Kembali ke Kampus, Jadi Kepala Laboratorium Biocybernetic Engineering

M Nuh menunjukkan salah satu peralatan laboratorium Biocybernetic Engineering yang kini dipimpinnya di Kampus ITS Surabaya.

M Nuh menunjukkan salah satu peralatan laboratorium Biocybernetic Engineering yang kini dipimpinnya di Kampus ITS Surabaya.

Kota Surabaya, Bhirawa
Tujuh tahun berkecimpung di pusat pemerintahan Indonesia sebagai menteri di kabinet Presiden SBY, tak membuat Mohammad Nuh lupa jalan pulang. Usai menunaikan tugasnya menjadi Menteri Komunikasi dan Informasi pada 2007-2009 serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2009 – 2014, dia pun kembali ke dunianya yang dulu membesarkan namanya. Menjadi akademisi di kampus, mengajar kuliah dan mengembangkan riset.
Momen 20 Oktober 2014 tak akan pernah dilupakan oleh Nuh. Menjabat sebagai orang nomor satu yang bertanggung jawab terhadap persoalan pendidikan dan kebudayaan negara tunai saat itu. Tak menunggu lama, dia pun mantap kembali melangkahkan kakinya di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang dipimpin pada 2003-2006 lalu.
Kedatangan Nuh di kampus itu memang sudah ditunggu-tunggu. Dia bahkan disambut dengan sebuah laboratorium yang sudah diberi nama M Nuh. Laboratorium itu akan mengisi hari-hari Nuh berikutnya. Sebab, dia sendiri yang akan memimpin laboratorium bidang Biocybernetic Engineering itu. “Yah inilah saya sekarang, kembali ke kampus dan mengembangkan riset di laboratorium milik Jurusan Teknik Elektro ITS ini,” kata Nuh.
Selain mengerjakan riset, Nuh juga mengaku akan mengajar sebagai dosen di kelas untuk program sarjana dan magister. “Mengajar adalah passion saya,” ungkapnya.
Nuh menceritakan sekelumit keputusannya untuk kembali mengabdi di dunia akademis. Ternyata keputusan itu sudah terencana dengan rapi dan sejak lama. “Tidak mungkin aktivitas di pusat akan berlangsung selamanya. Kembali ke kampus adalah rencana saya sejak lama,” tutur Nuh.
Bapak satu puteri ini menuturkan dirinya akan mulai mengajar minggu depan. Sesuai dengan kapasitasnya sebagai profesor di bidang biomedical, Nuh akan banyak memberi kuliah di bidang tersebut. Khusus untuk program sarjana, Nuh hanya akan mengajar mahasiswa tingkat akhir. Begitu juga di program magister, mantan Menteri Kominfo RI ini juga akan fokus untuk mengajar di ranah research.
Persiapan untuk kembali lagi ke ITS agaknya sudah disiapkan Nuh sejak dua tahun lalu. Salah satunya dengan mendirikan laboratorium Biocybernetic Engineering ini. Pasalnya laboratorium tersebut kini sudah lengkap terisi dengan perangkat dan peralatan yang konsen di bidang biomedical, sesuai bidang keahlian Nuh. Beberapa perangkat canggih yang sudah ada di sana di antaranya Anthropomorphic Human Sized Hand Multipurpose Platform, Mobil Robot Base With Excellent Paramaters dan juga Electro Encyphalograph.
“Itu alat yang digunakan untuk mempelajari fungsi dan cara kerja otak. Ini termasuk yang akan kita kembangkan. Karena mesin yang tercanggih di alam ini adalah manusia,” kata Nuh.
Kini Nuh menuturkan sudah ada sekitar 10 mahasiswa yang membantu Nuh untuk meneliti topik penelitian di laoratorium ini.  Karena sudah tujuh tahun tidak bersentuhan langsung dengan dunia akademik dan penelitian, Nuh mengaku perlu mengejar perkembangan teknologi yang ada. Untuk itu, dia akan banyak berdiskusi dengan dosen-dosen muda untuk membicarakan perkembangan riset dan teknologi di wilayah kampus.
“Semua masih ada di kepala, tinggal recall saja. Tapi saya juga sudah harus mulai banyak membaca lagi. Ini saya baru saja ingin merefresh tentang Biomedical Engineering,” tutur mantan Rektor ITS ini sembari menunjukkan buku yang ada di mejanya.
Bidang biomedical ini bisa dikatakan cukup jarang dikembangkan di Indonesia. Kampus yang memiliki bidang ini juga masih terbatas, yaitu ITS, ITB, UI dan UGM.  Terkait Anis Baswedan yang kini menggantikan dirinya sebagai Menteri Pendidikan yang baru, dirinya percaya bahwa pemerintahan baru bisa membawa kemajuan untuk dunia pendidikan di Indonesia. Nuh juga sudah bertekad bahwa meski banyak tawaran yang menarik dirinya untuk jabatan tertentu di pusat, Nuh akan menolaknya. “Jabatan itu kan political assignment, yang menjabat pun harus sesuai dengan selera politiknya,” kilahnya.
Lagipula Nuh juga sudah mantap untuk memberikan energinya di dunia kampus. Dia menuturkan bahwa profesi sebagai dosen kini mulai jarang diminati orang. Yang banyak dilirik adalah menjadi politisi. “Nah saya memang ingin terjun di dunia yang tidak menjadi pusat perhatian orang,” katanya. [tam]

Tags: