalan hampir satu tahun proses dan hasilnya sudah bisa dilihat dan dirasakan, terbukti siswa dalam satu kelas yang jumlahnya sedikit sebelumnya mungkin merasa tertekan akan menjadi lebih bergairah.
Sedangkan tantangan yang dihadapi pada program inovasi Multigrade ini adalah SDM, ketika menghadapi masalah yang harus dilakukan mencari sulosi yang tepat, dan solusinya adalah Multigrade yang tentunya tidak mengurangi Kualitas pembelajaran di sekolah.
“Di negara lain Multigrade ini sangat dicari oleh orang tua murid, tetapi di Indonesia sosialisasinya belum begitu gencar, namun diharapkan tahun depan akan segera terealisasi di seluruh kabupaten Probolinggo,” tambah Suyitno. [wap]

Tags: