Keluh Kesah Petani Karet

Foto OrangOleh Misbahul Munir
Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakara, Pegiat di Forum Penulis Muda Jogja (FPMJ)dan Anak Petani Karet di Sumatra Selatan

Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang terpuruk. Memburuknya kondisi perekonomian nasional berdampak sampai pada kehidupan rakyat cilik seperti para nelayan, buruh, pedagang, petani sawah, juga petani perkebunan, termasuk perkebunan karet. Petani karet yang sumber pendapatan utamanya berasal dari hasil perkebunan karet, saat ini harus kelimpungan dan gigit jari mendapati harga karet yang sangat rendah. Dalam sepuluh tahun terakhir, kondisi saat inilah yang paling parah dan menyedihkan. Di Indonesia, petani karet paling banyak berada di pulau Sumatra dan Kalimantan.
Bagaimana tidak. Beberapa tahun yang lalu, harga karet perkilo mencapai harga 20.000 rupiah. Sedangkan saat ini, harga karet perkilonya hanya berkisar 4.000 rupiah. Harga ini yang dijual oleh petani kepada para pembeli (tengkulak). Harga karet memang tidak menentu. Biasanya naik tinggi, dan biasanya juga turun sangat rendah, seperti saat ini. Naik turunnya harga karet terjadi dengan sendirinya. Petani pun sampai saat ini belum mengetahui secara pasti, apa penyebab naik turunnya harga karet tersebut.
Mereka mungkin hanya bisa berspekulasi, apakah ini memang terbentuk secara alamiah berdasarkan hukum permintaan dan penawaran (supply and demand), ataukah karena permainan orang-orang atasan. Begitulah para petani karet, mereka hanya bisa mereka-reka, hanya bisa pasrah ketika menghadapi masa sulit ini. Tapi ada juga kabar belakangan ini yang menyebabkan harga karet anjlok drastis karena cadangan karet dunia masih banyak, sehingga permintaan karet sedikit, makanya harganya sangat murah. Lalu mana yang benar? Sepertinya yang terakhir yang benar. Entahlah.
Dalam kondisi yang sulit seperti saat ini, banyak para petani karet harus pergi keluar daerahnya. Pergi entah ke mana, yang penting bisa bertahan hidup dan memperbaiki taraf hidup. Agar bisa mendapatkan apa yang bisa dimakan untuk hari esok, mereka harus merantau meninggalkan pekerjaannya sebagai petani karet. Karena bekerja menjadi petani karet, pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tidak cukup untuk menghidupi anak dan istri, terlebih bagi mereka yang mempunyai anak yang sedang sekolah atau kuliah di luar daerah. Membutuhkan usaha yang berlipat ganda bagi petani karet untuk bisa memenuhi tuntutan kebutuhan hidup dan tanggung jawab keluarga. Perjalanan hidup mereka saat ini sedang menghadapi ujian yang sangat berat.
Pelajaran Hidup
Keadaan seperti inilah yang mestinya dijadikan pelajaran oleh para petani karet. Dalam menghadapi situasi atau masalah apa pun, pasti ada hikmah yang bisa di petik. Walau hikmah tersebut datangnya entah kapan. Tapi sikap positif seperti selalu berbaik sangka (khusnudzan) haruslah selalu dihadirkan dalam hati. Tidak baik berkeluh kesah secara berlebihan dan terus menerus. Ambil lah pelajaran dalam setiap kejadian dan keadaan yang nyata.
Dengan adanya masa sulit seperti saat ini, petani karet mesti bisa mengatur pendapatan dan pengeluaran mereka. Ketika harga karet sedang tinggi, tidak perlulah mereka bergaya hidup hedonis, serba mewah dan berlebihan. Gunakan uang yang didapat secukupnya saja. Jika sisa, simpanlah untuk kemudian hari. Gunakanlah uang simpanan tersebut untuk berjaga-jaga, ketika masa sulit datang seperti saat ini, barulah uang tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan. Jadi ketika harga karet sedang rendah, tidak terlalu susah menjalani hidup. Masa sulit memang tidak bisa dihindari, tapi paling tidak kita masih bisa meminimalisir.
Setidaknya para petani karet telah mengetahui pola,kapan naik dan turunnya harga karet. Biasanya di waktu kapan, bulan berapa, dan ketika menjelang hari besar apa, atau mungkin ketika menjelang hajatan besar politik, harga karet akan mengalami kenaikan atau penurunan. Pola seperti inilah yang biasanya dipakai petani karet untuk memprediksi kapan harga karet naik atau turun.
Agak aneh memang, memprediksi harga tidak berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, melainkan berdasarkan periodik momen-momen besar yang ada di masyarakat. Dan petani karet memprediksi dengan cara seperti itu bukan asal-asalan, mereka melakukan itu berdasarkan kejadian yang dialami secara berulang-ulang dan selama bertahun-tahun. Jika petani karet sudah mengetahui kapan biasanya harga karet akan naik dan akan turun, maka mudah bagi mereka untuk mengatur pandapatan dan pegeluaran mereka yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Akhirnya, dibutuhkan banyak tangan untuk menolong kehidupan para petani karet yang saat ini tengah diterpa masa sulit. Tangan tersebut boleh berasal dari mana saja, boleh dari tangan pemerintah selaku pemangku kebijakan, atau pun para dermawan yang secara sukarela mau membantu mereka. Yang penting, tangan yang membantu haruslah ikhlas dan bersih dari kepentingan-kepentingan berbau busuk dan malah menyengsarakan rakyat. Sudah cukup lama para petani karet berkeluh kesah. Dan kini, sudah saatnya bagi mereka untuk hidup bahagia dan sejahtera.Wallahu a’lam!

                                                                                                         ———– *** ————

Rate this article!
Keluh Kesah Petani Karet,5 / 5 ( 1votes )
Tags: