Keluarga Bantah WNI Hilang di Turki Gabung ISIS

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Keluarga dari Fauzi Umar dan Hafid Umar Babher yang hilang di Turki menolak kerabatnya itu disebut ikut bergabung dengan ISIS. Keluarga menegaskan bahwa mereka ke Turki dalam rangka wisata dan urusan bisnis.
Perwakilan keluarga, Muhammad Arif mengatakan bahwa Fauzi Umar mengajak istri dan tiga anaknya. Sedangkan Hafid ikut dalam rombongan wisata tanpa mengajak istri dan anaknya.
“Mereka berangkat pada 23 Februari dan rencananya pulang awal Maret ini. Tetapi sampai sekarang tidak ada kabarnya,” kata Muhammad Arif yang merupakan kakak dari Fauzi Umar dan Hafid Umar, Senin (9/3).
Dia menjelaskan, kedua adiknya ke Timur Tengah termasuk ke Turki dengan tujuan wisata sekaligus urusan bisnis. Arif menyebut adiknya, Hafid Umar tengah menggeluti bisnis gordin dan obat-obatan herbal dari Timur Tengah.  Sementara Fauzi Umar dalam satu tahun belakangan berbisnis batu akik. “Adik saya itu sedang mendapat order gordin,” ucapnya.
Pihak keluarga menyayangkan sikap dari biro perjalanan wisata yang sama sekali tidak memberitahukan kabar dari Fauzi Umar dan Hafid Umar Babher di Turki. Keluarga menuding, pihak biro perjalanan wisata tidak bertanggung jawab. “Mereka itu seperti cuci tangan,” ujarnya.
Keluarga juga menolak kedua kerabatnya disebut tengah bergabung dengan militan ISIS, seperti dugaan otoritas Indonesia. Arif menyayangkan pernyataan sikap otoritas Indonesia yang menyebut 16 WNI, termasuk adiknya diduga bergabung dengan ISIS. “Adik saya itu sama sekali tidak pernah ikut kegiatan seperti itu karena mereka berdua itu fokus dalam usaha dagang,” tegasnya.
Sementara itu sebelum dinyatakan hilang dalam rombongan perjalanan antar negara di di Turki, keluarga Salim Mohammad Attamimi (28) warga Jl Kalimas Hilir III No 3 RT 002/RW 002 Kel Nyamplungan Kec Pabean Cantikan Surabaya, sempat merasakan perubahan sikap dari korban yang masuk dalam 16 WNI yang hilang di Turki.
Saidah (30) selaku kakak Salim mengaku adanya perubahan sikap sebelum adiknya dinyatakan hilang di Turki. Sikap Salim yang selalu sungkem pada neneknya saat bepergian keluar rumah, sontak berubah. Dikatakan Saidah, sikap berubah adiknya ditunjukkan dengan memeluk dan mencium pipi orangtuanya. “Kebiasaan adik saya kalau bepergian keluar rumah selalu sungkem kepada nenek. Tapi kali ini tidak hanya sungkem saja, adik saya juga memeluk dan mencium pipi orangtuanya,” ungkap Saidah sambil menangis kepada Bhirawa, Senin (9/3).
Sebelum hilang, pemuda yang bekerja sebagai pegawai kontraktor tersebut, Selasa (24/2) berpamitan pergi bersama teman temannya. Tanpa menyebutkan alasan pergi kemana, Salim tidak kembali ke rumah selama tiga hari. Setelah dirasa tidak ada kabar, Saidah sempat menghubunginya namun tidak tersambung dan dikira camping ke gunung.
Diakui Saidah, keluarga baru mengetahui keberadaan adiknya di Turki dari media dan dari pihak Kemenlu. “Selama ini dia (Salim) hobinya melakukan pendakian gunung atau camping. Keluarga baru mengetahui keberadaan Salim dari Kemenlu dan pemberitaan di media,” kata Saidah.
Disinggung terkait dugaan keterlibatan Salim dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Saidah mengaku adiknya tidak terlibat kelompok radikal tersebut. Pihak keluarga pun mencoba memeriksa kamar bungsu dari tiga bersaudara tersebut, namun tidak ditemukan adanya pesan yang mengarah ke kelompok tertentu (ISIS).
“Memang selama ini Salim dikenal pendiam dan sering mengikuti pengajian di kampung bersama tetangga sekitar. Tapi tidak pernah saya jumpai, Salim menunjukkan gelagat aneh atau merujuk kepada kelompok radikal ISIS,” tegas Saidah.
Sementara Ketua RT 002/RW 002 setempat, Abdul Malik Alan menambahkan, selama ini Salim dikenal sebagai pemuda baik dan sering bertegur sapa dengan warga sekitar. Bahkan setiap ada pengajian di kampung, Salim sering menghadirinya. “Dua hari sebelum pergi, ia (Salim) sempat bertegur sapa dengan saya. Selama ini anaknya terkenal baik dan kata orang Jawa grapyak,” ucap Abdul Malik Alan.
Sementara itu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terlihat geram menyusul beredarnya kabar simpang siur hilangnya 10 warga Surabaya di Turki. Dugaan sementara, 10 warga Surabaya bersama enam warga Solo atau Surakarta bergabung dengan kelompok militan ISIS.
Menurut Risma, warga Surabaya yang diduga hilang di Turki itu tidak perlu ikut jihad bersama kelompok garis keras tersebut. Ada banyak cara positif untuk melakukan jihad, tanpa melakukan tindakan negatif. “Saya tegaskan kalau masyarakat ingin berjihad, silakan saja. Tapi, jihad yang benar. Memberantas narkoba juga bagian dari jihad,” ujar Risma.
Seperti diberitakan, 16 WNI hilang saat rombongan wisata tiba di Bandara Ataturk, Istanbul, Turki. Setidaknya, 10 dari 16 WNI tersebut merupakan warga Surabaya. Mereka adalah Jusman Ary, Ulin Isnuri, Humaira HaIafshah, Urayna Afra, Aura Kordova, Dayyan Akhtar, Tsabitah Utsman Mahdamy, Salim Muhamad Attamimi, Soraiyah Cholid, dan Hamzah Hafid.
Terkait 10 warga Surabaya yang hilang di Turki, tutur Risma, hasil pengecekan sementara diketahui hanya enam orang yang tercatat sebagai warga Surabaya. Keenan warga itu terdiri ayah, ibu, dan empat anak.
Satu keluarga tersebut beralamat di Jalan Kanser 35, Ploso, Tambaksari, yaitu Jusman Ary Sandy (suami), Ulin Isnuri (istri), beserta keempat anaknya bernama Urayna Afra (17), Dayyan Akhtar (7), Aura Kordova (9), dan Humaira Hafshah (1). “Pemkot Surabaya sudah melakukan pengecekan dan telah berkomunikasi dengan sejumlah tetangga di sekitar rumah 10 warga tersebut,” kata Risma.
Namun, sesuai data kependudukan di Kecamatan Tambaksari, keluarga tersebut sudah pindah ke Jalan Kedungsroko, Surabaya sejak 23 Februari 2015. Lantas dua warga Surabaya lainnya atas nama Salim Muhamad Attamimi (28) beralamat di Jalan Kalimas Hilir III  dan Soraiyah Cholid, warga Jalan Ampel Melati I.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Kota Surabaya Soemarno menjelaskan Pemkot Surabaya memastikan enam warganya yang hilang di Turki, setelah dilakukan pemeriksaan di database milik Pemkot Surabaya. Namun, belum diketahui motif mereka ke Turki. Saat ini, pihak Pemkot Surabaya masih menelusuri kebenaran informasi tersebut. Pemkot Surabaya belum mengetahui pasti terkait hilangnya keenam WNI tersebut.
“Untuk sementara ini belum ada titik kejelasan yang final tentang itu. Nama-nama tersebut bisa jadi bukan nama sebenarnya. Sampai detik ini Pemkot Surabaya belum mendapat laporan resmi dari kementerian. Yang jelas kami lakukan koordinasi pada jajaran samping seperti polisi dan Imigrasi,” kata Soemarno kemarin.  [bed,geh]

Tags: