Kembalikan Jatidiri Film Indonesia!

Sifa UnikmahOleh :
Sifa Unikmah
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang

Film adalah sebuah karya cipta berbentuk audio visual yang banyak orang menyebut bahwa film adalah seni drama atau lenong yang bersifat modern. Permainan peran dari pemain, editing dan teknik-teknik lain  yang menjadikan film terasa nyaman ditonton.
Dunia film semakin hari semakin berkembang, ini sejalan dengan permintaan kebutuhan hiburan yang meningkat pula dari masyarakat. Film bukan lagi konsumsi orang perkotaan, orang pinggiranpun sekarang bisa menikmati film. Perkembangan film bukan hanya pada persoalan kuantitas, namun secara kualitas juga bertambah dengan semakin bertambahnya fungsi sebuah film. Sebuah hiburan tidak lagi menjadi fungsi tunggal dan utama dari sebuah film. Beragamnya karakter dan tradisi masyarakat menjadikan film sebagai media pengontrol sosial, edukasi, dakwah, hingga sebagai media untuk propaganda.
Kemajuan film Indonesia juga semakin pesat, indikatornya dapat dilihat dari banyaknya film yang diproduksi setiap tahunnya. Beragamnya genre film yang ditawarkan mampu menyentuh berbagai kalangan untuk menontonnya. Sejak diperkenalkan oleh penjajah, film di Indonesia menjadi sebuah bisnis menarik dan alat komunikasi yang baik pula. Mulanya Indonesia belum memiliki rumah produksi yang asli miliki orang Indonesia, beberapa film masih diproduksi oleh rumah produksi penjajah. Namun dari segi pemeran Indonesia sudah mampu memberikan kontribusi, pada zaman itu pula berkembang seni peran tradisional, artinya peran yang dimainkan secara langsung, tidak didokumentasikan dalam bentuk audio visual atau film.
Seni lenong, ketoprak, pewayangan, sanggar-sanggar mulai berkembang di Indonesia. Hingga akhirnya Indonesia memiliki rumah produksi sendiri dan menghasilkan film-film buatan anak negeri yang banyak mengangkat cerita-cerita rakyat Indonesia. Seperti halnya film Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail. Film ini dinobatkan sebagai film nasional pertama dikarenakan film ini yang pertama bernafaskan Indonesia dan proses produksinya juga dipawangi langsung oleh pembuat film berdarah Indonesia.
Sebuah Industri
Hingga kini film masih eksis sebagai hiburan bagi masyarakat. Namun, film kini mengalami penyempitan fungsi. Film yang sejatinya sebagai media edukasi, pengontrol sosial, dan industri, telah sepenuhnya lebih mengedepankan dan membesarkan fungsi industrinya.
Banyak film Indonesia yang  mengalami degradasi kualitas. Film horor misalnya, genre film yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat ini kini telah ternodai dengan tontonan yang berbau pornografi, banyak film horor yang menjadikan sisi pornografi sebagai daya tarik utama. Sudah menjadi informasi umum bahwa yang namanya pornografi perlahan merusak generasi muda penerus bangsa. Selain film horor, film-film lain seperti film romance yang selayaknya diperuntukan untuk konsumsi dewasa, kini sudah bebas diakses oleh anak-anak, meskipun tidak secara langsung dari bioskop, namun film itu telah banyak yang terunggah di media online.
Modernitas memang telah menghinggapi manusia. Moralitas yang dulu dijunjung tinggi oleh pendiri bangsa ini, kini sudah digoyahkan. Film yang sejatinya sebagai pengontrol sosial untuk kasus-kasus masyarakat seperti ini kini justru berperan aktif dalam mendukung turunnya moralitas tersebut. Ironis jika kita melihat, moral bangsa dijajah kembali, bukan secara fisik, bukan dari negeri lain, tapi melalui sebuah karya seni dan dilakukan sendiri oleh saudara sebangsa.
Kemudian muncul pertanyaan umum mengapa film Indonesia seperti ini? Alasan utama yang dapat dijawab untuk persoalan film ini adalah karena zaman sudah modern. Modernitas itu juga merambah ke dunia perfilman. Perkembangan ini memaksa para sineas bekerja keras agar film karyanya dapat dikonsumsi secara ramai oleh penonton, hingga kemudian dapat menutup modal bahkan menuai keuntungan besar.
Kembalikan Jatidiri Film
Film Indonesia telah banyak dikenal oleh pasar internasional. Secara tidak langsung orang awam bisa mengenal Indonesia dari film-filmnya. Wajah Indonesia dapat dilihat dari kacamata film produksinya. Baik buruknya Indonesia, maju tidaknya Indonesia, semua dapat dikenal masyarakat internasional lewat film Indonesia.
Melihat konsepsi seperti itu, selayaknya film Indonesia mendapatkan perhatian yang lebih. Film berperan sebagai wajah dari Indonesia. Masyarakat internasional akan tahu soal Indonesia dari karya filmnya.
Disamping kesedihan tentang persoalan film tersebut, ada angin segar juga dari beberapa karya film yang melambungkan nama Indonesia di dunia internasional, seperti film Laskar Pelangi (2008). Laskar Pelangi mampu menceritakan Indonesia dari sisi pendidikan dan semangat anak Indonesia terhadap dunia pendidikan. Dalam film ini diceritakan sebuah keterbatasan ekonomi masyarakat. Namun dari keterbatasan ini para siswa tetap bersemangat meraih mimpi, memperbaiki taraf hidup daerahnya. Film ini disajikan secara apik dan mengambil latar keindahan alam Indonesia di daerah Belitung. Film ini pun pernah menerima penghargaan The Golden Butterfly Award untuk kategori film terbaik di Internasional Festival of Films for Children and Young Adults di Hamedan Iran. Selain menunjukkan nilai positif Indonesia di dunia internasional, film ini juga memiliki makna mendalam tentang perjuangan, pendidikan, dan bagaimana cara memandang dunia. Tidak hanya Laskar Pelangi, film-film lain seperti The Raid, film Soekarno . Pesona dan kualitasnya mampu memotivasi dan menampakkan wajah Indonesia yang sebenarnya, dengan sejuta keindahan dan kemajemukannya.
Film-film seperti itu selayaknya mendapat dukungan baik dari pemerintah khususnya juga dari masyarakat Indonesia yang berperan sebagai penontonnya. Salah satu caranya adalah dengan membuat gerakan cinta film Indonesia, agar dunia perfilman negeri ini terus mengalami perkembangan yang positif, dengan cara ini pihak-pihak produsen film atau sineas akan dapat memproduksi film-film dengan kualitas baik dan jauh dari unsur SARA. Dengan cara ini fungsi utama film sebagai media pendidikan, alat pengontrol sosial akan terwujud dengan mudah, dan tidak kalah penting juga adalah wajah positif Indonesia akan dapat dilihat oleh dunia internasional. Selamat Hari Film Nasional 2016. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

                                                                                                ———————— *** ———————–

Rate this article!
Tags: