Kembalikan Koperasi Sebagai Penggerak Ekonomi Dengan Revitalisasi Kelembagaan

Anton Widodo (berdiri) saat menjadi pemateri dalam Singkronisasi dan Fasilitasi Penyelenggaraan Penguatan Kelembagaan Koperasi yang digelar oleh Bakorwil Jember, Kamis (26/7/2018)

Jember, Bhirawa
Keseriusan pemerintah dalam melakukan upaya revitaliasi terhadap kelembagaan koperasi, belum menunjukkan titik optimal. Berdasarkan data di Dinas Koperasi dan UKM JawabTimur, dari 31.690 lembaga Koperasi yang ada, hanya 35 persen koperasi yang tergolong aktif.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Bakorwil Jember. Dengan singkronisasi dan fasilitasi penguatan kelembagaan koperasi se wilayah Bakorwil Jember, diharapkan geliat koperasi sebagai penggerak ekonomi kerakyatan, berjalan optimal diwilayanya.
“Ini sangat urgent, karena penguatan kelembagaan dan usaha koperasi merupakan kebutuhan yang harus dilakukan. Pemerintah selaku regulator, fasilitator dan motivator, memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya koperasi melalui kebijakan yang pro koperasi,,” harap Kepala Bakorwil Jember R.Tjahjo Widodo, Kamis (26/7/2018).
Selain itu, Tjahjo juga mengungkapkan salah satu point yang direkomendasikan dalam kongres Koperasi ke 3 tahun 2017 di Makasar, adalah memperkuat koperasi yang bergerak disektor riil bidang pertanian.” Termasuk merevitalisasi KUD dalam menggerakkan usaha pertanian yang menunjang ketahanan pangan dan energi di pedesaan,” katanya pula.
Oleh karena itu, koperasi yang bergerak dibidang usaha pertanian diharapkan memiliki kelengkapan sarana dan prasarana produksi. Ini mempermudah anggota untuk memproses hasil panennya dan menjual produksinya kepada koperasi.” Dengan begitu, anggota tidak perlu menjual kepada tengkulak. Karena koperasi mampu memberikan pinjaman modal usaha bagi para anggota. Dengan kelembagaan yang kuat dan sistem yang baik, maka aktifitas meningkat. Sehingga omzet pendapatan koperasi akan meningkat pula,” terangnya.
Anton Widodo Bidang Kelembagaan dan Analis pada Dinas Koperasi dan UKM Pemprov Jatim mengatakan, revitalisasi kelembagaan koperasi merupakan program berkesimbangunan.
Tidak ada perkembangannya jadi yang namanya revitalisasi kan program yang berkenan bungan. Bagaiman koperasi yang tidak aktif menjadi aktif dan koperasi yang aktif lebih ditingkatkan lagi menjadi koperasi yang lebih besar.
“Kami sudah beberapa kali melakukan komunikasi dan pembinaan kepada meraka (pengurus lembaga koperasi yang tidak aktif) untuk mengaktifkan kembali koperasi. Ini dilakukan secara continuous (terus menerus). Selain itu, banyak koperasi yang sudah pindah pengurusnya dan tidak mempunyai kantor dan berbagai persoalan lainnya,” ungkapnya.
Anton juga menjelaskan, berdasarkan hasil analisanya, banyaknya koperasi yang tidak aktif disebabkan oleh SDM dan pengelolaan keuangan atau manajemen.” Mereka dihadapkan pada persoalan SDM dan manajemen,” katanya. Terkait koperasi berbasis pertanian, Anton mengaku hal itu tergantung pada kelompok tani ( poktan). Sedang pihaknya (Dinas) mempersiapkan dan membantu secara administrasi pembentukan kelembagaanya (koperasi).” Itu tergantung poktannya. Kami hanya menyediakan form-formnya untuk membentuk kelembagaan,” tandasnya.
Sementar, M. Fathur Rozi dari Fak. Ekonomi Unej mengaku, toptimalnya revitalisasi yang sudah dicanangkan oleh pemerintah 2012 lalu, harus ada langkah kongkrit.”Harus ada pendataan atau di cluster, Misalnya soal SDM dan kewirausahaanya. Kewirausahaanya tergolong kecil menegah atau besar.
Sehingga jika ada pelatihan disesuikan. Sehingga tidak main antem kromo. Sehingga koperasi yang kecil kita dorong ketingkat sedang, yang sedang kita dorong ke yang lebih tinggi. Begitu seterusnya,” ujar Fathurrozi yang dikenal sebagai pakar koperasi ini kemarin.
Menurut Fathurrozi, dalam pembentukan lembaga koperasi harus ada tahapanya. Pemerintah mendoring tahapan-tahapannya.” Kalau koperasi sudah berjalan, peran pemerintah dikurangi. Sehingga peran koperasi akan lebih dominan ditengah masyarakat dan anggota,” katanya.
Namun Fathurrozi mengintakan bahwa koperasi bukan hanya mengejar provit oriented, tapi juga mengedepankan aspek sisoal.” Caranya mendorong dan menolong kelompok-kelompok disekitarnya.Jadi, koperasi itu tidak pernah lepas dari kata sosial. Misalnya, ada gorong-gorong yang perlu dibangun, koperasi yang bangun, ada khitanan massal, pembangunan masjid disekitar, dan bentuk sosial lainnya,” pungkasnya.
Singkronisasi dan Fasilitasi Penyelenggaraan Penguatan Kelembagaan Koperasi yang digelar oleh Bakorwil Jember juga menghadirkan narasumber Rr. Anggraini dari Disperindag Jatim.(efi)

Tags: