Keluargaku, Cerminan Karakterku

Oleh :
Suci Puspita Sari
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam pembentukan kualitas edukatif, pendidikan karakter menjadi hal penting yang harus diterapkan baik dalam kehidupan keluarga maupun di sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari ada dua karakter yang perlu ditanamkan kepada anak, yaitu karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral mencakup hal-hal pribadi yang melekat pada diri anak. Misalnya jujur, berintegritas, empati, simpati, loyalitas, dan berani. Sedangkan karakter kinerja adalah karakter yang dimiliki seseorang dalam usahanya untuk meraih sesuatu, seperti etos kerja, disiplin, dan kegigihan.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter sangat penting diterapkan agar tidak terjadi (split of personality) kepribadian yang terpecah yaitu suatu kepribadian yang belum mampu menyatukan perkataan dengan perbuatan karena adanya kesenjangan antara teori dengan praktek.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Aunillah, 2011) adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Karakter seseorang yang baik dapat tercermin dari kepribadian, perilaku, sifat, tabiat, dan watak. Untuk membentuk suatu kepribadian seseorang berawal dari aktivitas dan peranan keluarga. Keluarga merupakan cerminan dari karakter yang terbentuk pada setiap individu. Orang tua harus menyadari sepenuhnya bahwa buah hati (anak) akan menyerap setiap kejadian di sekitar berawal dari lingkungan terdekat yaitu keluarga.
Seperti yang telah diketahui dalam ruang lingkup sekolah lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, terlebih lagi hanya menekankan pada proses dan hasil. Guru banyak memberikan pekerjaan rumah (PR) yang akan menyita sebagian waktu dan kadangkala mengabaikan segi lain seperti aspek afektif (budi pekerti). Peserta didik diharuskan mengerti dan menerima terhadap materi yang mengarah pada aspek kognitif, tetapi miskin nilai dan aplikasi. Salah satu hal yang saat ini mulai terabaikan adalah memberikan asupan rohani.
Pendidikan karakter juga dinodai dengan aksi contek masal dalam ujian. Lembaga pendidikan dipaksa untuk menyukseskan hasil ujian peserta didiknya dengan mengabaikan suatu proses tanpa mengutamakan kejujuran. Guru dipaksa untuk buta dan tuli dengan mengizinkan peserta didik melakukan kegiatan yang dapat merusak karakter kejujuran dan kedisiplinan. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena pendidikan karakter yang seharusnya juga dapat dibentuk dalam lingkungan sekolah, tetapi ternodai dengan sikap yang tidak menunjukkan suatu kejujuran.
Keluarga adalah pilar pertama yang bisa membangun pendidikan. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan anak. Sebagai orang tua sudah seharusnya memberikan yang terbaik pada anak agar nantinya anak dapat menjadi insan yang bermanfaat dan berkualitas. Upaya orang tua diantaranya diwujudkan dengan memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang yang optimal, memberikan kasih sayang, memberikan asupan gizi dan nutrisi yang baik, memilih lembaga pendidikan yang berkualitas, memberikan motivasi, dan menyalurkan minat serta bakat anak. Hal ini sangat penting diberikan kepada anak agar dapat membentuk budi pekerti yang baik dalam meningkatkan kualitas aspek afektif pada anak.
Anak adalah individu yang unik. Anak merupakan aset atau generasi penerus bangsa yang akan menentukana maju mundurnya suatu bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, seorang anak harus dididik menjadi seorang individu yang tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam ilmu pengetahuannya saja. Karakter dari anak juga perlu dibentuk agar menjadi pribadi yang lebih baik untuk menjadi penerus bangsa. Pendidikan pada anak dibagi menjadi pendidikan formal yaitu sekolah, pendidikan nonformal yaitu lingkungan atau masyarakat serta pendidikan dasar yang dimulai dari keluarga. Sebagai pendidikan dasar (keluarga ) memiliki peran penting yaitu sebagai pembentukan karakter anak. Di dalam keluarga, anak akan menerima pembelajaran dari orang tuanya mulai dari kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua, karena anak mudah akan meniru apa yang sering dilihat.
Dewasa ini, telah terjadi pergeseran beberapa nilai di masyarakat tentang makna tabu/tidak patut dan patut. Budaya malu dalam masyarakat tampaknya sudah mulai terkikis. Hal-hal yang dahulu dianggap tabu/tidak patut seperti menggunakan baju yang terlalu ketat atau mini, pacaran yang berlebihan, hamil di luar nikah dan beberapa hal tabu lainnya saat ini seolah-olah dianggap lumrah atau biasa. Sebagian masyarakat mulai terbiasa dengan tindakan tersebut. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada anak agar mereka mampu membedakan mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan.
Banyak yang mengatakan bahwa anak adalah miniatur dari orang dewasa. Pola asuh orang tua merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dalam keluarga. Dalam keluarga, umumnya anak-anak tidak mengembangkan sifat-sifat dengan sendirinya, tetapi orang tua memiliki andil dalam mengarahkan anak. Teladan sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak, karena anak-anak melakukan modeling dan imitasi dari lingkungan terdekatnya. Keterbukaan antara orang tua dan anak menjadi hal penting agar dapat menghindarkan anak dari pengaruh negatif yang ada di luar lingkungan keluarga. Orang tua perlu membantu anak dalam mendisiplinkan diri. Orang tua merupakan pendidik yang pertama bagi seorang anak. Keberhasilan keluarga dalam menanamkan nilai-nilai kebajikan (karakter) pada anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya.
Orang tua perlu mencari strategi atau cara dalam mendidik anak sehingga anak lebih memahami masukan dari orang tua. Sebagian orang tua ada yang bersikap acuh tak acuh karena kesibukan dan sudah terpengaruh oleh pergeseran zaman. Orang tua menganggap sikap anaknya tidak salah karena sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Anggapan seperti ini dapat melunturkan budaya sopan santun dan tata krama yang sudah ada dalam masyarakat dan hal ini menjadi racun yang mengancam pendidikan karakter suatu bangsa.
Cara mendidik anak dalam keluarga harus dipahami secara menyeluruh bagi orang tua, bukan hanya sepenggal-penggal saja. Kesalahan yang umum dilakukan orang tua adalah mereka merasa cukup hanya dengan memasukkan anak ke sekolah. Pada posisi ini, kemungkinan gagal dalam mendidik anak sudah di depan mata. Orang tua memiliki tanggung jawab dalam mencetak anak yang berkualitas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, yaitu orang tua mampu berperan sebagai teladan yang baik, mampu mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab sejak usia dini pada anak, menumbuhkan rasa sosial, empati, dan simpati pada anak, dan dapat bertindak sebagai pelindung yang tidak berlebihan.

                                                                                                            ————— *** —————–

Rate this article!
Tags: