Kembali, Satu Keluarga Bom Mapolrestabes Surabaya

Anggota Polrestabes Surabaya mengamankan pria yang terlihat mencurigakan disekitaran Mapolrestabes Surabaya, Senin (14,5). [trie diana]

Jaringan Sel Jamaah Ansharud Daulah
Polda Jatim, Bhirawa
Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan pelaku penyerangan bom di depan Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) pukul 08.50 pagi merupakan satu keluarga dan bagian dari pelaku teror bom di tiga gereja yang ada di Surabaya.
Kapolri dalam keterangan pers di Mapolda Jatim menjelaskan, dalam aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, pelaku membawa dua sepeda motor dan bom peledak. “Ada lima orang. Dan mereka ini masih satu keluarga lagi, dan masih kita lakukan identifikasi,” kata Jenderal Polisi Tito Karnavian, Senin (14/5).
Dalam aksinya sambung Kapolri, lima orang itu meledakkan diri dan empat di antaranya meninggal dunia. Dijelaskannya, pada saat hendak masuk ke Mapolrestabes penjagaan di pintu gerbang depan cukup ketat. “Saat distop ada mobil anggota masuk kemudian ada ledakan. Empat orang meninggal, dan satu anak terlempar, tapi selamat,” jelasnya.
Dari kejadian ledakan tersebut, lanjut Tito, saat ini anggota kepolisian mengalami luka namun tidak meninggal dunia atas ledakan itu. Tito mengungkapkan, kelompok yang melakukan aksi di Polrestabes Surabaya merupakan bagian dari kelompok yang sama yang melakukan aksi di tiga gereja di Surabaya pada Minggu (13/5), yakni kelompok sel Jamaah Ansharud Daulah (JAD) di Surabaya.
“Kenapa aksinya di Surabaya ? Karena mereka menguasai daerah ini. Mengapa mereka melakukan aksi ini ? Karena pimpinan mereka ditangkap. Instruksi juga dari ISIS sentral di Suriah,” ungkapnya.
Pihaknya menilai, fenomena bom bunuh diri ini bukan hal yang baru. Begitu juga bom bunuh diri yang melibatkan wanita juga bukan hal yang pertama, namun aksi kali ini yang berhasil. Pada Tahun Baru, lanjutnya, Polri berhasil menghentikan bom bunuh diri oleh Novi di Jakarta yang berhasil ditangkap dalam keadaan hamil. Kemudian dibawa ke Rutan Mako Brimob.
“Fenomena serangan bunuh diri oleh wanita bukan yang pertama di dunia. Di India dulu dikalungkan bunga ternyata bahan peledak, Suriah dan Irak, termasuk di ‘website’ mereka ada,” ucapnya.
Tito menambahkan, fenomena menggunakan anak-anak baru pertama kali di Indonesia untuk usia sembilan dan 12 tahun. Di ISIS mereka sudah melakukan di Suriah dan menggunakan anak-anak. “Memprihatinkan sekali. Dan ini tidak terkait agama, tapi ini terkait dengan jaringan dalam negeri, regional, Filipina dan timur tengah. kita akan bekerja lebih keras lagi untuk menangani ini,” tegasnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera menambahkan, korban ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya yang terdata sebanyak 10 orang. “Sementara yang kita dapatkan korban anggota Polisi yang sudah kita rujuk ke RS Bhayangkara adalah empat anggota terluka dan enam warga sipil,” tambah Barung.
Untuk korban dari empat anggota Polrestabes Surabaya, sambung Barung, yakni Bripda M Naufan, Bripda Rendra, Aipda Umar, dan Briptu Dimas Indra. Sedangkan enam warga sipil yang menjadi korban terluka ada enam orang yakni Atik Budi Setiarahayu, Raden Adi Ramadhan, Ari Hartono, Ratih El Putri, Elik Rahmaidah, dan Ainur Rofik.
Barung memastikan ledakan bom yang terjadi di Mapolrestabes Surabaya pada pukul 08.50 pagi dipastikan berasal dari bom yang dibawa dua orang pengendara menggunakan sepeda motor. “Saya menyampaikan memang benar terjadi di sini (Polrestabes Surabaya). Kami memastikan bahwa itu motor, kendaraan roda dua. Terjadi di luar areal, di luar Mapolrestabes, di luar plang,” pungkasnya. [bed]

Tags: