Kemarau,Berkas bagi Perajin Bata Merah

Salah satu pengrajin batu bata merah sedang melakukan penjemuran.

Salah satu pengrajin batu bata merah sedang melakukan penjemuran.

Bojonegoro, Bhirawa
Datangnya musim kemarau, bukan berarti petaka bagi sebagian masyarakat di Bojonegoro. Justru sebaliknya, teriknya sengatan matahari dirasakan sebagai berkah tersendiri bagi para pengrajin batu bata merah. Pasalnya, dengan terik matahari yang cukup panas, mereka bisa memproduksi batu bata merah lebih banyak.
Ribuan  bata merah mentah yang telah di cetak siap dibakar dan di pasarkan ke toko material dan pemesan dengan harga Rp 550 per batu bata merah. Para pengrajin membuat batu bata merah di sepanjang bantaran sungai bengawan solo mulai bergairah dengan mencetak batu bata di musim panas.
Seperti di Desa Leran, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro sejak sebulan lalu kuwalahan menerima pesanan. Hasim, salah satu perajin bata dari Desa Leran menyebutkan, saat ini pihaknya bisa mencetak batu bata sebanyak Tiga ribu biji dalam kurun waktu tiga pekan. Jumlah ini cukup tinggi dibandingkan musim-musim sebelumnya.
“Dengan jumlah ini, kami bisa menyediakan stok yang cukup banyak bagi pembeli. Apalagi, harganya cukup murah. Kalau ditempat, cukup Rp 550 ribu per seribu, sedangkan kirim seputar kota antara Rp 600 ribu sampai Rp 650 ribu itu sudah plus ongkos kirim,” kata Hasim kepada Bhirawa dilokasi, kemarin.
Hasim menambahkan, untuk harga bisa lebih murah disaat musim kemarau. Sebab proses pembuatan bata lebih mudah. “Kalau dimusim hujan harganya lebih tinggi. Kalau ditempat, harga mencapai Rp 550 ribu per seribu,” jelasnya.
Menurut Hasim, setiap musim kemarau tiba, permintaan bahan material berbahan baku tanah liat tersebut meningkat signifikan. Kebanyakan pemesannya, lanjut dia, para kontraktor pemenang tender proyek. Sebagian kecil lainnya, masyarakat yang kebetulan akan membangun atau merenovasi tempat tinggalnya.
Tak tanggung-tanggung, sekali terima order jumlahnya hingga puluhan ribu biji. “Terkadang untuk memenuhi pesanan, saya harus mencetak batu merah hingga Tiga ribu biji setiap minggunya,” kata ucap lelaki paruh baya itu.
Soal keuntungan, kata lelaki asal desa setempat ini, terbilang cukup lumayan. Hanya bermodal satu juta, bisa menghasilkan keuntungan hingga tiga kali lipat. “Kalau hujan, jarang sekali orang membangun. Selain itu, proyek-proyek pemerintah juga banyak yang selesai,” ucapanya.
Selain di Kalitidu, geliat pengrajin batu-bata merah juga nampak di Ledok Kulon berlokasi di sebelah Barat Kota Bojonegoro, juga dikenal dengan hasil batu-bata merahnya. Apalagi saat musim seperti sekarang ini. Hampir sebagian besar warga di bantaran sungai bengawan solo tersebut sangat antusias memproduksi batu-bata merah. “Mumpung masih panas (kemarau) mas, kita genjot terus,” kata Suyanto, salah seorang pengrajin batu-bata setempat dengan sumringah.
Sebulan ini harga bata merah cukup stabil mencapai Rp 600 ribu per seribu bata dari lokasi perajin. Kendati banyak permintaan, para perajin tidak menaikkan harga. Ini demi menjaga harga dipasaran. [bas]

Tags: