Kemarau, Petani Kentang Bromo Tak Bercocok Tanam

hil-1210-petani kentang lereng gunung bromo hanya olah lahannya1Pasuruan, Bhirawa
Dampak kemarau panjang tak hanya dirasakan oleh petani di dataran rendah saja, di dataran tinggi juga merasakan hal yang sama. Seperti halnya ratusan petani kentang di lereng Gunung Bromo Kabupaten Pasuruan.
Akibat kemarau tersebut sebagian besar para petani yang berada di Kecamatan Tosari ini lebih memilih melakukan aktifitas hanya sebatas mencangkul lahannya, tidak bercocok tanam.
Salah petani kentang asal Desa Tosari Ngatiyem mengatakan sejak Agustus lalu dirinya tak bercocok tanam diladangnya. Karena musim kemarau ini di lereng pegunungan Gunung Bromo sumber-sumber air berkurang sehingga para petani kentang kesulitan untuk mendapatkan air.
“Ratusan petani di lereng pegunungan Bromo ini memang menggantungkan curah hujan. Jika hujan kami lahan kami bisa teraliri air. Jika musim kemarau lahan kami gersang,” kata Ngatiyem, Minggu (12/10).
Agar bisa beraktifitas, Ngatiyem hanya bisa menyiapkan lahan dan bibit untuk musim hujan mendatang. Wanita asli dari suku tengger ini lebih memilih menggarap sendiri lahannya yang memiliki luas sekitar 2,5 hektar.
“Biasanya saya dibantu oleh kerabat dekat. Tapi ketimbang saya tak ada aktifitas sama sekali, saya kerjakan sendiri mulai muncangkul hingga melakukan pemupukan. Itung-itung biar tidak mengganggur sambil menunggu hujan tiba,” jelas Ngatiyem.
Diketahui, warga suku tengger gunung bromo di Kabupaten Pasuruan mayoritas penduduknya bercocok tanam. Mereka menanam kentang, gubis, lombok, bawang, tomat dan sayur-mayur. Untuk kentang, para petani bisanya hanya mengandalkan air hujan. Pada musim kemarau, para petani di lereng gunung bromo ini hanya beraktifitas menyiapkan lahannya saja. [hil]

Keterangan Foto: Salah satu petani kentang Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan hanya melakukan aktifitas dengan mencangkul lahannya saja di musim kemarau ini, Minggu (12/10). [hilmi husain/bhirawa]

Tags: