Kemarau Panjang, Ribuan Hektar Lahan Pertanian ”Bero” di Bojonegoro

salah satu lahan pertanian di Bojonegoro kering (achmad basir/bhirawa)

Bojonegoro,Bhirawa
Musim kemarau panjang tahun ini membuat 17.547 hektar lahan pertanian di wilayah Bojonegoro dibiarkan tidak ditanami (bero). Minimnya pasokan air sepanjang kemarau ini membuat lahan pertanian menjadi kering kerontang tak bisa ditanami. Warga harus menunggu datangnya musim penghujan.
” Ada 17.547 hektar lahan pertanian yang bero,” kata Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pertanian (Disperta) Bojonegoro, Zaenal Fanani, kemarin (2/10).
Menurut dia, lahan yang mengalami kekeringan ini penyebarannya merata di tiap kecamatan . yang paling luas adalah di kecamatan Kedungadem, dander dan Purwosari.
” Yang paling luas ada di Kecamatan Kedungadem yakni 4.628 hektar,” jelas Zaenal. Kemudian Kecamatan Dander yakni seluas 3.433 hektar, Purwosari 2.018 hektar dan beberapa kecamatan lainya.
” Sebagian petani yang sebelumnya menanam padi, mulai beralih menanam palawija. Minimnya pasokan irigasi mengakibatkan tidak ada lagi petani yang menanam padi,” jelasnya..
Masih menurut, Zaenal menjelaskan, lahan pertanian yang bero atau kering ini dipicu, salah satunya karena faktor kandungan tanah C Organik pertanian di Bojonegoro kian tak sesuai yakni di bawah 1 persen, padahal kandungan C Organik idealnya minimal 5 persen.
” Sehingga tanah pertanian kini, kurang bisa menyimpan kandungan air,” terang Zaenal.
Disperta Bojonegoro memprediksi kondisi kekeringan akan berakhir pada bulan November mendatang, bahkan pada bulan itu para petani diprediksi sudah bisa melakukan masa tanam pertama usai musim kemarau.
” Diperkirakan masa tanam petani dilakukan pada bulan November mendatang,” pungkas Zaenal. [bas]

Tags: