Kembangkan Susuk Emas Bahan Utama Kecantikan dan Obat

Prof Dr Titik Taufikurohmah

Prof Dr Titik Taufikurohmah
Sebagai benda yang bernilai mewah, emas tidak hanya cantik dan indah ketika digunakan sebagai perhiasan. Namun, juga memiliki manfaat lain bagi tubuh ketika digunakan sebagai alat kecantikan maupun pengobatan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan pakar nanomaterial Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Prof Dr Titik Taufikurohmah yang mengatakan bahwa emas dengan penerapan teknologi nanogold diklaim jauh lebih sehat dan lebih cantik jika dikonsumsi, baik dalam bentuk kosmetik maupun obat-obatan. Mulanya, Prof Titik bercerita jika ia ingin menguji studi ilmiah dari susuk emas yang digunakan orang terdahulu untuk mempercantik dirinya, sebelum teknologi berkembang lebih cepat.
“Susuk emas ini dulu digunakan oleh leluhur kita. mereka memasukkan logam emas kedalam kulitnya untuk mempercantik diri. Namun bagi seorang muslim, penggunaan susuk diharamkan dalam ajaran Islam” jelas mantan Lektor Kepala Unesa 2009 ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa dalam bentuk susuk, emas akan masuk melalui jaringan kulit yang nantinya akan terurai menjadi sebuah partikel-partikel kecil yang berisi kumpulan atom emas dengan ukuran 1 hingga 106. “Inilah yang beraktifitas. Sehingga memang betul jika susuk emas bisa mengakibatkan orang lebih sehat dan bertambah cantik. Ini benar semua” imbuh penerima dana Ristekdikti kategori Penelitian Unggulan selama dua kali berturut-turut.
Di dalam susuk emas, lanjut dia, sebenarnya terdapat teknologi nanomaterial atau nanogold. “Itulah yang pada akhirnya bisa terwujud dalam sebuah uji laboratorium” sahut dia. Sehingga, tambah dia, dengan adanya inovasi teknologi nanogold ini, masyarakat terutama kaum hawa tidak perlu lagi menusukkan logam emas kedalam jaringan kulitnya.
“Dari penelitian susuk emas tersebut, material nanogold sudah saya buat. Tinggal dimasukkan dalam sebuah formula baik obat atau kosmetik” tutur Ketua Peneliti nanogold, Prof Titik Taufikurohmah. Selain kosmetik, tambah dia, yang saat ini sedang dikembangkan juga dibidang obat-obatan. Misalnya produk nanogold untuk penyakit rheumatoid arthritis atau peradangan kronis pada sendi yang juga menggunakan teknologi nanomaterial.
“Jika emas sudah menajdi nano material di dalam tubuh, maka akan menjadi AU+1, yang artinya ia akan berinteraksi dengan enzim menghasilkan koenzim. Di dalamnya terjadi berbagai reaksi metabolism. Terutama untuk rheumatoid arthritis, AU+1 akan menggandeng racun-racun sianida hasil metabolism dari rheumatoid arthritis” papar dia pakar nanomaterial yang sudah memulai penelitian sejak tahun 2011 ini.
Meskipun memiliki banyak manfaat dari segi kecantikan dan kesehatan, namun produk formulasi nanogold atau nanomaterial ini masih belum bisa diterima sepenuhnya oleh masyarakat luas. Diakui Prof Titik, jika tantangan yang dihadapi saat ini sebagai hasil dari penelitiannya adalah meyakinkan masyarakat terhadap produk yang berkualitas dan bebas mercuri.
“Kendala yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana cara mengubah paradigma masyarakat luas terkait kecantikan instans. Kebanyakan mereka mennginginkan kulit putih namun tidak memperhatikan bahan mercuri yang ada. Itu yang harus kita sadarkan kepada mereka” tandas dia. [ina]

Tags: