Kematian Puluhan Domba Tak Disebabkan Anthrax

Domba mati dibakar untuk selanjutnya dikubur secara massal.

Pemprov, Bhirawa
Kematian puluhan domba di Desa Sumber Kerang, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo dipastikan tidak disebabkan karena antrax. Namun untuk mengetahui penyebabnya pihak Dinas Peternakan Jatim menunggu hasil uji laboratorium.
Sebelumnya, kematian domba itu diduga ada serangan penyakit zoonosis seperti anthrax.
Namun, setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan bersama baik dari Disnakkeswan Kabupaten Probolinggo, Disnak Jatim, Balai Besar Veteriner Wates Yogjakarta Dirjen Peternakan dan Keswan Kementan telah melakukan investigas dan tindakan pengendalian, maka terdapat kesimpulan sementara ‘Negatif Anthrax’ pada kasus tersebut.
Plt Kepala Disnak Jatim, Dr Ir H Abdul Hamid MP mengatakan, kalau kematian bukan dari penyakit hewan menular strategis dan zoonosis (anthrax), melainkan diakibatkan gigitan anjing liar.
“Dari pengujian sampel oleh UPT Lab Keswan Disnak Jatim di Malang menyebutkan hasil negatif anthrax . Sementara diagnosanya terkait penyebab lain menunggu hasil uji lab dari Balai Besar Balai Besar Veteriner Wates Yogjakarta Dirjen Peternakan dan Keswan Kementan,” katanya didampingi Kabid Keswan dan Kasi Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan serta Kasi Pengamatan Penyakit Hewan dan Kelembagaan Keswan, Rabu (30/8).
Dari hasil investigasi itu, lanjutnya, saran dan rekomendasi yaitu perlu diupayakan pemeliharaan ternak dengan kandang berpagar, menginstruksikan agar semua anjing peliharaan dikandangkan, melakukan pengawasan terhadap anjing liar (tidak bertuan) dan dilakukan emiliansi (pemusnahan).
Kemudian mengaktifkan sistem keamanan lingkungan, segera melaporkan apabila terjadi kematian ternak pada petugas peternakan kecamatan atau perangkat desa setempat, dan melangsungkan sosialisasi dan koordinasi dengan lintas sektor.
Sebelumnya, di Desa Sumber Kerang, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo pada 16 Agustus 2017 di dusun kubat, dimana domba milik Suryadi mati sebanyak 8 dari 16 ekor sebelum kematian ada luka gigitan di leher, daerah mata, dan paha belakang. Posisi domba sudah diluar kandang.
“Berdasarkan informasi tetangga melihat ada dua diluar kandang saat terjadi kematian, namun kematiannya baru dilaporkan 10 hari sejak tanggal kejadian, yaitu 26 Agustus 2017,” katanya.
Di dusun yang sama, domba milik Pandi sebanyak 1 ekor dari 30 ekor dengan tanda klinis sebelum kematian, ditemukan kepala dan isi perut dipinggir sungai dekat kandang pada pagi harinya.
Selanjutnya pada 19 Agustus 2017, di dusun Karnen Kulon, domba milik Jalil mati sebanyak 2 dari 14 ekor dengan tanda klinis sebelum kematian, ada luka gigitan di leher dan bagian perut terbuka. “Dari informasi pemilik domba, juga melihat ada anjing pada saat terjadi kematian,” katanya.
Begitupula  pada 20 Agustus 2017 di dusun Karnen Wetan, domba milik Suhartono mati sebanyak 3 dari 5 ekor dengan tanda klinis sebelum kematian, ada luka gigitan, kaku dan perut kembung,  “Sama dengan Jalil, Suhartono juga melihat ada anjing pada saat terjadi kematian,” ujarnya.
Kemudian, 25-28 Agustus 2017, di dusun Krajan, doomba milik Nur Hasan mati lebih banyak lagi yaitu 43 dari 53 ekor dengan tanda klinis sebelum kematian, ada luka gigitan dimata, anus, tremor, kejang tapi masih mau makan, 1-2 jam setelah itu mati. Selain domba dalam kandang terdapat kambing sejumlah 4 ekor. [rac]

Tags: