Kembangkan Teknologi Urban Farming Berbasis IoT

Sih Kawueyan Yulianes Kufa yang terlibat pembuatan teknologi Urban Farming berbasis IoT menjelaskan cara kerja aplikasi kepada kelompok tani wanita SERPIS.

Surabaya, Bhirawa
Dua mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Kristen (UK) Petra mengembangkan teknologi Urban Farming berbasis Internet of Things (IoT) di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Wanita Serpis.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Leadership Enhancement Program (LEAP) yang merupakan aplikasi dari MBKM di Kampus UK Petra. Kedua mahasiswa ini yakni Sih Kawuryan Yulianes Kufa dan Gregorio Diovani Wahanie.
Berlokasi di Jl Jemursari V Lapangan Fasum Belakang SMAN 10 Jemurwonosari, Wonocolo, Surabaya para mahasiswa UK Petra mengerjakan proyek ini selama lima bulan. Terhitung sejak Bulan Agustus hingga Desember 2021.
Kebun bernama SERPIS Kebun Kita itu memiliki luas sekitar 27 kali 10 meter yang di dalamnya terdapat media bercocok tanam organik seluas 6 kali 4 meter, dengan dua bangunan greenhouse untuk media tanam hidroponik dengan masing – masing luasannya 5,6 kali 8 meter dan 4 kali 8 meter.
Berbekal bantuan dana dari kampus sejumlah Rp10 juta, para mahasiswa kemudian melakukan berbagai uji coba. Sebelumnya mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sehingga karya yang mereka sesuai dengan kebutuhan.
Sih Kawuryan Yulianes Kufa atau yang akrab disapa Yeka merinci totalnya membuat lima rancang bangun sistem dan website. Lima rancang bangun sistem itu terdiri dari satu Sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), satu Sistem Penyiraman Tanaman Media Tanah Automatis, Sistem Pengkabutan serta Pendeteksi Kadar Air pada Bak Hidroponik untuk dua Ruang Greenhouse dan sebuah Aplikasi SERPIS berbasis Android sebagai dashboard kontrol dan monitor sistem.
“Kelompok kami menemukan masalah utamanya terletak pada kesulitan mengukur suhu yang tepat dalam ruang greenhouse agar tanaman Hidroponik itu tidak cepat rusak serta lokasinya yang jauh dari rumah,” urai Yeka.
Yeka dan Gregorio memanfaatkan dua unit panel tenaga surya yang sudah ada. Dengan pemrogaman maka penyemprotan dan pengukuran kelembapan tanah bisa dijalankan secara otomatis. Sehingga jika alat mendeteksi tanah kering maka secara otomatis air akan keluar dan menyirami tanaman hidroponik itu.
“Dan semuanya itu bisa di kontrol melalui aplikasi yang dinamai SERPIS dengan menggunakan bahasa pemrogaman Java,” tambah Gregorio.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Dr Ing Indar Sugiarto menambahkan, para mahasiswa itu membuat proyek sistem penyiraman tanaman secara otomatis, pengkabutan ruang greenhouse serta pendeteksi kadar air pada bak hidroponik bertenaga surya. Berbagai fungsi ini dapat dimonitor dan dikontrol secara jarak jauh.
“Jadi bisa di kontrol menggunakan gadget android,” urainya.
Penamaan aplikasi memang sengaja dibuat sesuai dengan nama asli komunitas ini yaitu SERPIS, yang merupakan sebuah dashboard bagi pengurus komunitas untuk melakukan monitoring dan kontrol sistem penyiraman Automatis serta sistem pengkabutan.
Tak hanya itu saja, website yang telah dibuat oleh Yeka dan tim ini berencana akan dijadikan e-commerce (market place) supaya produk-produk dari KRPL SERPIS bisa dijual secara online. Menariknya di sela acara serah terima, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi ST MT, hadir menilik lokasi.
“Sebuah kolaborasi yang bagus dari UK Petra dengan membantu secara langsung memaksimalkan fasilitas umum pemerintah yang dikelola ibu – ibu SERPIS di sini. Saya meminta rektor UK Petra untuk terus mendukung,” ucap Eri. [ina]

Tags: