Keluarga Korban Ingin Jawaban Kejanggalan Giat Mahasiswa di Coban Rais

Polres Batu menghadirkan keluarga korban meninggalnya dua mahasiswa di Coban Rais dalam konferensi pers digelar di Mapolres Batu, Sabtu (13/3).

Kota Batu, Bhirawa
Pihak keluarga korban meminta jawaban terkait adanya kejanggalan kematian dua mahasiswa di Coban Rais Kota Batu. Hal ini disampaikan pihak keluarga dalam konferensi pers yang digelar di Mapolres Batu, Sabtu (13/3) sore. Diketahui kedua mahasiswa itu meninggal saat mengikuti pelantikan anggota baru UKM PS Pagar Nusa di Coban Rais beberapa waktu lalu.
Dalam konferensi pers, polisi menghadirkan pihak keluarga dari kedua mahasiswa yang menjadi korban, M Faisal Lathiful Fakhri asal Lamongan, Mifta Rizki Pratama asal Bandung. Dalam keterangannya, ibu almarhum M Faisal, Siti Nur Hamimah mengatakan, pihak keluarga telah ikhlas menerima peristiwa sebagai takdir. Oleh sebab itu, proses hukum tidak dilanjutkan.
Namun pernyataan sedikit berbeda disampaikan pihak keluarga almarhum Miftah Rizki Pratama. Paman korban, Muhammad Syarif mengatakan mewakili keluarga besar, pihaknya menerima kejadian ini dengan ikhlas sebagai kehendak Tuhan. Namun demikian, keluarga berharap agar masalah yang menimpa almarhum Miftah dituntaskan.
“Karena bagi kami ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan. Artinya, bukan kami tidak menerima kepergiannya, kami ingin proses hukum berjalan karena ada kejanggalan kepergian keponakan kami,” ujar Syarif, Sabtu (13/3).
Syarif menjelaskan, kejanggalan itu terkait informasi yang diterima keluarga dari pihak panitia terkesan berbelit saat menjelaskan penyebab kematiannya. Kejanggalan kedua, dalam kondisi pandemi sekarang giat kuliah dihentikan. ”Tetapi kenapa kok bisa mereka (UKM PS Pagar Nusa) mengadakan kegiatan?,” kata Syarif dengan nada tanya.
Ketiga, lanjutnya, pihak keluarga ingin melihat hasil visum et repertum. Berdasarkan pernyataan polisi, tidak ditemukan tanda kekerasan pada korban. Namun untuk meyakinkan, pihak keluarga ingin melihatnya langsung.
“Jika harus melakukan otopsi untuk mendapatkan kebenaran, kami minta diberikan waktu untuk didiskusikan dalam keluarga, apakah memberi izin atau tidak,” tambah Syarif.
Sementara itu, ibu korban Miftah, Meri Nurfita nampak menahan isak tangis saat memberikan keterangan. Ia menceritakan besarnya rasa sayangnya kepada anak sulung dari tiga anaknya itu. Intensitas pertemuan antara Nurfita dengan korban jarang terjadi. Hal itu karena sebelum kuliah, anaknya mondok selama enam tahun di Ponorogo. Dan keduanya terakhir bertemu pada Juli dua tahun lalu.
“Saya bertemu dengan anak saya terakhir kali pada Bulan Juli. Lalu terjadi pandemi sehingga tidak bisa pulang dan bertemu. Dan rencananya ia akan pulang pada Bulan Ramadan,” kata Nurfita.
Sedangkan Polres Batu memastikan akan melanjutkan pemeriksaan terkait kasus meninggalnya dua mahasiswa UIN Maliki, saat mengikuti pelantikan UKM PS Pagar Nusa di Coban Rais Kota Batu. Kasat Reskrim Polres Batu, AKB Jeifson Sitorus mejelaskan, penegakan hukum yang dilakukan oleh kepolisian harus mendapat legitimasi atau dukungan dari masyarakat. Jangan sampai Polres Batu melakukan penegakan hukum malah memberikan duka bagi keluarga korban.
“Kami sudah berkomunikasi dengan keluarga korban. Mereka, keluarga korban dari Bandung memberikan waktu kepada polisi untuk bekerja lebih jauh. Sedangkan dari keluarga Lamongan meminta tidak melanjutkan proses karena mengikhlaskan kematian korban,” ujar Jeifson. [nas]

Tags: